Tuesday, February 28, 2012

Ngentot Five Vi Si Toket Gede



Vivi Rachmawati atau biasa dikenal dengan nama Five Vi merupakan cewek dengan ukuran buah dada besar, bahkan dengan buah dada besar tersebut suka dipamerkan ke publik, inilah yang membuat aku ingin menikmati tubuh Five Vi. Kesintalan tubuhnya membuat air liurku tertahan ketika aku serasa tak sengaja mendapat undangan launching filmnya yang baru. Sangat sulit aku mendapatkan kesempatan, namun dengan berbekal relasinya yang aku kenal, aku bisa menemui Five Vi dengan leluasa di rumahnya. Kebetulan Five Vi hendak membuat web pribadinya, sehingga aku diminta datang untuk wawancara apa saja nama domain dan isinya. Sudah 2 kali aku meeting dengannya di tempat umum dan yang ketiga kalinya aku diundang ke rumahnya dan yang ketiga kalinya aku berhasil menggumulinya di ranjangnya.
Singkat cerita ketika aku siang itu mengadakan meeting di rumahnya dan hanya dihadiri kami berdua, tanpa suami Five Vi sama sekali.
“Apa saja hendak diisi .. “ tanyaku sambil menghembuskan rokokku yang hanya separo isinya
“Apa sajalah .. profile pribadi ... “
“Yang bagian dalam dalam ?” tanyaku nakal sampai tertawa
“Ya janganlah ... mosok kayak gitu diobral “ Ujar Five Vi dengan tersenyum sambil membusungkan dadanya seolah ada yang gatal di punggungnya
Aku menahan nafas
“Alamak besar sekali .. ingin aku merasakan kekenyalan buah dadanya “ batinku berteriak
“Ya setidaknya orang khan banyak nanya berapa ukuran BH Mbak Vivi “ ujarku sambil cengengesan
Bukan marah yang kudapat, namun aku justru dilempari bungkus rokokku
“Sialan lo Han ... “
“Seperti biasa .. saya biasa nangani web orang lain, ya kudu tahu sedikitlah profilenya, baik yang luaran maupun dalemannya “
“Hah .. “ Five Vi terkejut
“Khan cuma sedikit Mbak Vivi .. kalo seluruhnya ya mana mau “ ujarku sambil menetralkan dirinya dan kembali tertawa, menyunggingkan senyum nakalnya, matanya menatapku seolah ingin menelanku.
Hari itu Five Vi menggunakan pakaian yang sangat mengundang birahiku, belahan dadanya terbuka lebar, sedang roknya hanya pendek sekali sehingga kemulusan pahanya membuat aku suka kebablasan bicara, namun hal itu malah disukai Five Vi. Maklum sebagai seorang janda, kebutuhan seksnya harus disalurkan atau menjadi beban dirinya. Sekalipun mempunyai kekasih dari Jerman, namun tidak semuanya bisa terlampiaskan. Bahkan lama lama Five Vi memancingku agar lebih berani mendekatinya, ketika kami semakin akrab untuk rembugan masalah webnya.
“Lantas untuk jatah seksnya gimana Mbak Vivi ?” tanyaku tanpa melihatnya dengan menulis di agendaku
“Ih .. nanya kok gitu sih ... “Five Vi terkejut kembali
“Lha gue sendiri juga bingung .. disuruh nulis profile khan harus nanya deh .. biar nggak salah kutip” ujarku sambil tertawa
“Nakal sih kamu .. “
“Lha kalo cuma ditulis apa adanya penggemar nggak mau ngakses .. apalagi kalo artisnya terbuka mah gampang dibina dan diarahkan “ kataku sambil memandangnya
“Oke deh ... minimal seminggu sekali lah .. “
“Sama siapa ?”
“Rahasialah .. itu jangan dimasukan donk .. malu aku “
“Nggak deh .. aku bisa menjaga privasi orang .. sekalipun itu selingkuhan “ kataku sambil tertawa
“Mang kamu suka selingkuh ? nikah saja belum “
“Lha kalo dikatakan gangguin istri orang nggak pas je .. yang diajak nggak merasa terganggu sih, malah senang dan puas gitu “
Five Vi tertawa keras, karena saking tertawanya tangannya menyenggol gelas sehingga jatuh, kami sama sama hendak memungut pecahan gelas itu sambil posisi membungkuk, mataku tertuju pada buah dadanya yang besar itu, Five Vi memandangku ketika aku melihat ke arah dadanya itu.
“Nakal sih kamu “ ujar Five Vi dengan menjawil hidungku
“Andai boleh sih aku bermain disitu “ ujarku dengan berbisik
Five Vi memandangku dengan mata teduh, lalu berdiri dan menarik tanganku, aku menurut saja dan digelandang ke kamarnya
Sesampai di kamar ditutupnya pintu
“Kau boleh lihat seluruh tubuhku Han .. kau akan menyesal .. “ kata Five Vi dengan membuka pakaiannya, aku berdegup dengan kencang di ranjang dalam posisi duduk.
Penisku sudah ngaceng sejak masuk ke rumah Five Vi.
“Aku tahu kau ngaceng sejak awal ... sekarang kau buktiin kata katamu bisa menyenangkan istri orang “ tantang Five Vi dengan pandangan nakal membuka BHnya. Ketika cup BH itu lepas, besar buah dadanya sangat menantang sekali.
“Benar benar bidadari Mbak Vivi ini “ gumamku disambut dengan tawa cekikikan, lalu jongkok dan meremas penisku yang tercetak jelas, aku sudah membuka baju dan kaos dalamku.
“Awwww .. sakit deh kalo masih dalam celana “
Aku langsung meremas buah dadanya yang kenyal dan besar itu
“Aww ... Han ... remas oh .. enaknya tanganmu “ erang Five Vi dengan binal dan semakin nakal menarik celana panjangku, penisku menyembul dari celana dalamku bagia kepalanya
“Ih .. kontolmu besar sekali Han ... “ puji Five Vi sambil menarik CDku dan kini penisku mengacung dengan bebasnya
“Ntar kalo masuk ke tempekku apa muat ya ? “ujar Five Vi dengan nakal meremas dan mengocok penisku.
“Masuklah .. ujarku dengan menarik tangan Five Vi agar naik ke ranjang, kutindih Five Vi dengan gemas dan aku memberikan ciuman bibir dengan rakus, bibir kami saling bertaut, sedang tanganku bermain di dadanya yang membusung itu. Kukulum bibir itu da kucari lidahnya, kami bermain lidah, juga saling menghisap dan bertukar air liur.
“Han .. puasi aku ya .. aku sudah lama ndak digituin” pinta Five Vi dengan wajah memelas
“Aku juga menginginkan Mbak Vivi .. “ kataku kembali menyerbu ke bibirnya, pertarungan bibir kembali menghebat, Five Vi memegang kepalaku untuk mengontrol pagutannya dan aku memeluknya sehingga tindihanku semakin membuat Five Vi terdesak, tanganku semakin nakal ke bawah mengelus pahanya yang mulus, membuat Five Vi menggelinjang tak karuan, tanganku naik dan menarik CDnya, Five Vi membantunya dan aku melirik kebawah, jembutnya sangat rapi dan sedikit lebat
Pagutan demi pagutan membuat kami larut dalam permainan seks yang dashyat, Five Vi semakin tenggelam dalam pelukan. Tangannya mengelus punggung, kemudian turun ke depan dan memegang penisku dan diarahkan ke lubangnya, kutahan tangannya dan tetap kuberikan ciuman bibir
“Jangan dulu Mbak Vivi .. aku belum mengoralmu “ kataku dengan nafas tersengal karena permainan bibir yang lama dan itu disukai Five Vi.
“Aku nggak tahan, sayang .. Oh .. puasi aku . semprot aku dengan air manimu, sayang “ ujar Five Vi dengan mesra
“Akan kupuasi kau Mbak Viviku, sayang .. “
“Kontolmu gedhe .. ayo masukin ke tempekku, sayang .. sodok tempekku sepuasmu Han “ ujar Five Vi memberikan semangat.
Aku langsung mengelesot dan memandang vagina Five Vi, bentuknya sangat rapat sekali karena lama tak dipakai.
“Rapat sekali, sayang .. Oh Mbak Vivi .. kalo nggak dioral nggak cukup masuk deh “ kataku sambil memberikan elusan di vaginanya dan Five Vi merintih
“Terserah kamu,sayang .. “
Aku langsung menyosor ke vaginanya dan kuberikan sedotan di lubangnya membuat Five Vi langsung mengerang dan menggelinjang
“Awwww ..aaaaarggg .. terus sayang ... terus “ erang Five Vi dengan gemas, tubuhnya menggelinjang ke kekiri dan kekanan, matanya merem melek menikmati oralku di vaginanya.
“Terus Han.... Aoooooo ... aku nggak ... “ erang Five Vi dengan suara yang sedikit keras sehingga suaranya sangat nyaring di kamarnya
Aku mengoral vagina Five Vi dengan sangat senang sekali, akhirnya kunikmati tubuh sintal dengan buah dada besar ini, sambil mengoral dan mencoba mengerjai klitorisnya, tanganku meremas buah dadanya, sehingga Five Vi semakin menghebat dalam menggelinjang bak cacing kepanasan, tubuhnya bekeringat dengan deras dan sudah basah, bibirnya digigit gigit lalu dilepaskan lagi, tangannya menggapai gapai sprei, aku terus saja menyedot klitoris dan menyentilnya dengan lidahku, setiap kusentil Five Vi menaikan dadanya sehingga tanganku semakin mantap meremas buah dadanya, tanganku tak bisa melingkari buah dadanya.
“Oooooooooohhhhhh ... ssssssstttttt ..eeeeeeenaaaaaak “ teriak Five Vi dengan nyaring dan tak perduli lagi, siang yang panas itu membuat tubuhnya semakin licin berkeringat
Aku terus menyedot nyedot dan Five Vi semakin tak karuan bahkan terus saja menggolengkan tubuhnya, kakinya menjepit kepalaku sehingga aku tak bisa bergerak, kepalaku diremas remas bagian rambutku dan Five Vi semakin keras menggelinjang tak tahan kuoral
Akhirnya Five Vi mencapai orgasme yang pertama, tubuhnya menegang sangat kaku saat mencapai orgasme, tanganku menahan pahanya agar tak menjepitku lebih keras, kepalaku lepas, dari vaginanya muncratlah cairan kewanitaannya dan muncratnya sangat deras seperti air kecing lelaki dalam posisi ngaceng
“Hmmm . lama tak disetubuhi ya ?” tanyaku sambil tiduran di sampingnya dan kuberikan senyuman mesra.
Five Vi menikmati orgasmenya, tubuhnya melemas dengan cepatnya dan kubiarkan saja dengan memandangnya, matanya masih merem, lalu pelan pelan membuka matanya, melihatku tersenyum Five Vi membalasnya
“Terima kasih Han .. aku sudah lama nggak disodok sodok”
“Ntar aku puasi, lihat tuh .. penisku yang akan mengoyak vagina Mbak Vivi “ ujarku menunjuk ke penisku yang manggut-manggut.
“Tunggu sebentar, sayang ... “
Kubiarkan, aku hanya diam memandangnya, tiba tiba Five Vi menindihku, memberikan ciuman bibirnya yang sangat rakus sekali, lalu menduduki pingangku, tangannya diletakan diatas mulutnya dan diludahi, kemudian mundur lagi dan memegang penisku dan diolesi dengan ludahnya lalu dikocoknya
“Gedhe banget kontolmu Han .... “ ujarnya mengarahkan penisku ke lubang kemaluan Five Vi dengan gemas
Aku hanya bisa tiduran dan mengelus elus buah dadanya, mili demi mili penisku mulai masuk.
“Auuuuuuuh ... besar sekali .. Oooooh .... enaknya kontolmu ... “ erang Five Vi dengan suara mendesah
“Oh .. betapa bahagianya aku bisa menikmati tubuhmu Mbak Vivi “ kataku sambil meremas buah dadanya, rambutanya yang panjang itu semakin tak karuan. Penisku semakin tenggelam dalam lubangnya yang semakin licin dan becek itu, penisku serasa diurut urut, lubangnya sangat sempit, bagian atas vagina menggelembung seiring penisku semakin tenggelam, Five Vi meringis dan memandangku dengan senyuman menggoda
“Mbak Vivi mau tiap hari kuginiin “ tanyaku nakal
“Mau ah .. tiap hari “ kata Five Vi dengan meracau tak karuan
Penisku tinggal beberapa centi saja, lalu dengan gemas Five Vi menyentaknya sehingga kami memekik bersamaan
“Addddduuuuh ... enaknya ... “ pekik Five Vi dengan menarik tanganku agar bisa duduk diranjang, kuposisikan saat menggeser pantatku serasa sangat diperas dalam vaginanya
“Bisa muncrat nih “ semprotku ngawur
“Awas kalo keluar duluan .. “Five Vi balik menyemprotku.
Five Vi lalu naik turun mengenjotku, aku mengimbangi gerakannya, tangan Five Vi dirangkulkan ke pundaku dan tangannya menyatu, gerakan buah dadanya naik turun menyetubuhiku sehingga aku semakin suka dengan buah dada besar itu, kuremas remas dan Five Vi melenguh dengan keras
“Oh . enaknya .. terus Han .. ayo .. ayo .. “ kata Five Vi dengan mengajakku mendayung lebih dalam.
“Iya, sayang .. oh.. ingin aku bersamamu terus Mbak Viviku “ ujarku sambil memberikan ciuman bibir, bibir kami bertaut dengan mesra, tanganku bertelapak dan meremas buah dadanya membuat Five Vi menggelinjang tak karuan, penisku keluar masuk vagina Five Vi, gerakan Five Vi sangat bervariasi tidak hanya naik turun kadang memutar membuat penisku serasa disedot sedot dan dipilin pilin dengan hebat
Kami saling memacu, bunyi keciplak alat kelamin kami membuat kami semakin terhanyut dalam nafsu birahi.
“Oh .. sayang ... enak sekali .. nik..nikmat “ kata Five Vi dengan kembali melumat bibirku tangannya memegang telapak tanganku agar terus meremas remas buah dadanya yang besar itu. Gerakan Five Vi semakin liar di atasku sehingga Five Vi semakin binal dan tak terkontrol, wanita ini memang sudah lama tak disetubuhi, vaginanya sangat menjepit penisku dengan gemas.
Five Vi sangat merindukan hubungan seks karena sangat ngebet sekali.
“Kau nakal juga Han ... urusan pekerjaan sampai begini “ ujar Five Vi di tengah nafasnya yang kacau
“Iya .. aku akan semakin mudah menulis Mbak Vivi “
“Oh .. jangan kau tulis hubungan seks ini, sayang “
“Nggak Mbak .. aku janji “ kataku dengan terus melawan nafsu Five Vi yang liar itu, tubuhnya naik turun di atasku menggenjotku. Tubuhnya semakin cepat menggenjot seolah akan merasakan orgasme.
“Han .. kau mau .. mau muncak .. ayo “ ajak Five Vi dengan semakin cepat dan liar naik turun, aku mengimbangi gerakan itu dengan semakin keras meremas buah dadanya.
“Iya .. keluarkan saja “ kataku sambil terus memberikan perlawanan, tubuh Five Vi semakin cepat dan vaginanya menjepit dua kali lipat penisku, kutahan orgasmeku agar tidak muncrat, Five Vi menengang sangat kaku menelikung seperti busur panah
“Aaaaaaaku .... oooooh ..........saaaaaaampaiiiiiii “ teriak Five Vi dengan membusungkan dadanya dan kuremas untuk memaksimalkan orgasmenya kedua, Five Vi sampai mengejan berkali kali di atas tubuhku. Tubuhnya menegang dengan kakunya lalu kemudian lemas dalam pelukanku da, kuberikan pelukan mesra dan kuberikan elusa di pungungnya.
Tubuh seksi berkeringat itu diam dalam pelukanku. kubiarkan diam saja dan aku hanya memeluknya dengan mesra. Lalu Five Vi mulai bersuara
“Terima kasih, sayang .. telah memuaskan aku .. kau memang hebat Han ..” puji Five Vi dengan memberikan kecupan di bibirku
“Iya sama sama .. “
“Kontolmu hebat, sayang .. aku suka .. ntar aku putusan saja sama pacarku “ kata Five Vi dengan memohon
“Hubungan kita hanya seks, sayang .. seks dan pekerjaan .. “
“Please ... aku suka kamu, sayang .. kau ganteng .. pintar dan nakal .. “ ujar Five Vi dengan memegang kepalaku
“Ah .. “ ujarku dengan memberikan senyuman mesra
“Mau ya jadi pacarku .. aku butuh pelampias seperti ini Han .. kalo nggak dipuasi aku bisa cepat marah”
“Kalo itu sih gampang ... rembugan kita belum selesai .. Mbak Vivi dah ngebet minta seks sih”
“Idih .. kau nakal juga “
“Aku tahu kok Mbak Vivi pengin gini .. mancing mancing make pakaian minim mengundang nafsuku”
“Lha aku suka kamu kok .. kalo nggak digituin kamu nggak bakalan mau “
“Kalo Mbak Vivi jadi pacar gelapku sih mau saja “
“Asli deh .. aku sudah bosan sama dia ... mainnya kasar banget ... “
“Oh ya .. “
“Please .. jadi pacarku ya ... apalagi anakku suka kamu ... “ ujar Five Vi dengan memandangku mesra
“Aku sudah punya pacar je ... “
“Putusin deh .. apapun yang kau inginkan aka kukabulkan .. minta apa saja deh “
“Cintaku tak bisa dibeli dengan apapun kecuali dengan begini “ kataku sambil memeluknya lebih erat
“Terima kasih, sayang .. ntar kita lanjutin ya .. semprot tempekku dengan air manimu .. hamili aku, sayang”

Five Vi Rachmawati tergolek lemas dalam pelukanku, tubuhnya mengkilat berkeringat, dari vaginanya menetes cairan orgasmenya membasahi sprei, ketika penisku kutarik cairanya menetes lagi. Rambutnya acak acakan, yang aku suka dari Vivi Rachmawati adalah suka ngomong jorok sekali, lebih jorok dibanding artis lain yang pernah kutiduri, Anne J Cotto atau Andi Soraya masih kalah jorok dengan Five Vi ini.
“Sabar deh .. ntar aku puasi Mbak Vivi “
“Tempek ah .. kontol ah … “ ujar Five Vi jorok sekali.
“Ih .. jorok banget sih “ kataku sambil memberikan elusan mesra di buah dadanya, posisiku menindih Five Vi dengan penisku menancap dengan nikmat di vagina Five Vi.
“Habis kalo nggak jorok nggak nikmat deh .. ntar tunggu sebentar ya, biarkan penismu yang besar ini kuurut dengan vaginaku, hmmmm .. kontolmu kujepit dalam tempekku dulu “
“Ya deh … “
“Kontolmu wajib masuk ke tempekku Han … aku suka kontolmu yang gedhe itu, kontol terbesar yang sudah masuk ke tempekku … tempekku merasa bangga dimasukan kontol besar, nanti semprot air manimu ya … aku sudah lama nggak dientot deh …”
“Iya ya .. “ sambil mulai menggoyang naik turun dengan pelan dan disambut ciuman ganas Five Vi.
“Sayang, remas susuku, remas buah dadaku .. Oh .. iya .. “
Aku justru malah bermain dengan mulutku di punting buah dada Five Vi yang besar itu, buah dadanya yang besar itu aku remas sebelah kiri dan sebelah kanan puntingnya aku sedot sedot seperti menyusui. Dalam mulutku kugigit punting itu dengan pelan lalu kusedot sedot sekerasku sehingga membuat Five Vi menggelinjang tak karuan, kedua tangannya meremas kepalaku dengan mesra
“Awwww .. enak Han .. sedot terus .. Oh .. aku suka akan kamu, sayang .. “ erang Five Vi dengan menggelengkan kepalanya kanan kiri, sambil merem melek keenakan
Aku menikmati kuluman punting buah dada Five Vi dengan nikmat, gantian punting sebelah kiri aku kerjai dan buah dada sebelah kanan aku gantian remas remas, buah dadanya yang kenyal dan mengeras itu sangat membuatku puas sekali. Belahan buah dadanya merupakan tempat yang nikmat, kujilati buah dadanya sebelah kiri, kemudian menuju ke belahan itu dan aku menjilati dengan menelan keringatnya. Kemudian naik menuju ke leher Five Vi itu. Sesampai di depan bibirnya aku langsung melumat habis bibirnya yang seksi itu. Five Vi sampai megap megap melawan serbuah bibirku, lidahku menyapu langit langit dalam mulut Five Vi, Five Vi tak kuat melawan ciuman bibirku, sehingga menarik kepalaku
“huuuuuaaaah .. brenti han .. aku .. aku .. nggak kuat “ kata Five Vi mencegahku melumat bibirnya, namun aku tetap saja kembali menyerbu bibirnya sehingga mau tak mau Five Vi melayaninya, aku mulai menarik turunkan pantatku dengan pelan, Five Vi mengikutiku sehingga alat kelamin kami beradu lagi, gesekan penisku di dinding vaginanya semakin mudah untuk memporakporandakan vagina Five Vi. Tanganku kembali meremas dengan keras buah dada yang mengeras itu. Deru nafas tak beraturan memenuhi kami. Five Vi sangat kepayahan melawan lumatan bibirku, kepalaku ditariknya dibenamkan di leher sebelah kiri dan aku terus memacunya naik turun, kadang memutar pantatku dengan gemas, aku semakin cepat menggenjot tubuh basah keringat Vivi Rachmawati itu dengan nikmat.
“Han .. aaaaaaaaauhhhhh .. enaknya kontolmu .. auh ..auh … terus .. “ erang Five Vi dengan garang, tubuhnya menggelinjang bak cacing kepanasan.
“Aku nggak tahan Han … aaaaaaaaooooooooooooh …. “ erang Five Vi kembali, penisku serasa kembali dijepit dengan sangat keras.
“Keluarkan Mbak Vivi .. keluarkan lonteku … “
“Iya, sayang .. aku memang lonte .. aku lontemu “ teriak Five Vi semakin jorok
Aku tersenyum dan kembali menggenjotnya dengan lebih cepat naik turun, belum ada 3 menit Five Vi kembali mengerang
“Akuuuu .. mau … sam … paaaaii .. Oh .. lontemu .. Oh .. aku lontemu .. “ teriak Five Vi
Aku memberikan remas pada buah dadanya dan melumat habis bibirnya, pantatku semakin cepat menyodoknya sehingga Five sangat kepayahan, sehingga memuncratkan lahar asmaranya membasahi penisku kembali dengan cairan orgasmenya.
Tubuhnya berkelonjotan, memelukku dengan lemas dan akhirnya diam tak berkutik. Diam sekitar 5 menit kemudian mengelus elus punggungku dan aku dibisikinya
“Aku memang lonte, sayang .. cuma bagimu Han .. kau boleh sebut aku apa saja” kata Five Vi mesra
“Aneh saja kau Mbak “
“Biar .. asal kau wajib menggauliku Han .. wajib hukumnya ya … berarapun minta duit akan kuberi Han’ kata Five Vi dengan sombong
“Enak juga nyebut Mbak Vivi dengan lonte”
“Iya … aku memang lontemu Han … aku adalah WTSmu … kau boleh pakai aku kapan saja”
“Hmmm .. kau sangat binal dan nakal Mbak Vivi … genit sekalian “
“Kapan kau keluar Han ? aku capek deh … kontolmu benar benar kuat “
“Ntar juga muncrat .. sabar deh .. sabar lonteku .. sabar WTSku .. aku suka buah dadamu yang besar ini” ujarku sambil meremasnya
“Auuuuuuuuh .. pelan sayang … “ pekik Five Vi dengan genit dan nakal serta binal, kedua kakinya menjepit pinggangku
Kugulingkan tubuh Five Vi itu, dan kini Five Vi menindihku, gesekan saat berputar membuat Five Vi memekik keras
“Saaaaaaakit …….. waduh ..waduh . penismu … kontolmu benar benar galak nih “ pekik Five Vi dengan memberikan ciuman mesra namun cuma sebentar ketika kupegang bagian kepalanya agar tidak menghentikan ciumannya menolak sehingga lepas dari bibirku
“Sayang .. aku nggak kuat akan lumatanmu .. please .. aku kalah “
“Haaahhahha .. “ aku tertawa
“Sekarang keluar manimu .. atau aku akan mengocok kontolmu dengan tanganku agar muncrat”
“Jangan ah .. aku ingin menyemprot vaginamu “ kataku dengan mesra
“Tempek, sayang .. sebut dengan tempek dan adikmu dengan nama kontol … “ ujar Five Vi dengan tertawa
Five Vi kembali menggoyang di atasku, dengan menduduki selakanganku, Five Vi dengan sangat garang melakukan gerakan menggoyang dengan keras dan berpegangan pada kedua dengkulku, Five Vi memacu dengan memaksa agar aku muncrat, kakinya dirapatkan sehingga penisku serasa diurut dengan sangat hebat, aku serasa nggak tahan, tanganku menggapai gapai buah dada Five Vi namun tak sampai, sehingga Five Vi memegang tanganku dan memajukan dadanya, Five Vi membantu aku meremas buah dadanya, buah dadanya semakin kenyal dan keras, Five Vi naik turun dengan sangat cepat
“Ayo ..sayang .. lontemu juga mau muncrat lagi” kata Five Vi dengan jorok
“Iya .. lonteku sayang … “ kataku mengiyakan sebutan Five Vi dengan lonte. Ya dia memang lonte, suka pamer aurat sembarangan. Lonte dengan balutan selebriti. Kini lonte bernama Vivi Rachmawati berada di atas tubuhku, menggenjotku dengan sangat liar akan aku menyemprotkan air maniku.
“Aku nggak tahan Mbak ………..awwwwwww .. aku menggelengkan kepalaku “
“Keluarkan,sayang .. aku juga .. kleuar bareng yuk “
Kami kembali saling mengimbangi gerakan sehingga penisku semakin tak kuat menahan desakan, sehingga tak lama kemudian aku muncrat, penisku memuncratkan lahar isinya dengan menembak ke rahim Five Vi …
Lebihd ari lima kali penisku menyemburka isinya dan disambut dengan cairan orgasme Five Vi, tubuh Five Vi ambruk dalam pelukanku. Penisku serasa kempes, namun belum benar benar layu, setengah ngaceng dalam vagina Five Vi, kami diam lama sekali, malah tertidur di sore hari itu. Setengah jam kemudian Five Vi membangunkan aku
“Jam berapa ?” tanyaku
“Masih jam 4,sayang … bobok sini ya .. keloni aku “ pinta Vivi Rachmawati
“Boleh .. kita ntar main lagi ya” kataku dengan tersenyum
“Ih … kau benar benar hebat .. aku kalah deh .. ntar malam lagi .. janji ya di rumah ini nggak boleh makai pakaian, kalo mau makan kudu telanjang, jika kau ingin menyodokku lakukan saja “ kata Five Vi dengan mesra
“Baik .. “
“Hmmm … soal bayaran bikin web ntar aku atur .. kuberi bonus deh .. tapi kau kudu janji ya .. kalo aku butuh kamu harus datang .. “
“Mbak .. kenal sama Febbiola kagak ?” tanyaku
“Kenal .. mang kenapa ? mau nyoba kesintalan dia ?” tanya Five Vi dengan tertawa
“Iya deh .. “
“Nggak boleh .. kau adalah milikku .. dan aku milikmu .. “
“Kau lonteku tak berhak ngatur “ kataku dengan nakal
“Jadiin aku pacarmu deh “ pintanya dengan mengelus kepalaku
“Beri dulu Febbiola .. aku ingin ngentoti dia “ kataku memberikan pilihan
“Ih .. sulit menyakinkan dia deh .. gimana kalo Emma Waroka saja?“ Five Vi memberikan pilihan
“Aku mau tapi aku hanya bisa memberi lampu hijau kau jadi pacarku ..”
“Kok gitu sih “
“Sementara urusan kita seks dan pekerjaan, kau boleh panggil aku kapan saja menyetubuhimu, dan kau sebagai lonteku kalo aku butuh kudu siap”
“Adil .. “ kata Five Vi dengan singkat.

Ngentot Nafa Urbach


Mukanya imut sekali, kemasan luarnya lugu. Tubuhnya mengundang selera, mulai dari postur yang tegak, bongkahan pantat yang besar padat berisi, buah dada yang kencang dan tegak, serta mata yang sendu. Image ini seperti menggoda terus pria manapun untuk mencoba dia, tapi jarang ada yang berani karena mereka tahunya Nafa adalah gadis lugu dan baik-baik, mulutnya kerap mengatakan kutipan-kutipan berfilosofi.
Tapi itu dulu. Sudah kelewat banyak yang tahu misalnya, ia suka menenggak Long Island hingga bergelas-gelas dengan muka bersemu kemerahan karena isi kepalanya “loaded with heavy alcohol”. Itu belum cukup, tidak aneh jika alkohol bersaudara dekat dengan sex. Menurut satu penata rias bencong yang menjadi karib Nafa, ia sering menjadi perantara jika ada pria ingin “lebih intim” dengan Nafa.


Hair dresser dan make-up man ini menjadi comblang dengan sejumlah patokan-patokan. Yang dicari adalah tajir, muda, tampan, dan Nafa harus sreg duluan. Maklum, mungkin Nafa belum selihai Sarah Azhari yang bisa tutup mata tutup telinga menghadapi pria mana saja. Setelah mendengar kabar burung ini, team P. A. S segera melakukan penyelidikan terhadap artis “berpantat montok” Nafa U.


Banyak yang tidak percaya kenyataan ini, banyak yang masih menganggap dia adalah gadis alim yang salihah, dan ada juga yang langsung terhenyak ketika diberitahu hal ini lalu membantah dengan keras. Tapi setelah team P. A. S menunjukkan semua bukti dan saksi-saksi, Nafa tidak dapat mengelak lagi.
“Iya deh Mas, saya mau di wawancarai dengan jujur. Tapi saya mohon jangan disebarkan ke publik semua bukti dan saksi ini.”
Setelah mengadakan negosiasi dan sedikit ancaman kepada Nafa U, kami mulai menanyai tentang segala lika-liku kehidupannya.


Banyak orang menganggap tubuh Nafa selalu mengundang birahi setiap lelaki yang melihatnya.
“Ah, masa’ sich? Memang aku selalu merawat tubuhku dengan rajin. Sekarang aku juga lagi diet agar perutku lebih datar dan kenceng. Terus makan sayuran, dan minum jamu. Fitness aku 3 jam sehari.”
Nafa melakukan semua itu untuk mendapatkan bentuk tubuh yang lebih sempurna. Itulah salah satu sifat buruk Nafa U, dia tidak pernah puas akan dirinya sendiri.”Serakah”, itulah kata yang tepat untuk menggambarkannya.Lalu kembali ke isu yang menerpanya, bagaimana Nafa menanggapi pengakuan dari hair dressernya.
“Iya Mas, dia benar kok. Gimana lagi ya Mas, sejak putus sama Primus aku ngga’ tau mau kusalurin kemana nafsu birahi aku. Jujur aja Mas, nafsu birahi aku besar sekali. Klo udah gitu aku buru-buru browsing internet, lihat pic-pic hardcore atau penis-penis cowok. Sambil gitu, aku ngocok vaginaku sendiri pake jari aku. Kalo di rumah, aku lihat VCD porno sambil ngocok vaginaku pake penis vibrator dari karet. Besar lo Mas, penis karetnya. Sakit sich waktu kumasukin ke vaginaku, tapi kalo udah masuk semua terus di kocok enak banget dech Mas.”


Primus Yustisio ketika dikonfirmasi team P. A. S tentang hubungan seksualnya semasa masih dengan Nafa U, bersedia menceritakan tentang seorang Nafa U sebenarnya.
“Nafa itu orangnya sombong dan egois, aku selalu nasehatin dia agar lebih mau peduli kepada orang lain. Tapi dia selalu marah-marah. Aku sich sabar menghadapi dia. Tapi karena bosan dengan sikapnya yang arogan itu, aku putus hubungan dengannya.”


Mengomentari tentang nafsu sex Nafa yang besar Primus mengakuinya.
“Ya Mas, nafsu sex Nafa sangat besar. Aku selalu kewalahan menghadapinya di ranjang. Kami sudah melakukan berbagai macam posisi sex yang mungkin dilakukan. Posisi yang disukai Nafa yaitu, aku di bawah sedangkan Nafa duduk di atas penisku. Jadi dia bisa mengontrol kedalaman dan kecepatan penisku dalam memeknya. Kalo saya sendiri suka doggy style. Saya bebas menusuk memeknya sampai paling dalam, sampai Nafa teriak-teriak kesakitan. Sambil kedua tangan saya meremas-remas kedua susunya yang menggantung bebas.”


“Buah dada Nafa memang indah Mas, ukurannya yang 34B itu pas dengan tubuhnya. Susunya putih bersih. Payudaranya kenyal sekali. Puting susunya yang berwarna merah kecoklatan itu lumayan lebar lo Mas, cuman ujungnya mungil. Dan kalo lagi ereksi, ujung puting susunya mencuat tegak agak keatas. Indah sekali. Bibirnya sexy sekali kan? Asal tau saja Mas, Nafa itu paling suka meng-oral kontol saya. Bahkan ketika saya menyetir mobil, jika dia lagi nafsu, dia langsung memasukkan kontol saya kedalam mulutnya kemudian mengocok kontol saya dengan tangan dan mulutnya. Dia juga percaya kalo air peju meremajakan kulit wajahnya. Begitu kusemprot peju gue, dia langsung meminumnya sampai nggak tersisa sedikitpun.”.


“Saya putus dengan Nafa juga karena nafsu sex Nafa yang besar itu Mas. Bayangin aja Mas, dia sudah orgasme 12 kali tapi terus minta tambah. Sedangkan saya sudah keluar peju saya 5 kali, sampai habis. Mas, perhatikan pantat Nafa kan? Gue paling senang ngremas ama mukulin tuh pantat. Besar dan montok banget, kenyal lagi. Tapi Nafa nggak pernah mau anal sex, padahal gue pengin banget ngerasain jepitan liang anusnya. Meskipun pantat Nafa besar, lobang duburnya kecil sekali Mas. Pernah waktu dia tidur, saya coba masukin jari telunjuk saya ke liang anusnya yang dikelilingin rambut cukup lebat. Mungkin Nafa jarang sekali buang air besar, dan mungkin kotorannya kecil-kecil. Sulit sekali Mas, cuman masuk nggak ada setengah panjang jari telunjuk saya. Ketika dia mau bangun, saya buru-buru cabut lagi. Takutnya dia marah Mas.”


“Suatu malam di rumah saya, kami berhubungan badan. Aku bosan dia itu nggak puas-puas, padahal aku sudah capek sekali. Ketika saya minta berhenti, dia malah mengejek saya. Saya tersinggung sekali. Lalu saya mau memuaskan dia lagi asal kedua tangannya kuikat. Nafa setuju saja. Setelah kuposisikan menungging, kubekap bongkahan pantatnya dengan tangan kiriku. Kemudian kumasukkan kedua jari tangan kananku ke dalam liang anusnya. Kukeluar-masukkan dengan cepat sampai agak membuka, lalu kuludahi liang anusnya yang sedikit menganga itu biar basah. Nafa marah sambil teriak-teriak. Kupaksa ia mengulum dulu kontolku sampai basah. Kemudian langsung kulesakkan penisku yang besar dan panjang ini ke dalam pantatnya. Sangat sulit, tapi akhirnya penisku amBLas seluruhnya di dalam pantat Nafa. Aku merasakan batang kejantananku dijepit oleh dubur Nafa sempit sekali sampai terasa sakit dan panas sekali didalam rongga dubur Nafa U. Kemudian mulai kumaju-mundurkan penisku dalam pantat Nafa. Nikmat sekali.”


“Kusodomi pantat Nafa selama 20 menit, selama itu pula dia merasakan penderitaan kesakitan dan perih yang luar biasa pada pantatnya. Sambil kusodomi, kutampari kedua bongkahan pantatnya yang besar kenyal itu. Sampai pantatnya memerah dan lecet-lecet. Lalu dia pingsan karen tidak tahan sakitnya. Kemudian kusemprotkan seluruh pejuku ke dalam duburnya. Kudiamkan sejenak sambil memperhatikan batang penisku yang masih tertanam di dalam pantat Nafa. Ketika kucabut penisku, darah dan pejuku bercampur menjadi satu keluar dari lobang duburnya yang menganga lebar mengalir membasahi memeknya.”


“Karena dia tidak sadar-sadar, kusodomi lagi pantatnya untuk yang kedua kalinya. Meskipun Nafa belum sadar, tapi wajahnya memperlihatkan rasa sakit yang dideranya. Lobang duburnya yang tadinya mulai menyempit, kini melebar lagi Kusemprot lagi pejuku ke liang pembuangan Nafa. Begitu kucabut kali ini bukan hanya darah dan pejuku yang keluar, tetapi tinjanya juga menyembur keluar. Nafa sampai mendesah ketika mengeluarkannya. Sepertinya Nafa sengaja mengeluarkan tinjanya dalam keadaan setengah sadar agar rasa sakitnya berkurang. Sebagian tinja Nafa U berupa cairan seperti mencret berwarna coklat kemerahan, lainnya berupa gelondongan-gelondongan kotoran yang berwarna kuning. Wah ni cewek buang kotoran sembarangan, pikirku, aku bingung juga. Aku nggak nyangka kalau Nafa mau buang hajatnya.”


“Setelah sadar betul, kulepas tali yang mengikat lengannya. Kemudian dia bergegas berdiri dengan duburnya yang masih meneteskan sedikit darah. Dia buru-buru berpakaian. Nafa lalu mengatakan kalau dia tidak mau berhubungan dengan aku lagi. Lalu dia pergi dari rumahku, dengan berjalan agak sempoyongan. Nafa berjalan dengan kaki agak mengangkang, karena rasa sakit pada duburnya.”Nafa kemudian menjelaskan tentang perawatan tubuhnya.
“Kalo payudara, aku rutin mengolesi permukaan payudaraku dengan cream perangsang. Cream itu merangsang otot-otot payudara aku agar selalu tegang, jadi payudaraku bisa tegak dan kencang. Selain itu aku juga pake alat setrum khusus payudara. Alat itu memiliki 2 kabel, yang dililitkan ke masing-masing kedua puting susuku. Kemudian alat tersebut mengalirkan listrik bertegangan rendah melalui kedua kabel tersebut, ke payudaraku. Urat urat susuku kelihatan semua dan Otot-otot payudaraku berdenyut-denyut gitu Mas, agak sakit sich. Tapi lama-lama terbiasa. Itu aku lakukan agar payudaraku nggak kendur dan biar tetap tegak. Cream dan alat setrum itu aku beli dari dr. *****.”


Lalu apa rahasia Pantat besar dan montok yang dimiliki oleh Nafa U?
“Mmm, Sebenarnya ini sangat pribadi ya Mas. Sebetulnya pantatku nggak sebesar ini. Aku pikir sudah banyak artis yang membesarkan payudara mereka. Seperti contohnya yang pasti Denada Tambunan, Sarah Azhari, Alda Rizma, Minati Atmanagara, dll. Jadi agar beda, saya putuskan untuk membesarkan pantat saya. Kemudian saya ikut terapi pembesaran pantat oleh dr. *****. Menu makan saya diatur, dan saya tidak boleh terlalu banyak duduk. Selama seminggu, sehari sekali dr. ***** menyuntikkan silikon cair ke dalam dua bongkah pantat saya. Lalu dr. ***** juga menyuntikkan lemak untuk menutupi silikon itu, agar pantat saya lebih kenyal.”


Dengar-dengar Nafa U juga sempat di setubuhi oleh dr. *****.
“Begini lo Mas ceritanya. Saat terapi selesai, uangku cuman cukup membayar setengah biayanya. Aku nggak tahu kalau semahal itu. Lalu aku ngutang dulu ke bank. Tapi aku selalu menunda pembayarannya. Sampai 2 tahun kemudian, hutangku di bank besar sekali. Aku sempat bingung. Lalu dr. ***** bilang kalau dia mau membayar hutangku, dengan syarat aku harus mau kalau dia ingin memakai pantatku untuk pelampiasan nafsunya. Karena kupikir kalo pantatku juga sudah pernah disodomi oleh Primus, maka kuterima tawaran dr. ***** tersebut.”


“Di ruang kerjanya itulah dr. ***** untuk pertama kalinya menyodomi pantatku yang montok ini, yang merupakan hasil karyanya. Agak sulit ketika pertama dimasukkan, tapi tidak sesulit waktu pertama kalinya aku disodomi oleh Primus. Lubang duburku yang sudah sempat menyempit dan rapat lagi setelah disodomi Primus kini membuka dan melebar lagi. Terasa sakit sekali, karena ternyata penis dr. ***** lebih besar dari milik Primus. Aku menahan rasa sakitku. Tapi akhirnya aku menjerit juga karena tidak tahan, tapi dr. ***** buru-buru menutup mulutku dengan tangannya. Untuk membayar hutangku di dr. *****, aku harus rela rutin ke tempat kerjanya seminggu sekali untuk menerima setoran sperma dr. ***** ke dalam duburku.”


“Pernah ada kejadian begini Mas. Aku lagi mau nyetor pantatku ke dr. *****, tapi aku dari rumah perutku rasanya mules. Tapi nggak mau keluar. Ketika kukatakan kepada dr. *****, dia nggak peduli. Ia lalu menyodomiku dengan paksa. Aku disodomi sambil kedua kakiku berdiri, sementara tubuhku bersandar di atas meja kerjanya. Aku merasa ada yang mau keluar dari dalam pantatku. Aku berusaha keras menahan agar tidak keluar. dr. ***** menampar-nampar pantatku sampai memerah dan perih sekali, terasa panas sekali kulit pantatku waktu itu. Tidak terasa dari sela-sela bibir anusku mengalir keluar mencret dari dalam pantatku membasahi batang penis dr. *****. Dia segera mencabut penisnya. Mencret dan kotoran lembek berwarna coklat merah kekuningan menyembur keluar dari dalam lobang pantatku. Diiringi suara kentut aku yang cukup keras beberapa kali.”


“dr. ***** marah karena penisnya penuh dengan tinjaku, dan sebercak kotoranku menempel di bajunya akibat mencret yang muncrat dari pantatku tadi. Ia lalu memaksaku mengulum penisnya yang masih penuh dengan kotoranku sendiri. Dengan tepaksa kukulum penisnya yang bau itu. Aku dapat merasakan sendiri kotoranku yang rasanya pahit dan masam ini. Lalu dr. ***** mengeluarkan spermanya didalam mulutku, yang terpaksa kutelan dengan kotoranku sendiri.”


“Kemudian dr. ***** membawaku ke kamar mandi, lalu mengikat tanganku kebelakang. Aku lalu diposisikan menungging oleh dr. *****, ia lalu menuangkan suatu cairan dalam botol kedalam lobang duburku yang menganga lebar. Ia dari bawah kemudian memukuli perutku, aku merasa kesakitan dan mual. Tak lama kemudian pantatku mulai lagi menyemburkan kotoran dalam perutku. Rupanya cairan itu adalah seperti obat pencahar. Duburku terus mengelurkan kotoran didalam perutku tanpa bisa kukendalikan. Bahkan kotoranku yang padat berupa gelondongan-gelondongan berwarna kuning kecoklatan yang cukup besar pun kukeluarkan.”


“Duburku berhenti, ketika kotoran dalam perutku sudah habis. Perutku terlihat kecil sekali, tapi bongkahan pantatku masih tetap besar. Masih dalam posisi menungging, dr. ***** mengencingi lobang anusku. Air seni dr. ***** masuk mengalir lewat duburku sampai ke perutku. Perih sekali kurasakan dinding-dinding rongga anusku.”


Sampai kapan itu Naf?
“Ya sampai lunas seluruh hutangku ke dr. *****, mungkin baru lunas pada akhir 2004 nanti, Mas”.


Tamat

Ngentot Andi Soraya


Jakarta sangat macet sore itu, ketika aku keluar dari kantor Alfan untuk menuju ke Bunderan HI, bahkan hujan membuat macet di mana mana, Jakarta sudah tidak layak dihuni, kudu pindah ke Kalimantan saja ibukotanya. Untuk menenangkan diri aku terpaksa masuk ke kafe saja, palingan jam 12 malam baru reda banjirnya, itupun kalo tidak ada hujan susulan. Malah jam 10 malam sudah mulai lenggang, oke .. aku akhirnya pergi juga dari kafe itu dan menuju ke arah Bogor, ya aku ingin relaks sendirian di villa temanku karena aku sudah capek seminggu ini, kerja beberapa hari disamping itu aku harus juga kerja di tempat tidur, ini malah lebih berat karena membutuhkan fisik yang kuat karena urusan libido. Aku terhenti ketika ada sebuah mobil menabrak pohon, jalanan ke villaku sangat sepi karena bukan hari libur, aku menepikan mobilku dan kulihat siapa yang menabrak pohon itu, hujan mengguyur sedikit deras, Aku mengecek, pengemudinya terpekur ke stir mobil, seorang wanita yang bersimbah darah. Aku membuka pintu mobil dan mencoba membangunkan. Namun wanita itu hanya menggeliat sebentar dan kemudian lemas. Oh .. seorang artis, aku mengenalnya : Andi Soraya .. ya .. cewek eh janda cantik yang sudah malang melintang di dunia selebritis. Dia sendirian di mobil itu, aku lalu menarik dan membopongnya keluar dari mobil dan kubawa ke mobilku. Jarak dengan villa yang aku huni tak seberapa jauh, lalu aku menderek mobil itu untuk ke tempat villa yang aku tempati.
Sesampai di villa, aku baringkan tubuh lemas Andi Soraya itu, untung tidak basah banget, kukompress dengan air hangat, bagian dahinya berdarah, ketika kutekan dia menggeliat dan bangun.
“Oh .. dimana aku .. “ rintih Andi Soraya lemah
“Tenang saja Mbak Soraya .. anda di villa saya .. tampaknya anda menabrak pohon “ kataku yang duduk di depannya dengan sopan
Andi Soraya memcoba bangun tapi masih lemas lalu kubantu untuk duduk, setelah duduk kuberikan teh manis sebagai penghangat.
“Anda siapa ?” tanya Andi Soraya
“Saya Han .. Mbak .. saya penghuni villa ini .. tepatnya Blok F12 “
“Lho ... villa saya F14 .. dekatan ya “ kata Andi Soraya dengan pelan
Kukatakan dengan terus terang siapa aku dan apa kerjaku
“Oh ... saya pernah dengar nama anda .. seorang hacker ya ?” kata Andi Soraya dengan memandangku
“Tadi Mbak Soraya sampai pingsan . trus saya bawa kemari .. nih saya kebetulan bawa snack .. jadi bisa buat ganjal perut .. saya mau bikin sop, mau ?”
“Hmmm .. enak juga ya, hacker juga bisa masak” puji Andi Soraya.
“Ya .. cuma iseng saja kok “ kataku sambil memberikan snack kentang dan makanan kecil lain.
“Kirain hacker tuh rambut gondrong, menghabiskan waktunya di depan komputer “ kata Andi Soraya sambil membuka makanan kecil
“Mbak Soraya pulang besok saja ya, saya antar .. mobil Mbak besok kita urus .. yang penting kesehatan Mbak Soraya dulu .. “
Kutinggalkan janda cantik tadi, cukup lumayan juga .. tapi aku nggak nafsu sama orang yang sudah terluka di sana sini, kondisinya lemah banget. Kubiarkan Andi Soraya menonton tivi, Tak lama kemudian aku kembali dengan sop ayam yang menggiurkan
“Maaf nggak ada nasi Mbak .. “ kataku sambil meletakan mangkuk besar sop
“Idih ... bikin pengin saja sih kamu ... makasih ya Han .. kau menolongku “
“Dah makan saja .. yang penting kesehatan Mbak .. sayang khan kalo cantik cantik begitu kok lemah sekali fisiknya..”
“What ? apa yang kau katakan Han .. “ ujar Andi Soraya membelalakan matanya
“Mbak Soraya cantik kok .. memang aneh ?“ pujiku dengan memandangnya
“Ah nggak ah .. aku dah jelek begini .. “ ujar Andi Soraya sambil menjawil tanganku
“Biasa .. cewek atau wanita cantik kalo dipuji cantik pasti nolak mentah-mentah “
“Kau jujur nggak sih bilang begitu ? apa cuma mau merayu ?” selidiknya
“Jujur ah .. sekali lagi, Mbak Soraya masih cantik kok “ kataku polos sambil mengambil sop dan kupindahkan ke mangkuk
“Makasih Han .. kau lelaki yang jujur, dah nikah ?”
Aku hanya menggeleng.
“Ganteng ganteng gitu kok nggak ada yang mau, bohong “ ujar Andi Soraya sambil tertawa
“Mbak Soraya tidur di kamar pojok sana .. kunci pintu ya .. ntar aku nyelonong lho “ nakalku kambuh
“Nggak aku kunci .. aku tunggu di dalam ya “ goda Andi Soraya
Aku berdiri dan masuk ke kamarku, kembali kuberikan pakaianku yang barusan semalam beli, sebuah T Shirt dan juga aku memberikan jaketku
“Pakai saja .. nggak usah dikembalikan ... sesama selebritis khan kudu menolong, aku selebritis internet, Mbak Soraya selebritis artis “ candaku sambil duduk kembali berhadapan.
“Tasku kemana ya ?” tanya Andi Soraya
“Ada di kamar .. masih lengkap isinya “ kataku cuek
“Boleh minta tolong ambilkan ?” pinta Andi Soraya
Aku langsung berdiri dan masuk ke kamarnya dan kembali dengan tasnya, Andi Soraya memeriksa isinya
“Makasih Han .. bukan maksud mencurigaimu .. isi tasku utuh .. sama duitku “
“Dah yang penting habisin makanan ini .. besok pagi aku antar .. mobil Mbak Soraya kita urus belakang saja “
“Baik Han .. makasih banyak “
Pagi itu aku bangun terlebih dahulu dan memasak nasi dan membuat sayur, Andi Soraya bangun dan sudah rapi dan badannya mulai segar.
“Han .. selamat pagi “ sapa Andi Soraya
“Pagi juga Mbak .. makanan dah siap .. “
Kami makan bersama sambil bicara hal hal biasa seperti politik dan sebangsanya.
Kuantar dia sampai rumahnya. Tapi aku tak bisa mampir karena ada janji dengan klient untuk urusan pekerjaan.
“Han .. makasih banget ya atas pertolonganmu .. “
“Oke .. kalo ada orang bengkel mau ambil mobil .. calling aku dulu .. “
“Baik Han .. aku tak bisa membalas jasamu .. kau memang sahabatku Han “
“Dah .. aku sudah terlambat .. calling berkali kali “
“Hati hati Han .. suatu saat aku akan membalas kebaikanmu “ ujar Andi Soraya dengan tersenyum penuh arti

Hari masih pagi ketika aku sampai di villa seminggu kemudian, aku membersihkan villa milik temanku itu yang jarang dipakai .. hanya sebagai aset, malah temanku menyerahkan padaku untuk dirawat, bahkan ongkos bulanan ditanggung dia. Aku diundangnya ke rumah Andi Soraya nanti malam, aku menyanggupi
Aku datang malam itu sendirian, aku ditunggu di teras rumah. Aku sengaja memarkir mobilku jauh dari rumahnya dan menggunakan taksi. Aku disambut dengan senyumannya yang khas dan alamak ... menggunakan rok sangat mini sekali, sampai kemulusan pahanya sangat tercetak jelas di mataku.
“Gimana kabarnya Han .. “ sapa Andi Soraya dengan ramah
“Baik ... hujan mulu nih “
“Kau nggak bawa mobil ? “
“Malas .. palingan kejebak banjir “ kataku sambil mengikuti dia masuk ke ruang tengah dan duduk di sofa dan melihat ke tivi yang disetel
“Han .. makasih sekali lagi telah menolongku .. saranmu untuk benahi mobil murah banget “
“Iyalah .. aku kenal betul dengan pemilik bengkel .. “
Andi Soraya duduknya dekat denganku bahkan malah berdempetan. Aku hanya tersenyum saja, apakah cewek ini butuh pelampiasan birahi, seorang janda, siapakah yang memenuhi hasratnya ?
Aku berpaling ke sampingku dan hanya dijawab dengan senyuman malu malu
“Ada apa Mbak ? kok rasanya ada yang berat dalam diri Mbak soraya ?” tanyaku sambil memandangnya teduh
“Nggak aaa paa apa Han “ ujar Andi Soraya dengan gugup
“Mbak Soraya .. kok gugup sih .. please .. katakan jika ada yang membebani Mbak ?” tanyaku sambil memegang tangannya dan Andi Soraya hanya menundukan mukanya dan kutahan dagunya
“Hmm . apa Mbak sudah lama ndak merasakan yang itu “ tanyaku dengan berani
“Ah .. nggak Han .. aku nggak ada apa apa kok “ ujar Andi Soraya dengan menepis tanganku di dagunya
“JIka tak keberatan .. aku bisa melakukan Mbak “
Langsung saja kupeluk dan kuhujani dengan ciuman bibir, mula mula bibir itu menolak ciumanku, tapi 5 detik kemudian menyambut pagutanku, malah kedua tangan Andi Soraya dirangkulkan ke pundaku dan memegang kepalaku, kupagut dengan mesra bibir seksi itu dan tanganku memeluk tubuhnya.
“Han .. “ ujar Andi Soraya dengan nafas memburu
“Ya .. “ kataku pelan
“Aku kesepian Han .. ‘ ujar Andi Soraya dengan lemah
“Akan kupuasi kau Mbak .. “ kataku dengan gemas dan kembali melumat dan menindih tubuh seksi itu, kulumanku disambut dengan ganas oleh Andi Soraya. Setelah Andi Soraya mendorong dadaku lalu berdiri, menggamit lenganku untuk menuju ke kamarnya
Begitu masuk kamar dan pintu belum tertutup dengan sempurna Andi Soraya segera menghujani wajahku dengan ciuman. Ia memelukku dengan erat. Dadanya sengaja ditekankan ke dadaku. Terasa lembut menekan ke dadaku. Kepalanya disandarkan ke bahuku.

"Aku suka dengan keberanian dan caramu. Kamu halus tetapi to the point. Ayo, sekarang aku akan lihat kemampuanmu di atas ranjang," katanya sambil mencium bibirku.

Tangannya kemudian membuka baju lalu kemudian celanaku. Kini aku tinggal mengenakan celana dalam. Dengan cepat baju dan celananyapun segera merosot ke lantai. Tangannya menyelinap ke balik celana dalamku dan mulai mengelus penisku. Kontan saja penisku yang sudah sejak tadi ingin segera bertempur langsung bereaksi. Sambil terus berciuman, sebentar kemudian sisa kain di tubuh kamipun segera tanggal.

Andi Soraya mendorong tubuhku ke ranjang dan segera menerkamku dengan ciuman yang ganas. Aku membalas dengan tak kalah ganas. Bibirnya bergeser ke bawah dan ia mencium dan menjilat leherku. Aku menggelinjang penuh nikmat.

Napas kami mulai memburu. Sambil menciumi dan mengecup dadaku, Andi Soraya memelukku erat. Kulihat buah dadanya yang kenyal dan padat dihiasi dengan puting kecil yang berwarna merah muda menantangku untuk segera mengulumnya. Payudara kusedot, kukulum dan kuremas secara bergantian. Tangan kiriku mengusap-usap pipinya dan bahunya dengan lembut.

Andi Soraya mengerang dan merintih ketika putingnya kugigit kecil dan kujilat-jilat.

"Ououououhh.. Nghgghh, .. Ouuhh.. Han"

Payudaranya kukulum habis sampai semuanya masuk ke mulutku. Andi Soraya menjilati telingaku. Akupun terangsang dengan hebat. Penisku sudah mengeras siap untuk berperang.

Andi Soraya melepaskan diri dari pelukanku dan kini ia menjilati dan menciumi tubuhku. Dari leherku bibirnya kemudian menyusuri dadaku, dan ".. Oukhh, Mbak Soraya.. Yachh.." aku mengerang ketika mulutnya menjilati putingku. Kutolak tubuhnya karena tak tahan dengan rangsangan yang diberikan pada putingku dan kemudian kugulingkan ke samping.

Bibirku menyambar bibirnya. Kudorong lidahku menggelitik mulutnya. Lidahku kemudian disedotnya. Tangannya menjelajah ke selangkanganku dan kemudian mengocok penisku. Penisku semakin tegang dan besar.

"Puaskan aku. Bawa aku masuk dalam gelombang kenikmatan.." ia merintih. Kugulingkan lagi badannya sampai ia berada di bawahku. Tidak lama kemudian tangannya menggenggam erat penisku. Ditelannya dengan bulat penisku di mulut Andi Soraya, namun tak lama, gantian aku yang langsung menjilati vaginanya, itupun tak lama karena Andi Soraya ingin cepat dimasukin
“Han .. masukin dulu .. lama aku tak digituin “ ujar Andi Soraya dengan genit.
Penisku kemudian dituntunnya masuk ke dalam lubang kenikmatannya, terasa sangat sesak namun aku terus mendorong. Terasa licin dan basah.
“Dorong Han .. Ouuuuuuhh .. enaknya Han .. enaknya penismu .. aku suka .. “ ujar Andi Soraya dengan liar dan menggelinjang keenakan

"Akhh.. Oukkhh" Andi Soraya mendongakkan kepalanya dan memberikan kesempatan kepadaku untuk menjilat dan menciumi lehernya yang tepat di depanku. Ia memutarkan pantatnya dan dengan satu hentakan keras ke bawah akhirnya semua batang penisku sudah terbenam dalam vaginanya.

Pinggulku bergerak naik turun menimba kenikmatan. Kadang gerakanku kuubah menjadi ke kanan ke kiri atau berputar berlawanan dengan arah putaran pantatnya. Sesekali gerakanku agak pelan dan kuangkat pantatku sampai penisku keluar dan segera kumasukkan lagi. Kadang juga pantatku naik tidak terlalu tinggi, hanya kepala penisku yang berada di bibir guanya dan kemudian dengan cepat kuturunkan pantatku hingga seluruh batang penisku tenggelam ke dalam liang nikmatnya

Punggungnya naik dengan bertopang pada sikunya. Kuisap puting buah dadanya yang sudah mengeras. Gerakanku menjadi semakin liar dan kasar. Tangannya kini memeluk punggungku dan dadanya merapat pada dadaku. Tangannya meremas dan menjambak rambutku, mulutnya merintih dan mengerang keras.

"Han.. Ouhh Han, aku mau nyampai, aku mau kelu.. Ar"
"Sshh.. Shh"
"Han sekarang ouhh.. Sekarang" ia memekik.

Tubuhnya mengejang rapat diatasku dan kakinya membelit kakiku. Mulutnya mencari-cari mulutku dan kusambar agar ia tidak merintih terlalu keras lagi. Vaginanya berdenyut kuat sekali. Akupun merasakan akan menggapai kenikmatan dan kutekan pantatku ke bawah dengan keras hingga penisku mentok ke dinding rahimnya.

"Akhkhkh Mbak Soraya.. Aku cum.. Keluar," kumuntahkan cairan maniku ke dalam vaginanya. Terasa banyak sekali dan meleleh keluar sampai menetes di sprei.

Tubuhku melemas di atas badan Andi Soraya. Keringat kami bagaikan diperas, menitik di sekujur tubuh. Kemaluanku yang masih menegang kubiarkan tetap di dalam vaginanya dan beberapa saat akhirnya mengecil dan terlepas sendiri.


Akhirnya kami bangun setelah napas kami menjadi teratur. Kami segera masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri. Sambil membersihkan diri tangannya mengembara ke selangkanganku, meremas, mengurut dan mengocok penisku dengan busa sabun. Perlahan namun pasti penisku semakin membesar dan mengeras lagi. Dibersihkannya busa sabun di penisku dengan air. Dalam keadaan basah kami berciuman dan saling memagut.

Kami mulai terangsang dan tubuh kami mulai hangat. Detak jantung mulai cepat dan napas menjadi berat. Kududukan dia di atas bak air di dalam kamar. Kini kami lebih leluasa mengeksplorasi tubuh kami. Tangannya masih juga bermain di bawah perutku. Tanganku meremas payudaranya, memilin putingnya. Kutarik pantatnya sedikit ke depan sehingga posisinya berada di bibir bak air. Tangannya membantuku memasukkan penisku ke vaginanya dalam posisi berdiri. Ia menggerak-gerakkan pantatnya untuk membantu usahaku. Digesekkan kepala penisku pada bibir vaginanya. Setelah cukup pelumasan ia berbisik "Dorong To.. Dorong". Kudorong pantatku dengan pelan dan akhirnya batang penisku bisa masuk dengan lancar ke dalam guanya.

Aku mulai bergerak maju mundur untuk meraih kenikmatan. Kakinya membelit pinggangku. Sampai beberapa menit aku masih bertahan pada posisi berdiri. Kakiku sudah mulai gemetar menahan berat tubuhku. Kuangkat tubuhnya kemudian kuhimpitkan dia ke dinding. Sebelah kakinya kuangkat ke pinggulku. Dengan berciuman dan meremas payudaranya aku tetap menggenjot vaginanya. Penisku terlepas dan aku mengalami kesulitan untuk memasukkannya lagi.

Kudorong dia sambil tetap berpelukan dan berciuman kembali ke kamar. Sampai kamar kulepaskan pelukanku dan kubaringkan tubuhnya yang montok ke ranjang. Sebentar kemudian kami kembali bergumul untuk saling memberi dan menerima kenikmatan. Namun penisku belum masuk ke dalam vaginanya.

Andi Soraya kini berada di atas tubuhku. Kepala Andi Soraya ke bawah, ke perut dan terus ke bawah. Digigitnya penisku dengan gigitan kecil di sepanjang batangnya. Andi Soraya memandangku dan aku menarik buah zakarku sehingga batang penisku juga tertarik dan berdiri tegak menantang. Aku memberi isyarat ketika kepalanya ada di atas selangkanganku. Kepalanya kemudian bergerak ke bawah. Ia mengisap-isap kepala penisku dan menjilatinya.

Tiba-tiba tubuhku tersentak ketika lidah Andi Soraya menjilat lubang kencingku. Kulihat Andi Soraya dengan asyiknya menjilat, menghisap dan mengulum kepala penisku. Ia tidak memasukkan seluruh batang penisku ke dalam mulutnya, melainkan hanya kepala penisku saja yang menjadi areal kerjanya.

Kutarik tubuhnya sehingga Andi Soraya kini berada di bawahku. Andi Soraya memelukku dan menciumi daun telingaku. Aku merinding. Dadanya yang kencang dan padat menekan dadaku. Kucium bibirnya dan kuremas buah dadanya.

"Ouhh ayo Han.. Aku.. Masukkan.. Ayo masukkan.."

Aku menurunkan pantatku dan segera penisku sudah tengelam dalam lubangnya.

"Enak sekali Han, aku.. Oukhh"

Ia memekik kecil, lalu kutekan kemaluanku sampai amblas. Tangannya mencengkeram punggungku. Tidak terdengar suara apapun dalam kamar selain deritan ranjang dan lenguhan kami.

Kucabut kemaluanku, kukeraskan ototnya dan kutahan. Pelan-pelan kumasukkan kepalanya saja ke bibir gua yang lembab dan merah. Andi Soraya terpejam menikmati permainanku pada bibir kemaluannya.

".. Hggk..". Dia menjerit tertahan ketika tiba-tiba kusodokkan kemaluanku sampai mentok ke rahimnya. Kumaju mundurkan dengan pelan setengah batang sampai lima kali kemudian kusodokkan dengan kuat sampai semua batangku amblas. Andi Soraya menggerakkan pinggulnya memutar dan naik turun sehingga kenikmatan yang luar biasa sama-sama kami rasakan. Penisku seperti dipelintir rasanya. Kusedot payudaranya dan kumainkan putingnya dengan lidahku.

Andi Soraya seperti mau berteriak dan menahan sesuatu perasaan yang sukar untuk dilukiskan. Ia memukul-mukul dadaku dengan histeris.

"Auuhkhh.. Terus.. Teruskan.. Han.. Enak sekali.. Ooh"

Kini kakiku menjepit kakinya. Ternyata vaginanya nikmatnya memang luar biasa, meskipun agak becek namun gerakan memutarnya seperti menyedot penisku.

Aku mulai menggenjot lagi. Andi Soraya seperti seekor singa liar yang tidak terkendali. Keringat membanjiri tubuh kami. Kupacu Andi Soraya melewati padang rumput dan mendaki lereng terjal penuh kenikmatan. Kami saling meremas, memagut, dan mencium.

Kubuka lagi kedua kakinya, kini betisnya melilit di betisku. Matanya merem melek. Aku siap untuk memancarkan spermaku.

"Mbak Soraya, aku mau keluar.. Sebentar lagi.. Aku mau..".
"Kita sama-sama, Ouououhh..". Andi Soraya melenguh panjang.
"Sekarang . Ayo sekarang.. Ouuhh.. Mbak Soraya" Aku mengerang ketika spermaku muntah dari ujung penisku.
"Han.. Agghh" kakinya menjepit kakiku dan menarik kakiku sehingga kejantananku tertarik mau keluar.

Aku menahan agar posisi kemaluanku tetap dalam vaginanya. Matanya terbuka lebar, tangannya mencakar punggungku, mulutnya menggigit dadaku sampai merah. Kemaluan kami saling membalas berdenyut sampai beberapa detik. Setelah beberapa saat kemudian keadaan menjadi sepi dan hening.

Kami terdiam dengan saling memeluk, kuberikan ciuman di dahinya. Andi Soraya menjepit kedua kakiku. penisku masih tertanam dan berdenyut denyut walau tidak terlalu keras. Kami tertidur ketika waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Andi Soraya menggeliat sehingga membuat aku terbangun dan meringis.
“Han .. auh .. sakit deh .. cabut dulu .. “ kami saling tersenyum ketika mencabut alat kelaminku sambil memekik dan meringis
“Gedhe banget tuh . “ ujar Andi Soraya dengan genit dan memberikan ciuman mesra di bibirku.
Aku hanya tersenyum
“Tidur sini saja .. jangan pulang .. keloni aku deh .. “
“Aman nggak ?”
“Jakarta nggak ada yang peduli ... “ ujar Andi Soraya dengan cuwek kemudian berdiri dan keluar dari ranjang, membuka lemari dan memakai daster, aku pun diberi daster
“Aku pengin telanjang saja “
Andi Soraya tak menggubris lalu keluar dari kamar, aku yang sangat kehausan keluar dari kamar dan melihat Andi Soraya terpekur
“Ada masalah Mbak ?” tanyaku
“Nggak Han .. “
“Apa Mbak memikirkan apa yang telah kita lakukan ?” tanyaku sambil memegang tangannya, tanganku diremasnya
“Tidak Han .. aku tak memikirkan itu .. aku ada masalah lain dengan mantan suamiku “
“Sungguh ?” tanyaku meminta kepastian
Dipandangnya diriku dan diberikan ciuman di bibirku
“Sungguh, sayang “ kata Andi Soraya dengan senyuman yang manis
“Terima kasih Mbak Soraya “ kataku sambil mengecup dahinya
“Han .. aku selalu butuh itu .. maukah kau selalu meluluskan permintaanku ?”
“Selalu, sayang “ kataku dengan teduh dan memandangnya
“Oke Han .. lalu apa yang harus kulakukan ?”
Aku tak menjawab dan pergi ke ruang tengah menyalan TV, Andi Soraya menyusul kemudian
Tanpa mengalihkan pandanganku dari layar televisi, Aku menyahut kalem,
"Bagaimana kalau kamu menari bugil..".
"Apa?", jerit Andi Soraya sambil lebih membelalakkan matanya,
"Ih, pikiranmu jorok ah!". ujar Andi Soraya sambil mendekat diriku
Aku terlonjak karena dicubiti oleh Andi Soraya di pinggang, di perut, di paha, di dada, di mana-mana. Aku itu tertawa-tawa kegelian, dan senang karena bisa membuat Andi Soraya terdesak dalam perdebatan. Sekarang aku tinggal menunggu, maukah Andi Soraya melakukan apa yang kuminta itu.
Setelah puas mencubitiku, Andi Soraya berseru, "Baik! Jangan tinggalkan tempat.., Saya akan kembali sebentar lagi!"
Aku tersenyum enteng, tetapi sesungguhnya aku berdebar juga. Tegang sendiri memikirkan apa yang akan dilakukan Andi Soraya.

Andi Soraya menghilang ke dalam kamar cukup lama. Aku berkali-kali menengok, kuatir jangan-jangan Andi Soraya meninggalkannya tidur. Jangan-jangan ia mempermainkan aku, pikirnya. Tetapi aku tidak beranjak dari kursi di depan TV yang sudah menyelesaikan tayangan siaran berita, berganti siaran musik. Aku masih menunggu, dan berharap akan benar-benar mendapat "pertunjukan istimewa" dari Andi Soraya.

Lalu tiba-tiba lampu ruangan mati. Aku tersentak, dan belum sempat menengok mencari siapa yang iseng mematikan lampu, TV-pun ikut mati. Sialan! sergahku itu, Andi Soraya ternyata membawa remote control, dan pasti dia yang iseng.
"Jangan becanda, ah.." Aku hendak mengeluh, tetapi lalu lampu di pojok ruangan menyala. Sinarnya hanya temaram, menimbulkan suasana romantis. Dan di sana.., di depan pintu kamar tidur.., Andi Soraya berdiri dengan daster tipis yang menampakkan bahunya yang putih mulus. Ada tali kecil yang mengaitkan daster itu ke bahunya. Dalam sinar yang temaram, Andi Soraya tampak bagai sebuah manequin di etalase toko. Daster itu terlalu tipis untuk bisa menyembunyikan tubuhnya yang telanjang. Tetapi karena sinar temaram, Aku tidak bisa melihat seluruh tubuh Andi Soraya. Aku itu melongo.
"E-e-e.." Andi Soraya berbisik sambil mengacungkan dan menggoyang-goyangkan telunjuknya.
"Jangan beranjak dari tempat duduk.."
Aku yang sudah siap bangun, kembali duduk, lalu tersenyum menikmati pemandangan di depanku. Boleh juga gaya Andi Soraya. Mari nikmati saja pertunjukkan ini.

Andi Soraya melangkah perlahan meninggalkan pintu kamar ke arah tengah ruangan. Langkahnya gemulai, meniru Nadine Chandrawinata di cat walk. Sudah beberapa kali Andi Soraya menonton sahabat cantiknya itu beraksi. Ia sudah tahu bagaimana berjalan agar terlihat seksi dan menawan. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis menggoda. Satu tangannya di letakkan di belakang pinggangnya, dan satu lagi melenggang santai. Aku tersenyum lebar. Bravo! tukasku dalam hati,!

Sekitar tiga langkah di depanku yang tertegun, Andi Soraya berhenti. Perlahan-lahan wanita seksi itu memutar tubuhnya 360 derajat. Aku berhenti tersenyum. Aku menahan nafas, melihat tubuh Andi Soraya melintas bagai film slow motion, menerawangkan kemulusan yang tak tertutup oleh pakaian dalam. Payudara yang sintal dan tegak menantang itu terlintas, perut yang datar dan dihiasi noktah pusar bagai lesung pipit, lembah di antara dua paha yang samar-samar terlihat, dua bukit di pantatnya yang padat berisi sungguh menggemaskan. Satu persatu pemandangan indah itu melintas untuk kutatap sepuas hatiku.

Andi Soraya melakukan gerakan memutar perlahan itu dua kali. Satu ke arah kiri, satu lagi ke arah yang berlawanan. Setelah putaran kedua, Andi Soraya diam sejenak menghadap ke arahku dengan kedua kaki tegak agak terentang. Andi Soraya menahan tawa melihatku menelan ludah berkali-kali.
Lalu, sambil tetap berdiri tegak terentang itu, Andi Soraya perlahan-lahan mengangkat satu tangannya untuk diletakkan di belakang leher. Ketiaknya yang bersih mulus segera terpampang, dan seberkas keharuman yang lembut menyeruak penciumanku, membuatku itu menghela nafas dalam-dalam. Andi Soraya juga kemudian menahan nafas, ketika dengan perlahan-lahan, menggunakan satu tangan yang lainnya, Andi Soraya menurunkan kait daster di bahu kirinya.

Daster itu merosot sedikit. Pelan-pelan bagian atas payudara kiri Andi Soraya menyeruak. Aku menelan ludah. Bukit indah di dada Andi Soraya itu terlihat indah kalau hanya sebagian terkuak. Samar-samar aku bisa melihat puting susunya yang kini menjadi satu-satunya penyangga sehingga daster itu tidak merosot terus untuk menampakkan seluruh bola putih mulus. Ingin rasanya aku bangkit dan menarik daster itu.
Lalu Andi Soraya menggunakan tangan yang tertumpang di belakang lehernya untuk melepaskan kait daster yang lain. Dan seperti sebelumnya, daster itu merosot perlahan. Kini tertahan oleh tangan Andi Soraya yang berada di depan dadanya, sedikit di bawah kedua putingnya. Dengan cara ini, Andi Soraya menampilkan bagian atas kedua payudaranya yang ranum membusung menawan itu. Aku menelan ludah lagi, sungguh seksi terlihat Andi Soraya, dengan dua bukit yang mengintip malu-malu dan bahu mulus terpampang bebas. Ingin sekali aku membenamkan mukaku di sana. Ingin sekali!

Sambil tersenyum menggoda, Andi Soraya menurunkan sedikit tangannya yang berada di depan dada. Sedikit saja, sehingga kini sebagian dari putingnya tampak mengundang selera. Lalu wanita itu melangkah mundur perlahan-lahan. Aku mengernyitkan dahi agar bisa terus memandang jelas.

Setelah cukup jauh, dan bahkan hampir menyentuh tembok di seberangku, wanita seksi itu berhenti lalu berputar membelakangiku. Sambil menengok dengan gayanya yang manja, Andi Soraya menggunakan satu tangannya untuk menarik bagian belakang dasternya pelan-pelan ke atas. Aku terhenyak di kursi, merasakan nafasku cepat memburu, ketika melihat paha Andi Soraya yang mulus tersingkap sedikit demi sedikit. Kain tipis itu terus naik, perlahan-lahan menampilkan bagian belakang tubuh Andi Soraya yang indah dan menggemaskan. Aku menahan nafas, ketika seluruh bulatan seksi pantat Andi Soraya terpampang bebas. "Oh.., mengapa ia harus berdiri jauh-jauh begitu!", keluhku.

Apalagi kemudian perlahan-lahan Andi Soraya merenggangkan kedua kakinya dan perlahan-lahan pula membungkuk sambil tetap menahan tepian daster di pinggangnya. Aku semakin terhenyak di kursi, memandang Andi Soraya pelan-pelan menungging. Pantatnya yang seksi pelan-pelan menjadi bagian yang paling tinggi. Dan.., Wow.., kewanitaan Andi Soraya terlihat indah dari belakang, agak sedikit terkuak menampakkan bagian yang tersembunyi. Aku menelan ludah entah sudah berapa kali, belum pernah aku melihat Andi Soraya begitu menggiurkan seperti ini. Tak sadar, kejantananku menegang membentuk sebuah tonjolan di depan celanaku.

Untuk beberapa jenak Andi Soraya tetap membungkuk memamerkan bagian paling sensual dari tubuhnya. Setelah hitungan ke sepuluh, cepat-cepat wanita itu menegakkan lagi tubuhnya, sekaligus melepaskan dasternya turun menutupi kembali pantatnya. Aku mendesah kecewa, dan Andi Soraya menahan tawanya.

Lalu Andi Soraya berbalik lagi menghadapku. Masih dengan posisi kaki agak terentang, ia melepaskan pegangan tangannya pada bagian atas dasternya. Dengan cepat, karena sudah tak terkait lagi di bahu, daster tipis itu meluncur turun. Tubuh yang menggiurkan, mulus tanpa cela, seksi, sensual, erotis, menggemaskan, mengundang remasan, putih bersih halus. Wow!, Aku berkali-kali menjerit kagum di dalam hati. Baru kali ini, ia bisa betul-betul menikmati pemandangan tubuh Andi Soraya, padahal sudah 2 ronde kami bercumbu bertelanjang bulat. Tetapi baru kali ini aku sadar bahwa Andi Soraya adalah sebuah keindahan yang tidak hanya harus digumuli diremas, tetapi juga dipandang sepenuh kalbu.

Andi Soraya menarik sebuah kursi di dekatnya. Pelan-pelan ia duduk, tanpa sedetikpun mengalihkan pandangannya dariku, tanpa berhenti tersenyum tipis menggoda. Setelah duduk, perlahan-lahan Andi Soraya mengangkat satu kakinya untuk ditopangkan di sandaran kursi. Pelan-pelan Aku melihat selangkangan Andi Soraya terkuak. Aku menahan nafas menunggu sampai lembah cinta yang selalu kunikmati untuk ditelusuri dengan jari atau lidahku itu betul-betul terkuak sempurna. Wajah Andi Soraya merona nakal dan genit menggoda, ketika akhirnya kakinya tertumpang di sandaran kursi. Selangkangannya terkuak sempurna. Terpampang sepenuhnya untuk dipandang sepuasnya oleh diriku
Aku bersiap untuk bangkit, tetapi gerakannya terhenti karena Andi Soraya cepat sekali mengangkat telunjuknya dan berdesah seksi,
"Ssst.., jangan beranjak.., tetap di tempatmu..".

Aku kembali duduk, dan lalu membelalakkan mataku melihat apa yang sedang dikerjakan Andi Soraya.

Andi Soraya memasukkan satu jari tengahnya ke mulutnya. Pelan sekali, dengan gaya seksi, wanita itu menyedot-nyedot jarinya sendiri, membuatnya basah dari ujung sampai ke pangkalnya. Lalu, Andi Soraya menggunakan jari yang basah itu untuk membuat sebuah alur. Pelan-pelan ia mengguratkan jarinya dari dagu, turun ke leher, turun ke antara dua bukit payudaranya, berputar naik ke salah satu putingnya yang segera bereaksi tegak lalu turun lagi ke perutnya, berputar-putar di pusarnya lalu terus turun. Aku menelan ludah dan menahan nafas. Jari itu terus turun ke selangkangan menyerong sedikit untuk melintas cepat di lepitan pertemuan antara paha dan pinggulnya lalu menyelinap di antara dua bibir kewanitaannya. Naik ke atas sampai ke lepitan yang menyembunyikan tombol asmaranya berputar sejenak di sana lalu turun lagi.

Mulut Andi Soraya terbuka sedikit, senyumnya menghilang. Wanita sensual ini tadinya hendak menghapuskan gerakan ini dari acting-nya. Tetapi entah kenapa kini ia ingin melakukannya

Nafasku memburu keras. Aku sudah sangat terangsang oleh semua pertunjukkan Andi Soraya, tetapi kali ini benar-benar aku nyaris tak tahan karena apa yang dilakukan Andi Soraya. Wanita yang selalu menggiurkan bagiku itu melakukan hal yang tak terduga, merangsang dirinya sendiri di hadapanku. Betapa erotiknya pemandangan itu.., melihat seseorang selingkuhan merangsang dirinya sendiri, terbuka tanpa tedeng aling-aling menikmati jarinya yang lentik turun naik menelusuri lembah cintanya.

Dan Andi Sorayapun merasakan darahnya berdesir cepat ketika perlahan-lahan kenikmatan datang dari gerakannya sendiri. Ia sendiri tak kuasa lagi mencegah gerakan tangannya, yang seakan-akan secara otomatis naik turun sepanjang kanal senggamanya. Pelan-pelan kanal itu semakin basah, dan semakin lancarlah perjalanan sang jari yang lentik.

Untuk beberapa saat Aku ragu-ragu, apakah aku harus membantu? pikirku. Tetapi aku lalu memutuskan untuk duduk saja menonton gerakan-gerakan erotis itu. Wajah Andi Soraya kini merona merah, dan matanya meredup sayup. Mulutnya semakin terbuka, dan nafasnya mulai terdengar memburu. Berkali-kali ia kelihatan menggeliat tertahan, terutama jika ujung jarinya seperti tak sengaja menyentuh bagian atas kewanitaannya.

Andi Soraya tak bisa menahan sebuah erangan keluar dari mulutnya. Sejenak ia memejamkan mata, mengurut-urutkan jarinya agak lebih keras di kanal cintanya. Beberapa kali ia melakukannya. Lalu ia membuka mata kembali, memandangku yang masih duduk dengan wajah terpesona. Ia tersenyum manis. Sambil tetap tersenyum, cepat-cepat ia bangkit dan melangkah menuju kamar. Gerakan ini dilakukan tiba-tiba, karena memang dimaksudkan sebagai surprise.

Aku tersentak ketika menyadari Andi Soraya telah hampir sampai di kamar. Aku ragu-ragu, apakah sudah boleh berdiri dan ikut ke kamar? Aku hendak bertanya, ketika dilihatnya Andi Soraya berhenti di ambang pintu dan menengok ke arahnya dengan gaya manja campur genit. Lalu Andi Soraya berkata pelan nyaris berbisik, "Kalau mau masuk, ketok pintu dulu, ya!".

Belum sempat Aku mencerna ucapan itu, Andi Soraya sudah menghilang masuk kamar dan menutup pintu. Ketika terdengar suara kunci diputar, barulah Aku terlonjak bangun. Cepat-cepat aku melangkah ke kamar, dan mengetuk. Satu kali, tidak ada reaksi. Dua kali, hanya terdengar Andi Soraya bergumam tak jelas. Tiga kali, terdengar langkah menuju pintu. Empat kali, terdengar suara Andi Soraya menggoda dari balik pintu,
"Siapa itu?".
"Buka, dong, Yang..", ujarku dengan gaya memelas.
"Nanti dulu, saya pakai baju dulu.." kata Andi Soraya sambil menahan tawa.
"Aku nyerah, Yang.., Please jangan pakai baju lagi.." kata Aku betul-betul penuh dengan permohonan yang tulus.
Andi Soraya tertawa cekikikan mendengar ucapan aku. Tak tega, ia segera membuka pintu.

Ngentot Aditya Wardani


Presenter Aditya Wardhani, wanita ini sungguh sangat memukau lelaki dengan bentuk tubuhnya yang sangat menggiurkan, Aditya Wardhani mempunyai postur tubuh yang sangat sintal dengan ukuran buah dada yang sangat besar, besaran telapak tanganku dipastikan tidak akan muat, setelah pensiun dan jadi produser dari acara yang pernah dibintangi, kini wanita itu seolah tenggelam dalam dunia presenter, namun aku sudah lama mengidamkan wanita ini, aku sering masturbasi dengan membayangkan Aditya Wardhani, sudah berbulan bulan aku mencari kontaknya ketika kantor temanku membutuhkan tenagaku, hmmmm ! Aku ingin bercinta dengannya. Kemolekan tubuhnya, buah dadanya yang sangat membusung padat, ingin penisku bermain di buah dadanya. Aku mengenalnya ketika mengkontaknya karena butuh pandangan dia dalam dunia televisi dengan iklan, di mana aku diminta temanku agar menemui Aditya Wardhani di rumahnya. Aku menemuinya ketika Aditya Wardhani sedang duduk membaca koran, memakai pakaian warna ungu dan kontras benar dengan ukuran buah dadanya yang besar.
“Selamat Pagi “ sapaku ketika aku datang ke rumahnya.
“Selamat Pagi juga “ sapanya ramah
Kuutarakan maksud tujuanku dan Aditya Wardhani hanya mendengar saja. Ketika aku mempresentasikan apa yang aku ketahui Aditya Wardhani langsung berujar karena sebuah terobosan
“Mas … kalo begitu Mas .. gabung saja … ntar masalah bayaran bisa saya atur “
“Tapi saya khan masih bekerja di tempat asal saya “
“Nggak masalah … kantor anda khan hanya menawarkan iklan dan pendanaan, tugas anda khan menggantikan … jadi lebih baik anda gabung saja … “
“Baik Mbak Wardhani … akan saya pertimbangkan “
“Oke … ndak buru buru khan … ?”
“Nggak juga … “
Minumanku sudah habis, Aditya Wardhani kembali masuk ke rumah dan kembali membawa teko teh, ketika menuangkan teh itu ke gelasku, mataku takjub dengan pandangan di depanku, besaran buah dadanya sungguh menggiurkan, tanganku sangat gatal ingin meremas remasnya, namun karena situasi yang seperti itu rasanya tak mungkin kulakukan, penisku sendiri sudah ngaceng dan aku tak tahu kalo Aditya Wardhani memperhatikan selakanganku yang berubah, dia hanya mesam mesem saja. Malah Aditya Wardhani memintaku untuk meminum lagi dan dituangkan sekali lagi dengan memamerkan buah dadanya.
“Alamak …. pandangan gratis “
Aku pulang dengan perasaan kecewa, ya kutinggalkan rumah Aditya Wardhani dengan perasaan gundah gulana, dewiku kini tak bisa kupandang langsung lagi, lusa aku harus datang ke kantornya untuk wawancara dengannya. Namun belum sampai rumah aku sudah di sms, agar mau bergabung, aku menjawab, butuh waktu mikir. Malah Aditya Wardhani malamnya ngobrol denganku lewat telepon
Lusa aku datang terlambat karena macet karena ada demo, Aditya Wardhani sudah menelpon dan aku masih terjebak di jalan, Aditya Wardhani hanya tertawa saja
“Payah sih Mbak Dhani ini .. “
“Nggak sih …. ya dah aku tunggu deh .. selamat bermacet ria “
“Ntar aku cium lho “ godaku
“Coba kalo berani .. “ tantangnya
“Palingan lari … “
“Lari kemana .. lha wong aku nunggu kok .. “
“Oke deh … jian demo kunyuk beneran nih .. sudah demo masih nadah minta sumbangan pula “
“Kasih saja rokok sebatang … kalo duit ntar dikorupsi … “
“Lha rokokku cuma sebatang nih “ ujarku jujur karena dalam bungkus rokoku tinggal sebatang
Aditya Wardhani tertawa keras.
“Jorok lu .. ngomongnya “
“Jorok gimana .. benar nih .. rokok dalam bungkusku tinggal sebatang … “ ujarku dengan nada serius
“Kirain yang punyamu itu .. “ ujarnya dengan tawa cekikikan
“Dasar pikirannya ngeres .. “
Aku terkesiap dengan kataku, kalo cewek dah ngeres lebih gampang dirayu untuk diajak berselingkuh. Aku sampai di kantor Aditya Wardhani terlambat dua jam, aku datang dengan membawa laptop dan beberapa peralatan portable.
Aku masuk ke kantor Aditya Wardhani setelah melalui pengecekan satpam dan receptionis yang cakep cakep dengan balutan blazer dan rok diatas lutut, mataku melirik kemulusan pahanya, mayan juga anak buah Aditya Wardhani ini, bisa buat pelampiasan kalo tidak mendapatkan Aditya Wardhani.
Aku menunggu di depan kantor Aditya Wardhani, kusandarkan kepalaku lalu diam sebentar. Aditya Wardhani menyapaku
“Selamat siang Mas”
“Selamat siang juga Mbak Dhani “ ujarku terkejut karena Aditya Wardhani yang menyambutku, lalu aku berdiri dan menyalami lalu Aditya Wardhani menarik lenganku untuk mengikuti aku ke ruangan kerjanya, siang itu Aditya Wardhani sangat cantik sekali, masih memamerkan besaran buah dadanya. Sengaja memancingku, aku dan Aditya Wardhani duduk di kursi tamu, rok Aditya Wardhani di atas selutut, ketika menumpangkan kakinya aku sekilas melihat celana dalamnya warna putih, alamak mak .. pahanya benar benar membuatku tidak bisa berkonsentrasi, Aditya Wardhani hanya tersenyum saja.
Aku duduk di sampingnya dan membuka laptopku lalu memberikan beberapa hal yang perlu, mataku tak pernah lepas dari buah dada dan pahanya yang mulus, aku pasti akan puas melayani wanita ini.
“panjang banget masukanmu … sayang saya harus keluar … “
“Kita lanjutkan kapan kapan .. “
“Lusa bisa nggak temuan saya di rumah … selepas pulang kerja “
“Bisa sih … tapi agak gelap .. jadi bisa sekalian dinner gitu “
“Baik … saya siapkan … “
Aku pulang dari kantor Aditya Wardhani, ketika aku keluar dari ruangannya dan hendak lenyap dari kantor itu, Aditya Wardhani masih menatapku, aku memandangnya dan diberi senyum lalu aku lenyap dari pandangannya, kuambil mobilku dan aku beranjak dari situ, kuamati lantai atas, kulihat kini Aditya Wardhani telah berada di jendela melihat mobilku melintas, mataku yang tajam melihat Aditya Wardhani menggigit bibirnya. Entah karena apa… mungkihkah dia terkesima denganku, dengan badan atletis dan mempunyai otak encer dalam bidang komputer, malah sudah bisa menaklukan beberapa artis yang bisa kutiduri, bahkan memeras kekayaannya. Uang semua itu aku simpan, jika suatu saat dari mereka miskin aku akan mengembalikan uang itu, aku mendepositokan uang itu, bunganya aku pakai sendiri.
Aku datang ke rumah Aditya Wardhani sendirian, aku tak diberitahu kalo Aditya Wardhani juga di rumah sendiri, aku datang membawa bunga sebagai rasa terima kasih. Aditya Wardhani menerima kedatanganku dengan pakaiannya sangat seksi, mengundang birahiku, belahan dadanya tercetak jelas dengan pakaian atas dan dibalut dengan rok pendek. Bahkan aku meyakini di balik pakaiannya itu tidak menggunakan BH. Sial dah ! dia mau menjebakku .. siapa takut !
Kami makan malam sambil ngobrol ke sana kemari, aku lelah menerangkan semua hal kepada Aditya Wardhani. Ruangan tengah dengan alunan musik ringan membuatku terasa sangat betah. Aku ditinggalkannya di ruang tengah dan Aditya Wardhani masuk ke kamarnya, aku hanya berdiri melihat sebuah lukisan dipajang di dinding, aku tak tahu ketika aku memutar tubuhku ke kanan, kulihat pandangannya yang membuatku hampir copot jantungku. Aditya Wardhani sudah berganti daster namun dasternya tidak dipakai secara benar, memamerkan buah dadanya sebelah kanan dan pahanya yang mulus.
“Han … “ sapanya dengan mendesah
Penisku terasa sakit terjepit, jarakku dengan Aditya Wardhani cuma 2 meter, sehingga aku mendekat
“Kau memang benar benar nakal, mencuri curi memandang buah dadaku selama ini “
Aku tak menjawab dan langung saja memeluknya dan bibirku kuarahkan ke bibir Aditya Wardhani, Aditya Wardhani menyabut ciuman bibirku, tanganku sebelah kanan masuk ke belakang dan meremas pantat Aditya Wardhani, kelembutan pantatnya yang sungguh menggemaskan dan malam ini akan kunikmati. Oh … Aditya Wardhani … betapa aku merindukan ini
Kami berciuman bibir di muka pintu kamar Aditya Wardhani, tanganku semakin nakal naik ke atas dan menarik daster dari pundaknya, lalu langsung meremas remas buah dadanya yang besar itu, kami masih tetap saling melumat, pagutan demi pagutan semakin bernafsu, tangan Aditya Wardhani meremas penisku yang sudah ereksi di balik celana panjangku.
“Han .. malam ini akan menjadi milik kita … “ ujarnya genit menarik tanganku masuk ke dalam dan menutupnya dengan kaki. Dibuangnya daster itu, dan pandangan sangat indah tersaji di depanku. Tubuh seksi Aditya Wardhani telanjang bulat di depanku, berdiri memegang tanganku.
“Kau benar benar membuatku gila Mbak … “
“Puasi aku malam ini … “
Kudorong tubuhnya dan dia jatuh ke ranjang yang empuk itu, ranjang yang menjadi saksi akan pergumulan kami. Kubuka bajuku, kaosku serta celana panjangnyaku. Aditya Wardhani memamerkan vaginanya yang nyempluk itu, jembutnya sedikit lebat, pahanya yang mulus serta meremas sendiri buah dadanya yang membusung padat. Indah sekali wanita ini.
Ketika aku hendak maju, Aditya Wardhani menahan tubuhku
“Buka CD .. seberapa besar punyamu “
Kubuka CDku yang sudah ereksi, penisku besarku ngaceng sekali. Aditya Wardhani tersenyum.
“Besar juga Han … “ ujarnya memuji penisku dan menggenggamnya, Aditya Wardhani langsung menindihnya, kulumat bibirnya dan kami laing memilin menggunakan lidah, kami saling menghisap air liur, tangan kananku meremas remas buah dadanya, lalu aku menyusuri jenjang lehernya lalu menuju ke buah dadanya lalu menyusui ke putting buah dada Aditya Wardhani, besar puntingnya berwarna cokal, kusedot sedot dan tangan sebelah kiriku meremas remas buah dadanya sebelah kiri.
“Oh … Han .. terus Han … terus … “
“Akan kupuasi kau Mbak … “
Aku kembali bermain dengan buah dadanya, penisku dikocok kocok oleh Aditya Wardhani. Kuhentikan aktifitasku, dan duduk, kutarik tubuh Aditya Wardhani agar duduk.
“Kulum kontolku Mbak “ pintaku
Aditya Wardhani tersenyum lalu mengubah posisi menjadi nungging di depanku, penisku langsung dijilati dengan rakus, jilatannya membuat aku menahan sensasi birahi, dari ujung penisku dijliati lalu dimasukan ke dalam mulutnya, lalu mengocoknya lagi, penisku sudah amblas dalam mulut Aditya Wardhani, tanganku tak tinggal diam, meremas buah dadanya yang menggantung sangat indah, besar juga dan aku tak bisa meremas seluruh bagian dadanya. Aku bak disetrum ribuan volt, sedotan pada penisku membuat aku terhisap
“Oh . Mbak Aditya .. enak Mbak .. enak “
Aku masih bermain dengan buah dadanya, tangan kiri ke belakang dan meremas pantatnya. Dipandangnya wajahku setelah melepas kuluman pada penisku
“Aku merindukan sperti ini, sayang … “ ujarnya genit
Kudorong tubuhnya agar telentang, kuangkat kakinya, vaginanya sudah sangat becek, kini kakinya mengangkang, aku langsung menyerbu vaginanya.
“Oh .. Han … auh …. “Aditya Wardhani hanya bisa mendesah dan meringis penuh kenimatan, tubuhnya oleng kesana kemari bak cacing kepanasan. Kujilati vaginanya dengan lidahku dan kusibakan labia mayoranya, kusedot lubang vagina itu dengan mulutku, setiap sedotanku tubuh Aditya Wardhani melengkung menahan birahi. Kusambut lengkungan tubuhnya dengan meremas buah dadanya.
“Han …. terus …. terus … oh .. enaknya lidahmu, sayang “
Aku menjilati dan menyedot, kelentitnya sudah kukuasai,setiap jilatan pada kelentitnya membuat Aditya Wardhani teriak histeris.
Aku terus mengaduk aduk vagina Aditya Wardhani, tubuh kami sudah basah berkeringat, hampir lebih sepuluh menit aku mengerjai vagina Aditya Wardhani.
“Han .. aku nggak tahan .. aku mau keluar .. Oh .. “ teriaknya sambil meremas sprei, kuberikan tambahan sensasi dengan meremas buah dadanya, kepalanya oleng ke sana kemari
“Oh .. aku …………. Han ………. aku tak kuat “
Dari vaginanya muncrtalah cairan orgasnmenya dan sebagian masuk ke dalam mulutku, sprei basah oleh cairannya, tubuhnya melemas denga nafas ngos ngosan, kutindih dan kucium keningnya lalu diam memberikanw aktu istirahat, namun tanganku masih nakal mengelus elus pahanya. Rangsanganku membuat Aditya Wardhani bangkit kembali, didorongnya tubuhku.
“Masukin Han .. nanti malah sempit “
Kuturuti lalu aku memposisikan diriku, aku bertelepak pada dengkulnku dan mengarahkan penisku ke lubang yang sudah siap tempur itu, penisku masuk sedikti demi sedikit.
“Pelan Han … iya .. tarik lagi .. “
Aku menarik penisku dan memajukan lagi.
“Oh .. jepitanmu benar benar hebat Mbak .. “
Mili demi mili penisku masuk ke dalam vagina Aditya Wardhani, jepitannya sungguh membuatku gemetar di dengkulku, remasan pada penisku serasa mengurut urut
“Aku bisa nggak tahan nih Mbak .. “
“Kalo mau muncrat .. muncratin saja .. aku yakin kau akan memuaskan aku di ronde selanjutnya” hiburnya.
Penisku amblasku juga ke dalam lubang yang sangat becek itu. Aku lalu berposisi meyodoknya
“Oh .. betapa enak sodokanmu, sayang “ ujarnya sambil melayani gerakanku, kusodok sodok dengan tempo bervariasi.
“Oh Han … enak .. enak … “
“Sudah berapa lama kau tak begini Mbak “ ujarku sambil terus menyodoknya, setiap sodokanku, buah dadanya naik turun seirama tubuhnya yang bergoncang. Menit demi menit kami memacu tubuh kami, cucuran keringat, teriakan, desahan, pekikan memenuhi kamar itu. Oh .. betapa puasku bisa mendapatkan wanita ini.
“Han .. kau mau keluar ?” ujarnya ditengah sodokanku
“Iya nih … nggak tahan deh “ ujarku tak karuan
Aku semakin keras menyodoknya, remasan pada penisku semakin hebat, penisku serasa mau hancur dengan diremas dan disedot di dalam vaginanya
“Keluarin di dalam saja “
Kami kembali memacu lagi, aku meremas buah dadanya lalu aku menindihnya, kucari bibirnya dan kulumat, kaki Aditya Wardhani menjepit pinggangku, dan menyisakan tempat untuk menggerakan pantatku. Ciuman bibirku disambut Aditya Wardhani. Kami saling memilin dan memagut.
“Han .. aku nggak tahan .. “ ujarnya menari kepalaku
Aku masih saja menyodoknya lalu aku menaikan badanku dan kini aku bertepak pada tanganku di atas tubuh Aditya Wardhani yang sangat seksi berbalut keringat
“Iya .. aku mau keluar “ racaku
Kupercepat sodokanku, Aditya Wardhani terguncang guncang, ranjang berantakan, bantal berjatuhan ke lantai. Aditya Wardhani bertariak
“Han … aku sampai … ayo bareng .. “ ujarnya
Kusodokan lebih cepat lagi, dadaku terasa sangat panas dan turun ke perut lalu ke selanganku
“Mbak .. iya nih .. “
Detik selanjutnya Aditya Wardhani mencapai orgasmenya, tangannya meremas sprei, kuberikan sodokan untuk menuntaskan ronde percintaan dengan Aditya Wardhani itu, kumuncratkan air maniku ke dalam rahimnya
“Oh .. aku keluar .. “ teriaku lalu aku ambruk menindih tubuh Aditya Wardhani
“Oh …. aku ………….. enak ………………… “Aditya Wardhani berteriak histeris lalu, aku serasa terbang menikmati orgasmeku.
Kami diam dengan nafas tersengal sengal, Aditya Wardhani mengelus elus kepalaku
“Makasih Han … “
“Iya Mbak … kenapa Mbak mau denganku “
“Aku naksir kamu Han … kau sungguh menggodaku “
“Aku minta kapan kapan lagi boleh khan ?”
“Idih .. aku yang minta deh …. jangan bosen main denganku ya “
Kami diam saling memeluk, kugulingkan tubuh Aditya Wardhani dan kini menindihku.

Tubuhnya yang sangat montok itu kini menindihku, penisku masih berada di dalam vagina Aditya Wardhani, penisku yang setengah ngaceng itu terjepit dengan gemasnya masih diremas remas walau tidak sekuat tadi. Tubuhnya sangat basah keringat dan rambutnya acak acakan, matanya serasa sendu dan berat karena kelelahan kugenjot, tubuhnya yang sangat mulus dan buah dadanya yang besar itu mengencet dadaku, membuat sensasi seksku naik kembali, sehingga penisku ngaceng sekali di dalam lubang vagina Aditya Wardhani. Perubahan yang mendadak ini membuat Aditya Wardhani terkejut, ternyata aku cepat naik di banding Aditya Wardhani. Aditya Wardhani menarik kedua kakinya ke depan dan mengangkat tubuhnya dan kini dalam posisi menduduki aku. Buah dadanya yang besar itu kini menjadi santapan sangat empuk karena tanganku semakin mudah untuk meremas-remasnya.
“Sungguh indah sekali buah dadamu Mbak Dhani “ ujarku sambil menggapai buah dadanya yang besar dan meremasnya.
“Iya..sayang… remaslah semaumu “ ujarnya dengan tersenyum genit.
Kuremas remas buah dadanya sepuasku, kedua buah dadanya itu aku remas bersamaan untuk menaikan tensi birahi Aditya Wardhani.
“Oh Han .. aku ingin lagi … “
“Iya Mbak Dhani … genjot aku … biar aku bermain di buah dadamu”
Remasan pada penisku naik sehingga aku harus mempertahankan diri dari jepitan dan sedotan serta remasan di vaginanya. Aditya Wardhani lalu bergerak naik turun di atas tubuhku, goyanganya naik turun
“Terus Mbak Dhani .. enak .. “ ujarku meracau
“Iya Han … “ ujarnya sambil bertopang tangan di dadaku, sedang tanganku tetap meremasi kedua buah dadanya. Goyangan Aditya Wardhani tidak hanya naik turun, kadang memutarkan pantatnya sehingga membuat penisku semakin hebat untuk diremas.
Penisku keluar masuk vagina Aditya Wardhani, membuat gesekan yang sangat nyaring di kamar itu, Aditya Wardhani menengadah ke atas menikmati goyangannya, kadang memberikan ciuman ke bibirku dan naik lagi menggenjot dan aku kembali bermain di buah dadanya, sesekali mengelus elus pahanya yang sangat mulus itu. Menit demi menit Aditya Wardhani menggenjotku, remasan buah dadanya membuatnya seperti mau orgasme.
“Oh Han .. aku mau keluar nih .. “ ujarnya ditengah genjotannya
“Keluarin saja Mbak Dhani, sayang “ kataku singkat sambil terus bermain main dengan pahanya dan bergantian kembali meremas remas.
Belum ada seperempat jam Aditya Wardhani langsung berteriak
“Han .. aku nggak tahan … Oooooooh ……..enaknya kontolmu, sayang “ ujarnya jorok, remasan pada penisku semakin hebat pertanda mau keluar mencapai klimaks.
Aku terus saja memberikan sensasi pada buah dadanya, kutekan tekan puntingnya. Tubuhnya semakin cepat menggenjotku dan semenit kemudian cairan orgasmenya muncrat membasahi penisku dan langsung ambruk menindihku dan kupeluk.
“Aku sampai . sayang .. “ ujarnya kelelahan dengan nafas tersengal sengal.
“Puasi dirimu Mbak Dhani “ ujarku sambil mengelus elus punggungnya, merapikan rambutnya. Kubiarkan wanita dengan rasa puasnya mencapai orgasme. Penisku tetap saja ngaceng dan dijepit dengan remasan yang tidak sekuat lagi. Tubuhnya diam tak bergerak.
“Kau belum keluar lagi,sayang “ katanya dengan pelan
“Belum Mbak .. “ kataku tetap dengan mengelus elus rambutnya, lalu Aditya Wardhani mencium bibirku dengan mesra, kusambut ciuman bibir itu dengan nikmat, lidahnya masuk ke dalam mulutku dan hanya sebentar kemudian berujar
“Boleh aku ke kamar mandi ?”
“Silakan Mbak .. “
Aditya Wardhani mengangkat tubuhnya dan mencabut dari penisku, gesekannya membuat penisku serasa sakit diremas, setelah tercabut sisa cairan lendir menetes, tubuhku menjauh dari aku keluar ranjang lalu masuk ke kamar mandi mencuci diri. Tak lama kemudian kembali lagi setelah mencuci vagina, Aditya Wardhani naik lagi ke ranjang dan kini posisinya membelakangi aku, sedang aku sudah dalam posisi duduk dengan kaki berselonjor. Aditya Wardhani memegang penisku dan dimasukan ke dalam lubangnya vaginanya yang masih merekah, penisku langsung amblas disertai pekikan kami. Kugapai buah dadanya lalu ke remas remas. Posisi yang sangat kusukai karena aku bisa bermain bebas dengan buah dadanya dan bisa melumat bibirnya sambil memutarkan kepalanya. Disambutnya bibirku dan kami bermain dengan posisi tersebut. Aditya Wardhani kembali menghujamkan pantatnya naik turun di pangkuanku.
“Oh .. Mbak Dhani .. Oh .. enaknya tubuhmu “
“Iya Han .. penismu benar benar hebat .. Oh .. “ujarnya dengan nafas tak karuan karena aku keras sekali meremas remas buah dadanya yang sangat besar itu.
“Han .. keluarkan air manimu ya .. semprot aku “
“Iya Mbak… iya “ kataku sambil bermain dengan meremas dan memijit mijit bagian atas vagina Aditya Wardhani.
Aditya Wardhani semakin keras menggenjotku dan aku serasa sangat kelelahan, kami terus bermain dalam posisi itu, sudah lebih 10 menit Aditya Wardhani menggenjotku, penisku serasa jebol diperlakukan demikian.
Plok ! plok ! plok ! plok .. demikian bunyi keciplak alat kelamin kami.
Aditya Wardhani masih tetap menggenjot disertai desahan, rintihan, dan desisan yang membuatku semakin bernafsu untuk menyelesaikan ronde ini.
Bunyi keciplak, remasan pada buah dadanya di tanganku, membuat Aditya Wardhani semakin liar menggenjotku, tangannya yang memegang pahaku untuk menahan beban membuat aku semakin lama semakian mau menyemprotkan isi buah pelirku.
Jepitannya kini semakin lama semakin keras seperti memluntir.
“Oh .. kau mau keluar Mbak Dhani “ kataku
“Iya .. aku nggak tahan deh .. kontolmu benar benar nakal Han ..”
Aku mengimbagi gerakan Aditya Wardhani dalam menggenjot dengan sangat bernafsu kulumat bibirnya lagi dan meremas remas terus buah dadanya. Selang 5 menit kemudian Aditya Wardhani menengadah kebelakang dan aku menciumi lehernya lalu kembali mengimbangi gerakannya. Lengkungan tubuhnya ke depan kusambut dengan keras meremas buah dadanya lebi keras. Vaginanya memuncratkan cairan orgasmenya, ku cepat sodokanku.
“Oh .. aku keluar Han …sayangku ..”
“Iya .. aku juga … Oh .. betapa bahenolnya kau mbak Dhani “ racauku.
Kusemprotkan air maniku ke dalam lubangnya. Tubuhku lalu lemas lunglai dan aku jatuh ke belakang, Aditya Wardhani juga terjatuh ke belakang dan menindihku, penisku masih di jepit, tubuhku terasa ringan bak kapas menikmati orgasmeku, nafas kami tak beraturan tubuh penuh keringat. Kami terdiam cukup lama.
“Kita istirahat dulu, sayang .. kita lanjuti nanti “ ujarnya sambil meremas tanganku
“Aku sangat senang bermain di buah dadamu Mbak Dhani “
“Lakukan sepuasmu sayang “ ujarnya sambil tersenyum nakal
“Makasih Mbak Dhani “
Kami kembali diam dengan pikiran kami masing masing, waktu masih jam 12 malam.

Kami berdua akhirnya keluar kamar, kupakaikan celana dalam dan kolor pendek, sedang Aditya Wardhani menggunakan daster, kami makan disertai sesekali dengan ciuman mesra. Kami beristirahat sambil menonton televisi, selang sejam kemudian aku ditinggalnya, tak tahan juga aku masuk ke kamar Setelah membuka pintu, lalu aku segera masuk dan menguncinya, kubuang celana kolorku karena ada pemandangan merangsang. Aku melihat Aditya Wardhani berbaring telentang berselimut, ternyata sudah telanjang, sehingga tubuh sintal bahenol dan sintal montok itu jelas kulihat. Kini tampak tubuh putih mulus dan bahenol itu terbuka. Dadanya yang membusung ke depan dengan buah payudara yang besar dan menonjol mancung ke atas itu terlihat semakin menantang dan membuat nafsuku semakin tidak tertahan. Disingkapnya selimut itu ke bawah hingga buah dada Aditya Wardhani tersembul di hadapanku. Bibirku langsung menyambut dengan kecupan.

"Aahh.., hhmm..," desah Aditya Wardhani, kecupanku membuatnya merasakan kenikmatan khas dari mulutku saat aku mulai menyedot putingnya.
Aditya Wardhani terus mendesah sambil berusaha melepaskan celana yang kukenakan. Setelah berhasil melepaskan celana panjang itu, tangan Aditya Wardhani langsung meraih batang penisku yang telah tegang mengeras. Dirabanya lembut sambil mengusap-usap kepala kemaluan yang begitu disukainya itu.
"Oohh.., Mbak Dhani.., oohh.." kini desahanku terdengar menimpali desahan Aditya Wardhani.
Kecupanku pun kini menuju ke arah bawah dada Aditya Wardhani yang terus-menerus mendesah menahan nikmatnya permainan lidahku yang terasa menari di permukaan kulitnya.

Perlahan aku menuju ke daerah bawah pusar Aditya Wardhani yang ditumbuhi bulu-bulu hitam sangat lebat agak keriting dari sekitar daerah kemaluannya hingga di dekat pusar. Dengan pasrah Aditya Wardhani mengangkang, membuka pahanya lebar untuk memberi jalan padaku yang semakin asyik itu. Jari tanganku kini menyibak belahan kemaluan Aditya Wardhani yang menantang, dan dengan penuh nafsu aku mulai menjilati bagian dalam dinding vagina wanita paruh baya itu. Aku begitu buas menyedot-nyedot klitoris di antara belahan vagina itu, sehingga Aditya Wardhani semakin tampak terengah-engah merasakannya.

"Uuhh.., uuhh.., uuhh.., oohh.., oohh.., teruuss sedoot Sayaang.., oohh pintaar kamu Han.., oohh..!" kini terdengar Aditya Wardhani setengah berteriak.
Aku semakin bersemangat mendengar teriakan keras Aditya Wardhani yang begitu menggairahkan. Seluruh bagian dalam dinding vagina yang berwarna kemerahan itu kujilati habis sambil sesekali tanganku bergerak meraih susu Aditya Wardhani yang montok itu. Dengan gemas aku meremas-remasnya. Kenikmatan itu pun semakin membuat Aditya Wardhani menjadi liar dan semakin tampak tidak dapat menguasai diri. Ia kini membalik arah tubuhnya menjadi berlawanan denganku, hingga terjadilah adegan yang lebih seru lagi.

Kami kini saling meraih kemaluan, aku menjilati liang vagina Aditya Wardhani, sementara itu Aditya Wardhani menyedot batang kemaluanku keluar masuk mulutnya. Ukuran penisku yang besar dan panjang itu, , membuat mulutnya penuh sesak. Ia begitu menyenangi bentuknya yang besar dan berotot, penis yang selalu membuatnya haus. Penisku lah yang selama ini dapat memuaskan nafsu birahinya yang selalu membara.

Dibanding milik suaminya, tentulah ukuran penisku jauh lebih besar, penis suaminya tidak lebih dari setengah ukuran penisku. Ditambah lagi dengan kemampuanku yang sanggup bertahan berjam-jam, sedang suaminya paling hanya dapat membuat wanita itu ngos-ngosan. Sungguh suatu kepuasan yang belum pernah ia rasakan dari siapa pun seumur hidupnya selain dari Aku.

Belasan menit sudah kami saling mempermainkan kemaluan kami masing-masing, membuat kami merasa semakin ingin melanjutkan indehoy itu ketahap yang lebih hebat. Nafsu kami yang telah tidak tertahankan itu membuat kami seperti tidak perduli akan hal-hal lain. Aditya Wardhani kini langsung menunggangiku dengan arah membelakangiku. Digenggamnya sejenak batang kemaluanku yang sudah tegang dan siap bermain dalam vaginanya itu, lalu dengan penuh perasaan Aditya Wardhani menempelkannya di permukaan liang vaginanya yang telah basah dan licin, dan "Sreepp bleess", penisku menerobos masuk diiringi desahan keras dari mulut kami yang merasakan nikmatnya awal senggama itu.

"Ooo.., ehh..," teriak Aditya Wardhani histeris seketika merasakan penisku menerobos masuk ke liang vaginanya yang seakan terasa sangat sempit oleh ukuran batang kemaluanku.
Sehingga jika ditekan serta ditusukkan ke dalam kemaluan merekah itu, bibir luar vagina itu ikut melesak ke dalam, dan jika ditarik keluar, bibir kemaluan itu ikut tertarik keluar, membuat pemandangan yang sangat indah. Pertautan antara penisku yang besar dan berotot dengan vagina Aditya Wardhani yang kencang dan seret itu seperti tiada habisnya.

"Aahh.., .., enaakk..!" balasku sambil mulai mengiringi goyangan pinggul Aditya Wardhani yang mulai turun naik di atas pinggangku.
Mataku hanya menatap tubuh Aditya Wardhani dari belakang punggungnya. Tanganku meraih pinggang Aditya Wardhani sambil membelainya seiring tubuhnya yang bergerak liar di atas pinggangku.
"Ohh Han.., oohh Sayang.., enaaknya yah Sayang oohh.., Mbak Dhani suka kamu Sayang oohh.., enaknya Han.., kontol kamu enaakk..!" desah Aditya Wardhani sambil terus bergoyang menikmati penisku yang terasa semakin lezat saja.

Aku pun tidak kalah senang menikmati goyangan Mbak Dhaniku itu, mulutku juga terdengar mendesah nikmat.
"Aauu.., oohh vagina Mbak Dhani juga nikmat, ooh lezatnya oohh Mbak Dhani, oohh goyang terus Mbak Dhani..!"
"Sini tanganmu Sayang, remas susu Mbak Dhani..!" tangan Aditya Wardhani menarik tanganku menuju buah dadanya yang menggantung dan bergoyang mengikuti irama permainan kami.
Aku meraihnya dan langsung meremas-remas, sesekali puting susu itu kupilin. Aditya Wardhani semakin histeris.
"Aauu.., oohh enaak, remeess teruus susu Mbak Dhani Han.., oohh.., nikmat.., oohh Han.."
"Ohh Mbak Dhani.., oohh Mbak Dhani enaknya, goyang terus Mbak Dhani, oohh terus goyang oohh sampai pangkal Mbak Dhani oohh.., tekan lagi oohh angkat lagi oohh.., mmhh oohh vaginanya enaakk Mbak Dhani oohh..!" teriakku mengiringinya.

Kamar yang luas itu kini penuh oleh teriakan nyaring dan desahan bernafsu dari kami yang sedang meraih kepuasan seks secara maksimal itu. Aditya Wardhani benar-benar seperti kuda betina liar yang baru lepas dari kandangnya. Gerakannya di atas tubuhku semakin liar dan cepat, menunjukkan tanda-tanda mengalami klimaks permainannya. Sementara itu aku hanya biasa saja, aku masih asyik menikmati goyangan liar Aditya Wardhani sambil meremasi payudara Aditya Wardhani bergiliran satu per satu.

Lima belas menit saja adegan itu berlangsung, kini terlihat Aditya Wardhani sudah tidak dapat lagi menahan puncak kenikmatan hubungan seksual kami. Lalu dengan histeris Aditya Wardhani berteriak keras dan panjang mengakhiri permainannya.
"Ooouu.., oo.., aa.., iihh.., aku keluaarr.., oo.., nggak tahaann laagii enaaknyaa Han.., oohh..!" teriaknya panjang setelah menghempaskan pantatnya ke arah pinggangku yang membuat kepala penisku terasa membentur dasar liang rahimnya.
Cairan kental yang sejak tadi ditahannya kini muncrat dari dalam rahim Aditya Wardhani dan memenuhi rongga vaginanya.

Sesaat aku merasakan vagina Aditya Wardhani menjepit sangat kuat, nikmat sekali rasanya. Lalu aku merasakan penisku tersembur cairan kental dalam liang kemaluan Aditya Wardhani. Vagina itu terasa berdenyut keras seiring tubuh Aditya Wardhani yang mengejang sesaat, lalu berubah lemas tidak berdaya.
"Ooohh Han, Mbak Dhani nggak kuat lagi.. Istirahat dulu ya Sayang..?" pintanya padaku sambil melepaskan gigitan vaginanya pada penisku.
"Baiklah Mbak Dhani," sahutku pendek.
Aku mencoba menahan birahiku yang masih membara sambil memeluk tubuh Aditya Wardhani dengan mesra.

Batang kejantananku masih berdiri tegang dan keras. Dengan mesra kucumbu kembali Aditya Wardhani yang kini terkapar lemas. Aku kembali meraba belahan kemaluan Aditya Wardhani yang masih basah oleh cairan kelaminnya. Jariku bermain mengutil titik kenikmatan di daerah vagina Aditya Wardhani. Bibirku pun tidak tinggal diam, aku kembali melanjutkan jilatanku pada sekitar puting susu Aditya Wardhani. Sesekali kuremas buah dada berukuran besar yang begitu kusenangi.

Kemudian beberapa saat berlalu, Aditya Wardhani menyuruhku berjongkok tepat di atas belahan buah dada itu, lalu Aditya Wardhani meraih sebuah bantal untuk mengganjal kepalanya. Ia meraih batang penisku yang masih tegang dan mulai mengulumnya, tangan Mbak Dhani kemudian meraih payudaranya sendiri dan membuat penisku terjepit di antaranya. Hal itu rupanya cukup nikmat bagiku, sehingga aku kini mendongak menahan rasa lembut yang menjepit batang kemaluanku. Sementara itu tanganku terus bermain di permukaan vagina Aditya Wardhani. Sesekali kumasukkan jariku ke dalam liang kemaluan itu, dan mempermainkan klitorisnya sampai kemudian beberapa saat lamanya Aditya Wardhani mulai bangkit kembali.

"Hmm.., Han, kamu memang pintar Sayang, kamu buat Mbak Dhani puas dan nyerah, sekarang kamu buat aku kepingin lagi, aduuh benar-benar hebat kamu Han..," puji Aditya Wardhani padaku.
"Saya rasa suasana ini yang membuat saya jadi begini Mbak Dhani, saya begitu menikmatinya sekarang, nggak ada rasa takut, kuatir ketahuan Pakde Toyo atau was-was. Mbak Dhani juga kelihatan semakin menggairahkan akhir-akhir ini, saya semakin suka sama badan Mbak Dhani yang semakin sintal dan montok.."
"Ah kamu bisa aja, Han. Masa sih Mbak Dhani montok, yang bener aja kamu..,"
"Bener lho, Mbak Dhani. Saya begitu senang sama Mbak Dhani belakangan ini, rasanya kenikmatan yang Mbak Dhani berikan semakin hari semakin hebat saja."
"Mungkin aku yang semakin bersemangat kalau lagi main sama kamu, gairah Mbak Dhani seperti meledak-ledak kalau udah main sama kamu. Tapi, ayo dong kita mulai lagi, Mbak Dhani jadi mau main lagi nih kamu bikin. Iiih hebatnya kamu sayang..," kata Aditya Wardhani sambil mengajakku kembali membuka permainan kami yang kedua kali.
Masih di atas tempat tidur itu, kini aku mengambil posisi di atas Aditya Wardhani yang berbaring menghadapnya. Tubuhku siap menindih tubuh Aditya Wardhani yang bahenol itu. Perlahan tapi pasti aku masuk dan mulai bergoyang penuh kemesraan. Kuraih tubuh Aditya Wardhani sambil menggoyang penuh perasaan. Sepasang kemaluan kami kembali saling membagi kenikmatannya. Suara desahan khas mulai terdengar lagi dari mulut kami, diiringi kata-kata rayuan penuh nikmat dan gairah cinta.

Kini aku semakin garang menidurinya. Gerakanku tetap santai, namun genjotan pinggulku pada tubuh Aditya Wardhani lebih bertenaga. Hempasan tubuhku yang kini turun naik di atas tubuh Aditya Wardhani sampai menimbulkan suara decakan pada permukaan kemaluan kami yang beradu itu. Bibir kami saling pagut, kecupan disertai sedotan di leher kami berduan semakin membuat suasana itu menjadi tegang dan menggairahkan. Teriakan-teriakan keras keluar dari mulut Aditya Wardhani setiap kali aku menekan pantatnya ke arah pinggul Aditya Wardhani.

Beberapa saat lamanya kami lalu berganti gaya. Aditya Wardhani menempatkan dirinya di atas tubuhku, dibiarkannya aku menikmati kedua buah dadanya yang menggantung. Dengan leluasa kini aku menyedot puting susu itu secara bergiliran. Tidak puas-puasnya aku menikmati bentuknya yang besar itu, aku begitu bersemangat sambil sebelah tanganku meraba punggung Aditya Wardhani. Buah dada besar dan lembut nan mulus itu pun menjadi kemerahan akibat sedotan mulutku yang bertubi-tubi di sekitar putingnya. Sementara Aditya Wardhani kini asyik bergoyang mempermainkan irama tubuhnya yang turun naik, bergoyang ke kiri kanan untuk membagi kenikmatan dari kemaluan kami yang sedang beradu. Penisku yang tegang dan keras itu seakan bagai batang kayu jati yang tidak tergoyahkan. Sekuat Aditya Wardhani mendorong ke arah pinggulku, sekuat itu pula getaran rasa nikmat yang diperolehnya dariku.

"Ooohh.., oohh.., oohh.., enaknya Han.., oohh enaknya kontol kamu Sayang.., Mbak Dhani ketagihan.., oohh lezatnya.., aahh.., uuhh.., sedoot teruus susu Mbak Dhani.., oohh Sayang oohh," desah Aditya Wardhani bercampur jeritan menahan rasa nikmat dari goyang pinggulnya di atas tubuhku.
Untuk kesekian kalinya sensasi kenikmatan rasa dari batang kemaluanku yang besar dan panjang itu seperti bermain di dalam liang vaginanya. Liang kemaluan yang biasanya hanya merasakan sedikit geli saat bersenggama dengan suaminya itu kini seperti tidak memiliki ruang lagi oleh ukuran penisku.

Seperti biasanya, saat dalam keadaan tegang penuh, penisku memang menjadi sangat panjang hingga Aditya Wardhani selalu merasakan batang kemaluanku sampai membentur dasar liang rahimnya yang paling dalam. Dan keperkasaanku yang sanggup bertahan berjam-jam dalam melakukan hubungan seks itu kini kembali membuat Aditya Wardhani untuk kedua kalinya mengalami ejakulasinya. Dengan gerakan yang tiba-tiba dipercepat dan hempasan pinggulnya ke arah tubuhku yang semakin keras, Aditya Wardhani berteriak panjang mengakhiri ronde kedua permainannya.

"Aahh.., ahh.., aa.., aahh.., Mbak Dhani ke.., lu.., ar laagii.., oohh.., kuatnya kamu Sayang, oohh..!" jeritnya kembali mengakhiri permainan itu.
"Oohh Bu.., enaak oohh vagina Mbak Dhani nikmat jepitannya, oohh..!" balasku sambil ikut menggenjot keras menambah kenikmatan puncak yang dialami Aditya Wardhani.
Aku masih saja tegar bergoyang, bahkan saat Aditya Wardhani telah lemas tidak sanggup menahan rasa nikmat yang berubah menjadi geli itu.

"Aawww.., gelii.., Han stop dulu, Mbak Dhani istirahat dulu Sayang, ohh gila kamu Han, kok bisa kayak gini yah..?"
"Habiis Mbak Dhani sih goyangnya nafsuan banget, jadi cepat keluar kan..?"
"Nggak tahu ya Han, Mbak Dhani kok nafsunya gede banget belakangan ini, sejak ngerasain kontol kamu, Mbak Dhani benar-benar mabuk kepayang..," kata Aditya Wardhani sambil menghempaskan tubuhnya di sampingku yang masih saja tegar tidak terkalahkan.
"Sabar Mbak Dhani, saya bangkitkan lagi deh..!" seruku sekenanya.
"Baiklah Han, Mbak Dhani juga mau bikin kamu puas sama pelayanan Mbak Dhani, biar adil kan..? Sini Mbak Dhani karaoke kontol kamu..! Aduuh jagoanku.., besar dan panjang oohh.., hebatnya lagi..," lanjut Aditya Wardhani sambil beranjak meraih batang kemaluanku yang masih tegang itu, lalu memulai karaoke dengan memasukkan penisku ke mulutnya.

Aku kembali merasakan nikmat dari permainan yang dilakukan Aditya Wardhani dengan mulutnya, batang kemaluan besar yang panjang dan masih tegang ini dikulum keluar masuk dengan buas oleh Aditya Wardhani yang sangat berpengalaman dalam melakukan hal ini. Sambil berlutut, aku menikmatinya sambil meremas kedua buah payudara Aditya Wardhani yang ranum. Telapak tanganku merasakan kelembutan buah dada nan ranum yang begitu kusukai. Dari atas tampak olehku wajah wanita paruh baya yang cantik dengan mulut penuh sesak oleh batang penisku yang keluar masuk.

Sesekali Aditya Wardhani menyentuh kepala penisku dengan giginya, hingga menimbulkan sedikit rasa geli.
"Auuwww.., nikmat Mbak Dhani, sedot terus aahh, aduuh enaknya..!"
"Mm.., mm..," Aditya Wardhani hanya dapat menggumam akibat mulutnya yang penuh sesak oleh batang kemaluanku.

Aku begitu menikmati detik demi detik permainannya, aku begitu menyenangi tubuh bongsor wanita yang berumur jauh lebih tua dariku. Nafsu birahiku pada wanita dewasa seperti Aditya Wardhani memang sangat besar. Aku tidak begitu menyenangi wanita yang lebih muda atau seumur denganku. Aku beranggapan bahwa wanita dewasa seperti Aditya Wardhani jauh lebih nikmat dalam bermain seks dibandingkan gadis ABG yang tidak berpengalaman dalam melakukan hubungan seks.

Setiap kali aku melakukan senggama dengan Aditya Wardhani, aku selalu merasakan kepuasan yang tiada duanya, Aditya Wardhani sangat mengerti apa yang kuinginkan. Demikian pula Aditya Wardhani, baginya akulah satu-satunya pria yang sanggup membuatnya terkapar di ranjang. Tidak seorang pun dari mantan kekasih gelapnya mampu membuatnya meraih puncak kepuasan seperti yang didapatkan dariku.

Sepuluh menit sudah aku dikaraoke oleh Aditya Wardhani. Kemudian kini kami kembali mengatur posisi saat Aditya Wardhani kembali bangkit untuk yang ketiga kalinya. Aditya Wardhani yang telah terkapar dua kali berhasil dibangkitkan lagi olehku. Inilah letak keperkasaanku, aku dapat membuat lawan mainku terkapar beberapa kali sebelum aku sendiri meraih kepuasan. Aku sanggup bermain dalam waktu dua jam penuh tanpa istirahat.

Sejenak kami bermain sambil berdiri, saling menggoyang pinggul, mirip sepasang penari samba. Namun kemudian dengan cepat kami menuju kamar mandinya dan masuk ke dalam bak air hangat yang luas, sambil mengisi bak rendam itu dengan air. Kami melanjutkan permainan di situ, kami masuk ke dalam bak dan langsung mengatur posisi di mana aku menempatkan diri dari belakang dan memasukkan penisku dari arah pantat Aditya Wardhani.

Adegan seru kembali terjadi, teriakan kecil menahan nikmat itu terdengar lagi dari mulut Aditya Wardhani yang merasakan genjotanku yang semakin nikmat saja. Diiringi suara tumpahan air dari kran pengisi bath tube itu suasana menjadi semakin menggairahkan.
"Aahh.., nikmat Han, ahh.., oohh kontol kamu Sayang, oohh enaak, mmhh lezaatnya oohh.., genjot yang lebih keras lagi dong.., oohh enaak..!" teriak Aditya Wardhani sejadi-jadinya saat merasakan nikmat di liang vaginanya yang dimasuki batang kemaluanku.
Aku juga kini lebih menikmati permainannya, aku mulai merasakan kepekaan pada batang kemaluanku yang telah membuat Aditya Wardhani menggapai puncak dua kali itu.
"Oohh.., Mbak Dhani.., vagina Mbak Dhani juga nikmat sekali.., oohh saya mulai merasa sangat nikmat oohh.., mmhh.., Mbak Dhani oohh, Mbak Dhani, oohh Mbak Dhani cantik sekali oohh.., saya merasa bebas sekali..," oceh mulutku menimpali teriakan gila dari Aditya Wardhani yang juga semakin mabuk oleh nikmatnya goyang tubuh kami.

Kami berdua memang tampak liar dengan gerakan yang semakin tidak terkendali. Beberapa kali kami merubah gaya dengan beragam variasi seks yang sangat atraktif. Kadang di pinggiran bath tub itu Aditya Wardhani duduk mengangkang dengan pahanya yang terbuka lebar, sementara aku berjongkok dari depannya sambil menggoyang maju mundur, mulutku tidak pernah lepas menghisap puting susu Aditya Wardhani yang montok dan besar. Bunyi decakan cairan kelamin yang membeceki daerah pangkal kemaluan yang sedang beradu itu pun kini terdengar bergericik seiring pertemuan kemaluan kami yang beradu keras oleh hempasan pinggulku yang menghantam pangkal paha Aditya Wardhani.

"Aduhh.., enaknya goyang kamu Sayang oohh.., teruus.., aahh genjot yang keraass.., oohh sampai puaass.., hhmm enakk sayangg.., mmhh nikmaattnya.., oohh.., enaknya genjotan kamu.., oohh.., Han Sayang ooh kamu pintar sekali, oohh Mbak Dhani ngak mau berhenti sama kamu.., oohh.., jagonya kamu Sayang, oohh genjot terus yang keras..!"
"Ohh Mbak Dhani, Mbak Dhani juga punya tubuh yang nikmat, nggak mungkin saya bosan sama Mbak Dhani, oohh.., apalagi susu ini.., oohh mm.., enaknya.., baru sekali ini saya ketemu wanita cantik manis dengan tubuh yang begitu aduhai seperti Mbak Dhani, ooh Mbak Dhani.., goyang Mbak Dhani juga nikmat sekali, ooh meski Mbak Dhani sudah punya anak tapi vagina ini rasanya nikmat sekali Mbak Dhani, oohh susu Mbak Dhani juga mm.., susu yang paling indah yang pernah saya lihat.., auuhh enaaknya vagina ini.., oohh.., kontol saya mulai sedikit peka Mbak Dhani..," balasku memuji Aditya Wardhani.

Kami berdua terus saling menggoyang sambil memuji kelebihan masing-masing, ocehan kami berkisar pada kenikmatan seks yang sedang kami alami saat ini. Aku memuji kecantikan dan kemolekan tubuh Aditya Wardhani, sedang ia tidak henti-hentinya memuji keperkasaan dan kenikmatan yang ia dapatkan dariku. Beberapa saat berlalu, kami kembali merubah variasi gayanya menjadi gaya anjing. Aditya Wardhani menunggingkan pantatnya ke arahku, lalu aku menusukkan kemaluannya dari arah belakang. Terjadilah adegan yang sangat panas saat aku dengan gerakan yang cepat dan goyang pinggul yang keras memnghantam ke arah pantat Aditya Wardhani. Ia kini menjerit lebih keras, demikian pula denganku yang saat ini mulai merasakan akan menggapai klimaks permainanku.

"Oohh.., oohh.., oohh.., aauuhh.., ennaakk.., Han.. mo Syang.., genjoot.., Mbak Dhani mau keluaar lagii.., oohh.., nggaak tahan lagi Sayang.., nikmaat oohh..!" jeritan keras Aditya Wardhani yang ternyata juga sedang mengalami ejakulasi.
Vaginanya merasakan puncak kenikmatan itu seperti sudah diambang rahimnya. Ia masih mencoba untuk bertahan.

Demikian halnya denganku yang kini sedang mempercepat gerakan pinggulku menghantam pantat Aditya Wardhani untuk meraih kenikmatan maksimal dari dinding vaginanya. Kepala penisku pun mulai berdenyut menandakan puncak permainanku akan segera tiba. Buru-buru kuraih tubuh Aditya Wardhani sambil membalikkan arah menjadi berhadapan, lalu kemudian aku mengangkat sebelah kakinya itu ke atas, dan dengan gesit memasukkan penisku kembali ke liang vagina Aditya Wardhani.

"Ooh Mbak Dhani, saya juga mau keluar. Kita pakai gaya ini yah? Saya mau keluarkan sekarang juga.., aauuhh Mbak Dhani sayang.., oohh.., enaakk.., oohh.., vagina Mbak Dhani njepit.., enaak..!" teriakku diambang puncak kenikmatannya.
Aku begitu kuat merasakan cairan sperma yang sudah siap meluncur dari penisku yang dalam keadaan puncak ketegangan. Kemaluanku terasa membesar, sehingga vagina Aditya Wardhani terasa semakin sempit dan nikmat. Aditya Wardhani pun merasakan hal yang tidak kalah nikmatnya, vaginanya seakan sedang merasakan nikmat yang super hebat dan membuatnya tidak dapat lagi menahan keluarnya cairan kelamin dari arah rahimnya.

"Oohh.., aahh.., Mbak Dhani keeluuaarr laagii.., aahh enaakk.., Hano..!" teriak Aditya Wardhani mengakhiri permainannya, disaat bersamaan aku juga mengalami hal yang sama.
Aku tidak dapat lagi menahan luncuran cairan spermaku, sehingga penisku pun menyemprotkan cairan ke dalam rongga vagina Aditya Wardhani dan membuatnya penuh. Dinding vagina itu seketika berubah menjadi sangat licin akibat dipenuhi cairan kelamin kami. Aku tidak kalah seru menikmati puncak permainannya, aku berteriak sekeras-kerasnya.
"Aahh.., saya keluaarr juga Mbak Dhani Aminah, oohh.., oohh.., sperma saya masuk ke dalam vagina Mbak Dhani.., oohh.., lezaat.., oohh Aditya Wardhani sayaanng.., oohh Aditya Wardhani.., enaak..!" jeritku sambil mendekapnya dengan keras dan meresapi semburan sperma dalam jumlah yang sangat banyak.
Cairan putih kental itu sampai keluar meluber ke permukaan vagina Aditya Wardhani.

Akhirnya kami ambruk dan saling mendekap dalam kolam air hangat yang sudah penuh itu. Kami berendam, dan kini saling membersihkan tubuh yang sudah lemas akibat permainan seks yang begitu hebat. Kami terus saling mencumbu dan merayu dengan penuh kemesraan.

"Han sayang..!" panggil Aditya Wardhani.
"Ya, Mbak Dhani..?"
"Kamu mau kan terus main sama Mbak Dhani..?"
"Maksud Mbak Dhani..?"
"Maksud Mbak Dhani, kamu mau kan terus kencan gini sama Mbak Dhani..?"
"Oh itu, yah jelas dong Mbak Dhani, masa sih saya mau ninggalin wanita secantik Mbak Dhani," jawabku sambil memberikan kecupan di pipi Aditya Wardhani.

"Mbak Dhani pingin terus bisa menikmati permainan ini, nggak ada yang bisa memuaskan birahi Mbak Dhani selain kamu. suamiku nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan kamu. suamiku kalau sudah main kaya ayam, baru lima menit sudah keluar."
"Yah saya maklum saja Mbak Dhani, tapi Mbak Dhani jangan kuatir. Saya akan terus menuruti kemauan Mbak Dhani, saya juga senang kok main sama Mbak Dhani. Dari semua wanita yang pernah saya kencani, cuma Mbak Dhani deh rasanya yang paling hebat bergoyang. Bentuk tubuh Mbak Dhani juga paling saya suka, apalagi kalau yang ini nih..," kataku sambil memilin puting susunya.
"Auuw.., Han..! Gelii aahh.., Mbak Dhani udah nggak tahan.., nanti lagi ah..!" jerit Aditya Wardhani merasakan geli saat aku memilin puting susunya.

Kami terus bercumbu rayu hingga saat beberapa puluh menit kemudian mengeringkan badan kami, lalu beranjak menuju tempat tidur. Di sana lalu kami saling dekap dan hanyut dalam buaian kantuk akibat kelelahan setelah permaian seks yang hebat itu. Kami pun tertidur lelap beberapa saat kemudian. Masih dalam keadaan telanjang bulat, kami terlelap dalam dekapan mesra kami.