Saturday, February 11, 2012

Zivanna Letisha Siregar Sang Putri Indonesia

“Tante…Zizi berangkat dulu yah”, pamit Zizi kepada tantenya. Begitulah Zizi, yang memiliki nama lengkap Zivanna Letisha Siregar mengawali aktifitasnya di pagi hari ini. Jam menunjukkan pukul 6 tepat saat Zivanna meninggalkan rumah tantenya tempat dimana dia menumpang hidup. Zivanna Letisha Siregar, gadis kelahiran jakarta, berusia 22 tahun adalah seorang Putri Indonesia 2008.

Gadis cantik jelita yang selalu tampil modis, dengan mengambil ukuran baju yang body fit atau ketat sehingga menonjolkan keindahan lekuk-lekuk tubuh Zivanna, dada yang menonjol pinggulnya yang ramping serta pantatnya yang padat menambah nilai tersendiri bagi keindahan tubuh gadis ini.
Wajahnya yang putih bersih selalu dipoles dengan kosmetik sehingga nampak semakin cantik apalagi ditambah dengan senyuman yang selalu tersungging ramah dari bibirnya yang sensual itu, Zivanna bukan saja seorang gadis yang cantik tetapi juga ramah.
Hari ini Zivanna memenuhi tawaran Frans, seorang photografer, yang kemarin menghubunginya untuk pemotretan model sebuah baju karya seseorang perancang busana. Sebetulnya Zivanna agak malas untuk memenuhi panggilan itu karena dia masih memiliki kegiatan lainnya yang setumpuk. Namun kebetulan jadwal pemotretan yang ditawarkan itu adalah pagi hari maka setelah dipikir-pikir tidak ada salahnya untuk memenuhi panggilan sang photografer itu, toh juga itung-itung untuk menambah pengalaman dan pergaulan pikirnya.
Singkat cerita, sampailah sang putri ini ditempat pemotretan yaitu sebuah rumah besar yang terletak disebuah kawasan antara Jakarta dan Bogor. Areal disekitar rumah itu agak sepi dan jauh dari keramaian, mungkin sebagai seseorang yang berjiwa seni Frans memerlukan tempat tinggal yang tenang seperti ini pikir Zivanna.
Setelah memarkirkan mobil sedannya Zivanna memasuki halaman rumah tersebut, tak lama kemudian keluarlah sosok lelaki bertubuh tinggi besar, kepalanya plontos wajahnya dengan wajah khas orang chinesse.
“Ah ini dia Putri Indonesia kita, selamat datang….”, sambut lelaki itu.
Dengan senyum ramah dia kemudian memperkenalkan dirinya “Perkenalkan saya Frans alias Aliong, kamu boleh panggil saya Frans atau Aliong…”, ujar lelaki itu dengan tersenyum.
“Saya Zivanna ….”, balas Zivanna sambil menjulurkan tangannya untuk bersalaman.
“Oouuhh…cantik nian kamu Zivanna… tanganmupun mulus sekali”, ujar Frans sambil menyambut uluran tangan Zivanna.
Dan…“CUP….” sebuah kecupan bibir Frans tiba-tiba mendarat dipunggung tangan Zivanna, membuat Zivanna agak terkejut karena baru kali ini diperlakukan bak seorang putri dari daratan eropa.
“Mari silahkan masuk” Frans mempersilahkan Zivanna memasuki rumah sang fotographer itu. Sesampainya didalam Zivanna tertegun melihat suasanya didalam rumah itu, ruangannya besar-besar namun gelap dan sepi, seperti rumah yang tidak berpenghuni. “Pemotretannya dimana mas…”, Tanya Zivanna.
“Mari kita kedalam…”, ajak Frans mempersilahkan Zivanna berjalan melalui lorong-lorong gelap didalam rumah tersebut.
“Gimana tawaran pembayarannya ?”, Tanya Frans sambil berjalan memandu Zivanna.
“ Masih 500.0000 rupiah pershot kan ?”, balas Zivanna.
“Iya…iya…kamu akan saya ambil 5 shot aja koq dan masih ada tip-nya, jadi jumlah yang akan kamu terima nanti akan lebih banyak dari jumlah yang kamu perhitungkan”, jawab Frans sambil tersenyum melirik Zivanna.
Dan tibalah mereka disebuah ruangan dibagian belakang rumah tersebut, ruangan tersebut nampaknya sudah di set-up untuk pemotretan. Ukurannya tidak terlalu luas hanya sebesar 10 x 10 meter dan terdapat sebuah sofa besar untuk sarana pemotretan dan sebuah bilik untuk berganti baju.
“Ini dia studio pemotretannya, silahkan masuk Zivanna”.
“Terimakasih mas… Tapi pemotretannya jangan lama-lama yah mas soalnya aku mau ada interview dengan majalah Femina”, ujar Zivanna.
“Beres…semua udah diatur”, balas Frans.
” Nah, Zivanna ini baju yang musti kamu kenakan untuk pemotretan ini”, ujar Frans sambil menyodorkan sebuah gaun panjang.
“Bajunya cuman ini aja mas dan saya ngga perlu di make-up lagi mas ?” Tanya Zivanna.
“Nda perlu…wajah kamu udah cantik koq, nda perlu make-up lagi, baju untuk pemotretan ya cuma itu aja” ujar Frans.
“Sekarang kamu silahkan ganti baju diruangan itu” Frans menunjuk satu bilik kecil didalam ruangan itu.
Beberapa menit kemudian Zivanna keluar dengan busana panjang berwarna merah tua dipadukan dengan syal merah muda. Bahannya terbuat dari sutera tipis dan ukurannya ketat menjadikan tubuh Zivanna pun terlihat sexy.
“Waw cantik sekali….”, Frans terpesona dengan kemolekan tubuh Zivanna.
“Duduk di sofa itu”, perintah Frans sambil menutup pintu kamar pemotretan itu.
“Koq sendirian aja sih mas ?”, Tanya Zivanna
Frans hanya diam saja, dia nampak sibuk menyetel kameranya
“Ok mulai berpose….”,
Dan kilatan-kilatan blits mulai memancar didalam ruang itu mengiringi pemotretan Frans, Zivanna pun berganti-ganti gaya diatas sofa itu. Tidak ada setengah jam, pemotretanpun usai.
“Selasai…!” Frans mengacungkan jempolnya.
“Hihihi…engga terasa udah selesai ya mas….”, ucap Zivanna sambil bangkit dari sofa.
“Tunggu dulu, jangan bergerak dari sofa”, ujar Frans
Wajah Frans tiba-tiba berubah menjadi serius, digantinya kamera yang menggantung di treeport dengan sebuah handycam.
Kemudian Frans bersiul beberapa kali seperti memberi tanda sesuatu.
“Lho…ada apa lagi mas…? Koq masang handycam segala ?” Tanya Zivanna yang mulai kebingungan.
“Masih ada satu lagi yang ingin gue ambil dari kamu”, kata Frans.
Zivanna pun terkejut sambil bertanya “Apa mas…?”.
“Sebuah adegan….yang bakal membuat kamu lebih terkenal daripada sekedar putri-putri-an”, balas Frans sambil memasukkan film didalam hadycamnya.
Belum lagi hilang rasa bingung didalam diri Zivanna tiba-tiba masuklah beberapa orang lelaki kedalam ruangan itu.
“Ah ini dia, jagoan-jagoan kita…” ujar Frans sambil tersenyum.
“ Zivanna, perkenalkan ini lawan main kamu didalam adegan nanti. Yang tinggi besar berambut botak ini namanya Ayung, yang kurus dan berambut gondrong ini namanya Paulus dan yang berbadan tegap dan kekar ini namanya Martinus”.
“Siapa mereka ? mau apa mereka ? mas mau adegan apa lagi ?” Tanya Zivanna yang mulai gugup melihat suasana yang tidak menguntungkan itu.
“ Zivanna, gue sebenarnya mau bikin Blue Film alian BF alias Bokep dan kamu adalah pemeran utamanya !”, Frans menjelaskan.
Sontak penjelasan Frans ini membuat diri Zivanna bagai tersambar petir, dia mulai sadar bahwa dirinya telah dijebak oleh Frans.
“Tenang…tenang kamu tetap akan kami bayar Zivanna, tapi setelah film ini laku…” lanjut Frans.
“Themanya tergantung dari kamu…kalo kamu rela bersedia disyuting kita bisa pilih tema perselingkuhan saja, sepeti antara bos dan karyawannya. Tetapi…kalo kamu menolak syuting ini, yaaah…terpaksa mau tidak mau thema yang aku pilih adalah PEMERKOSAAN…hahahaha….”.
Wajah Zivanna nampak menjadi pucat pasi, hatinya menjadi ciut, aliran darahnya serasa berhenti mendengar penjelasan Frans tadi.
“Tidak…tidak…aku tidak sudi….!!”, teriak Zivanna sambil bangkit dari sofa seraya berlari menuju pintu untuk meninggalkan ruangan itu.
Namun belum lagi tangan Zivanna menyentuh handle pintu tiba-tiba sebuah tangan kekar dan besar milik Martinus dengan cekatan memegang tangan Zivanna.
“Ahh..lepaskan…lepaskan aku…kalian bajingan setan semua !!!”, Zivanna menjerit-jerit sambil berontak mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman tangan Martinus.
“AHA…jelaslas sudah berarti thema film kita adalah PEMERKOSAAN !”, teriak Frans sambil menghidupkan handycamnya.
“Kita langsung mulai saja pengambilan gambarnya…”.
“Action….mulai !!!!”, perintah Frans sambil menghidupkan kameranya dan mengarahkan ke adegan Martinus yang tengah meringkus Zivanna.
“Hebat sungguh hebat,…kejadiannya sangat alami…benar-benar ini akan menjadi sebuah filem pemerkosaan yang hebat”, ujar Frans sambil terus membidikkan kamerannya kearah pergumulan antara Martinus dan Zivanna.
“Lepaskan…lepaskan saya….”, teriak Zivanna sambil meronta-ronta.
Tubuh Zivanna diseret ketengah ruangan oleh Martinus serta Paulus yang kemudian datang membantu. Zivanna tiada henti meronta-ronta dan berteriak menyumpah-nyumpah serapah namun dua orang lelaki kekar itu dengan mudah mematahkan perlawanan Zivanna.
“Tenang sayangku….kamu akan jadi terkenal”, ujar Paulus sambil menyeret Zivanna.
Kemudian Martinus dan Paulus meletakkan tubuh Zivanna ke sofa, Paulus yang mengambil posisi dibelakang sofa memegangi kedua tangan Zivanna dengan kuat. Sementara Martinus memegangi kedua kaki Zivanna.
Ayung, sang lelaki botak yang sedari tadi hanya mengamati kejadian diruangan itu dengan senyum-senyum simpul mulai melepaskan pakaiannya hingga telanjang bulat. Bentuk tubuh lelaki berusia 40-an ini jelek sekali sejelek roman mukanya. Ayung adalah seorang sex maniak sejati. Perutnya buncit badannya penuh dengan tatto, dan yang mengerikan dia memiliki sebuah penis yang berukuran besar yang sepertinya sangat terlatih didalam mengaduk-aduk lubang kemaluan wanita.
Perlahan-lahan dihampirinya tubuh Zivanna yang meronta-ronta ketakutan, Zivanna sangat menyadari akan apa-apa yang bakal terjadi terhadap dirinya.
“J…ja..ngan paakk…jjangann..perkosaa saya…”,pinta Zivanna dengan suara yang tergetar.
Apalah arti dari permintaan itu, dihadapan para lelaki yang telah kerasukan setan itu Zivanna ibaratnya hanyalah seonggok daging mentah yang siap dimangsa oleh anjing-anjing budukan yang kelaparan.
Dengan santai tangan Ayung menjamah tubuh Zivanna, diremasnya kedua buah payudara Zivanna. seketika tubuh Zivanna menggeliat sebagai tanda penolakan atas perlakuan lelaki kurang ajar ini.
Tangan-tangan Ayung mulai melucuti pakaian Zivanna, gaun panjang yang dikenakan Andina sangatlah mudah untuk dilepas bagai menguliti buah pisang saja. Sekali tarik saja gaun yang melilit ditubuh Zivanna itu terlucuti.
“Waaahh…indah sekali tubuhmu sayang…”, bisik Ayung sambil menyeringai.
Diberinya kesempatan kepada Frans untuk membidikkan kamera hendycam-nya keseluruh tubuh Zivanna yang hanya dibalut bh dan celana dalam warna putih serta syal yang masih melingkar di lehernya.
Airmata mulai meleleh membasahi wajah ayu Zivanna keringat dingin mengucur deras membasahi tubuhnya yang indah itu. Ketegangan dan kengerian luar biasa menyelimuti sang juara Putri Indonesia ini. Matanya terpejam erat tubuhnya bergetar disaat kembali tangan-tangan Ayung menyentuh tubuhnya.
Tangan trampil Ayung kemudian beraksi kembali dengan melepaskan bh yang dikenakan Zivanna. Sesaat kemudian apa yang ada didada Zivanna menjadi pusat perhatian dari para lelaki itu, mereka pun berdesah kagum atas keindahan dua gundukan buah dada Zivanna itu. Ukurannya tidak besar tetapi proporsional dengan tubuh Zivanna dan kencang. Dengan tangan-tangan kasarnya diraihnya kedua gundukan payudara itu oleh Ayung. Diusap-usap dan diremas-remas….dengan sesekali dipilin-pilinnya kedua puting yang berwarna merah muda itu.
Karuan saja ini membuat tubuh Zivanna menggeliat-geliat, mulutnya sesekali menganga mengeluarkan desahan-desahan.
Puas mempermainkan payudara Zivanna kedua tangan Ayung merayap turun kearah pinggung dan akhirnya dengan sekali tarikan dia melorotkan celana dalam putih Zivanna.
Suasana diruangan itupun semakin erotis, empat pasang mata kembali terbelalak tertuju ke sebuah gundukan indah di selangkangan sang putri. Sebuah kemaluan wanita yang benar-benar terawat, bersih dengan susunan rambut kemaluan yang berjajar rapih mengelilingi liang kemaluannya.
Zivanna terisak-isak menangis tubuhnya seolah pasrah menerima keadaan namun matanya masih terpejam erat.
“Oh sang putri cantik….,beberapa hari yang lalu aku lihat engkau berdiri tegar disebuah panggung pemilihan Putri Indonesia. Aku sangat mengagumimu, tak kusangka kini kau berada didepanku….aku siap mewujudkan impianku untuk menikmati tubuhmu”, ujar Ayung sambil mengusap-usap kemaluan Zivanna.
“Ja..jangann…pakkk…ammpunnn…jangann…”, pinta Zivanna sambil menagis.
Tiba-tiba tubuh Zivanna mengejang…mulutnya menganga seperti mengucap huruf A, rupanya jari tengah Ayung bagai cacing tanah menyeruak masuk kedalam bibir vagina Zivanna.
“Aaaahhhh…..”, Zivanna menjerit ketika jari tengah Ayung itu mulai menusuk-nusuk kemaluannya, tubuhnya menggeliat-geliat bagai cacing kepanasan sementara keringatnya terus mengucur deras membasahi tubuhnya yang masih memancarkan harum wewangian bunga melati itu.
CEP…CEP…CEP…begitulah suara yang keluar dari selangkangan Zivanna akibat dari cairan kewanitaan Zivanna yang dengan derasnya mengucur keluar akibat dikobel-kobel oleh jari tengan Ayung. Mata Zivanna terpejam begitu pula dengan mulutnya yang tertutup rapat berusaha menahan rintihan-rintihan yang akan keluar dari mulutnya.
Berdasarkan pengalaman Ayung, inilah cara yang sering dipakai Ayung untuk menguras tenaga dari sang gadis pada saat memperkosa gadis itu. Dan setelah tenaga gadis tersebut habis terkuras maka dia dapat dengan mudahnya menyetubuhi gadis tersebut tanpa perlawanan yang berarti lagi.
Beberapa saat lamanya jari tengah Ayung mengocok-ngocok liang vagina Zivanna sampai akhirnya badan Zivanna terlihat melemah, wajahnya memerah menahan rasa ngilu dikemaluannya.
Setelah mencabut jari tengah Ayung dari liang vagina Zivanna, Ayung merapatkan wajahnya ketubuh Zivanna tepatnya dibagian selangkangan Zivanna. Kini lidahnya yang mulai bermain, masih dengan obyek sasaran selangkangan Zivanna. Lidah Ayung mulai menyapu-nyapu gundukan kemaluan Zivanna, dijilat-jilatinya bagian tubuh yang amat pribadi bagi Zivanna itu.
“Aaakkhhh….” mulut Zivanna menganga badannya menegang keras ketika lidah Ayung masuk dan menjilati liang vaginanya. “Ssshhh…eeehhh…aaahhh….hhhmmmhh….”, Zivanna merintih-rintih tubuhnya menggeliat-geliat semakin keras akibat lidah Ayung yang terus menjilat-jilat liang kemaluannya dengan rakus.
Puas menikmati kemaluan Zivanna kini Ayung dengan lidah yang masih terjulur menyapu tubuh Zivanna hingga sampai dibagian dada. Kembali lidah Ayung bergerilya didua bukit indah Zivanna itu, kali ini dibantu dengan kedua tangannya yang ikut meremas-remas keduaaa payudara itu. Dijilat-jilat, dihisap-hisap, digigit-gigit kedua payudara indah yang malang itu oleh mulut Ayung yang rakus itu hingga memerah warnanya.
Setelah itu serangan berganti sasaran lagi, kini wajah Ayung telah sejajar dengan wajah Zivanna yang membuang muka dari tatapan wajah Ayung.
Diraihnya kepala Zivanna dan dipalingkannya wajah Zivanna hingga berhadapan dengan wajahnya.
“Hhhhhmmmm…hhmmmppp”, Zivanna gelagapan ketika bibir Ayung mendarat dibibir Zivanna. Dengan rakusnya dikulumnya bibir Zivanna yang merah mereka itu.
Lama Ayung menikmati bibir Zivanna, dikecup-kecup bibir gadis cantik itu, dikulum-kulum dengan sesekali memainkan lidahnya didalam rongga mulut Zivanna.
Zivanna nampak semakin gelagapan karena kehabisan nafas, betapa tidak ada sekitas 30 menit lamanya Ayung mencumbu bibir Zivanna.
Terkuras sudah tenaga Zivanna oleh perlakuan yang diterimanya, apalagi Ayung seolah tak mau memberi ruang nafas kepada Zivanna. Zivanna menghela nafas panjang ketika Ayung memberi kecupan terakhir dibibirnya, setelah itu Ayung berdiri.
Nafas Zivanna mendesah-desah tak karuan antara nafas kelelahan dan nafas kengerian bercampur baur menjadi satu, keringat ditubuhnya deras mengucur membasahi tubuh indahnya yang masih harum mewangi itu.
Tubuh telanjang Zivanna itu tergeletak lunglai diatas sofa, dadanya kembang kempis meraup udara mengisi oksigen ditubuhnya yang habis terkuras sementara matanya masih terpejam erat.
Ayung kembali menganbil posisi dan merapat ketubuh Zivanna. Direntangkannya kedua kaki Zivanna selebar bahu dan setelah itu tiba-tiba…..”Aaaaakkkhhhhhhh……..”, Zivanna melengking histeris, matanya yang terpejam seketika menjadi terbelalak ketika dirasakan olehnya sebuah benda keras berotot menusuk lobang vaginanya. Ya, batang penis Ayung yang sedari tadi tegak gagah mengacung mulai melakukan penetrasi. Batang penis itu mulai menunjukkan kegarangannya di kemaluan Zivanna, dengan perlahan-lahan mulai menyusup masuk keliang vagina Zivanna.
“Ooooogghhhh…..sss…ssakkitt…..aaaaakkhhh…” , Zivanna menggeliat-geliat menahan rasa sakit diselangkangannya. Sebuah mahkota kehormatan yang selama ini dijaga dan dirawat secara baik dan akan dipersembahkan kepada seseorang pria pilihannya kelak pada malam pertama setelah menikah ternyata pada saat ini tengah dikoyak oleh seseorang yang sama sekali bukan idaman atau tambatan hatinya bahkan tidak dikenalnya.
Mata Zivanna merem melek mengeiringi geliatan tubuhnya yang semakin keras, tapi Paulus yang sedari tadi memegangi tangan Zivanna masih cukup kuat untuk mengatasinya.
Ayung yang menindih tubuh Zivanna terus berusaha melesakkan batang kemaluannya didalam liang vagina Zivanna untuk merobek selaput keperawanannya. Tangan kiri Ayung memegangi batang kemaluannya untuk membantu menekan penisnya kedalam liang itu dan tangan kanannya menekan pinggul Zivanna agar dibagian itu tidak terlalu banyak bergerak.
Dan akhirnya mengucurlah darah segar dari liang kemaluan Zivanna, pertanda bahwa Ayung berhasil membobol keperawanan Zivanna. “Aaaaaaahhhh…..”, Zivanna mengerang keras airmatanya kembali mengucur deras dari sudut-sudut matanya, matanya terbelalak menengadah kearah langit-langit kamar yang menjadi saksi akan hilangnya sebuah keperawanan dari sang putri cantik itu.
Sejenak Ayung membiarkan batang kemaluannya terbenam keseluruhannya didalam liang vagina Zivanna, dinikmatinya kehangatan dinding-dinging liang vagina Zivanna yang berdenyut-denyut itu. “Ohh..nikmat sekali kau….”, desah Ayung sambil mengatur posisinya diatas tubuh Zivanna kedua tangan Ayung memegangi pinggang Zivanna yang ramping itu.
Mulailah kemudian Ayung menggenjot tubuh Zivanna, dipompanya batang kemaluannya keluar masuk didalam liang vagina Zivanna secara perlahan-lahan penuh dengan perasaan.
Sambil menyetubuhi Zivanna dinikmatinya wajah Zivanna yang meringis-ringin serta tubuhnya yang bergetar, sejenak kemudian gelora nafsu Ayungpun semakin memuncak wajah Zivanna yang sedemikian rupa memancing birahi Ayung untuk lebih agresif. Ayung mulai mempercepat irama persetubuhannya atas Zivanna “Aaakkhh….oohhh…ooouuhh…ooohhh…ooouugghhh. ..”, Zivanna merintih-rintih seiring dengan gerakan tubuh Ayung yang memompa kemaluannya keluar masuk diliang vaginanya. Gerakannya semakin lama semakin cepat sampai-sampai tubuh Zivanna terbanting-banting, Ayung pun mulai merintih-rintih mengiringi rintihan dan desahan yang keluar dari mulut Zivanna, rintihan mereka berdua bersaut-sautan menggema didalam ruang itu dan tentu saja kamera Frans tidak melewatkan adegan ini.
Beberapa menit kemudian Ayung nampaknya akan berejakulasi, tubuhnya menegang keras serta kepalanya menegadah keatas dan “CCRROTT….CCCRRROTT…CCRROOOTT…”, cairan putih kental kemudian muntah dari batang penis Ayung mengisi liang vagina Zivanna hingga meluber keluar.
“Aaaahhhhhh….”, Ayung melolong , tubuhnya mengejan menikmati puncak kenikmatan yang tiada tara itu. Entah Zivanna gadis yang keberapa yang telah berhasil dikoyak keperawanannya.
Setelah menyemburkan tetes terakhir didalam liang vagina Zivanna, tubuh Ayung melemas tinggal nafasnya saja yang berderu-deru berpacu dengan nafas Zivanna yang terdengar bercampur dengan isak tangisnya.
Ayungpun bangkit dari tubuh Zivanna, dicabutnya batang penis dari lobang vagina Zivanna. Puas sudah Ayung melampiaskan nafsu syahwatnya di tubuh Zivanna.
Entah apa yang terjadi kemudian, tidak ada dalam hitungan menit Martinus tiba-tiba telah berdiri dihadapan tubuh Zivanna yang lunglai tergeletak disofa tanpa sehelai pakaianpun yang melekat ditubuhnya kecuai syalnya yang masih melilit dilehernya. Rupanya dia sudah mengantri sedari tadi, tubuhnya hitam legam berotot begitupun dengan batang kemaluannya yang sudah mengacung dengan gagahnya.
Tanpa memberi kesempatan buat Zivanna untuk beristirahat Martinus langsung menindih tubuh Zivanna.
Dikulumnya bibir Zivanna dengan ganas, sementara itu kedua tangannya mulai sibuk meremas-remas kedua payudara gadis yang malang itu.
“Hhhmmm…cup…mmmpphh…mmmmhh…cup..cup..mmmph h..”, suara desahan Zivanna terdengar bercampur dengan bunyi kecupan-kecupan yang berdecak-decak.
“Ooookkhhh…..”, suara Zivanna melengking tubuhnya yang kembali tersentak akibat liang kemaluannya mulai dijejali kembali dengan batang kemaluan yang kali ini milik Martinus. Dalam sekejap tubuh Zivanna mulai digenjot, hentakan demi hentakan dari gerakan persetubuhan mengiringi desahan-desahan lembut yang keluar dari mulut Zivanna “Ooohhh…ooohh…eegghh…hhooohhh…oouuhhh…”.
Keringat mebanjiri kedua tubuh yang berlainan perasaan itu, dimana yang satu dengan penuh gairah yang membara terus melampiaskan birahinya kepada lawannya sementara yang satu lagi dengan perasaan putus asa dan tubuh lemah, pasrah menerima penetrasi dari sang lawan.
Beberapa menit kemudian kembali liang vagina Zivanna dibanjiri oleh cairan-cairan sperma yang meluap hingga membasahi kedua pahanya. Martinus meregang menggelinjang merasakan butir-butir kenikmatan menjalar disekujur tubuhnya, tubuhnya kemudian melemah lunglai.
Tibalah kini giliran si rambut gondrong, Paulus. Lagi-lagi rintihan-rintihan Zivanna mulai menggema diruangan itu, tubuhnya kembali diperkosa disetubuhi oleh lelaki yang berumur 40-an ini. Setengah jam sudah Paulus menyetubuhi Zivanna hingga akhirnya kembali cairan-cairan kental itu mengisi rongga kemaluan Zivanna.
Zivanna lemas tubuhnya dibasahi oleh keringatnya bercampur dengan keringat-keringat para lelaki yang memperkosanya tadi sementara selangkangannya penuh dengan cairan-cairan kental hingga kepahanya.
Frans sang kameramen rupanya tak mau ketinggalan, dia nampak ingin melakukan adegan penutup dari filem ini. Setelah menyerahkan kamerenya kepada Martinus kemudian dia melepaskan baju yang dikenakannya hingga telanjang bulat. Tubuh lelaki yang berkulit kuning langsat itu nampak dipenuhi dengan hiasan tatto, sebuah kalung salib emas terlihat melintang dilehernya.
Wajahnya menyeringai melihat tubuh Zivanna yang tergeletak lemah diatas sofa.
“Sekarang giliranku….”, ujarnya.
Zivanna hanya bisa menatap Frans dengan tatapan mata yang sendu. Lelaki yang juga aktifis partai politik yang lambang partainya berwarna dasar ungu ini nampak dengan gagahnya berdiri dihadapan tubuh Zivanna.
Dengan sebuah lap yang telah dibasahi, Paulus membersihkan selangkangan Zivanna yang tadinya penuh dengan cairan-cairan yang mengental dan kering.
“Ok kamera siap bos”, ujar Martinus sambil mengambil posisi serta mengaktifkan kameranya.
“Silahkan tancap bos….”, ujar Paulus setelah membersihkan tubuh Zivanna.
Frans mulai action.
Diraihnya tubuh Zivanna yang lemah tergeletak di sofa.
“Ayo sayang kita main lagi…. Ini akan menjadi filem yang hebat”, bisik Frans sambil membopong memindahkan tubuh Zivanna kelantai.
Diterlungkupkan tubuh Zivanna, setelah itu diangkatnya pinggang gadis itu hingga posisinya seperti orang yang sedang bersujud.
Frans mengambil posisi dibelakang tubuh Zivanna.
Nafas Zivanna terdengar tersengal-sengal tubuhnya bergetar disaat tangan Frans mengelus-elus punggung Zivanna yang halus dan lembut itu.
“Kulitmu halus sekali dan putih bersih, kau cantik Zivanna…., pasti kau tak mau kalau kupersunting menjadi istriku. Makanya kita lakukan saja ini seperti suami istri ya…”, rayu Frans.
Kedua tangan Frans kemudian memegang pinggang Zivanna.
“Aaaaaakkkkhhh……..ooouuuuuhhhh…..”, sekonyong-konyong Zivanna melolong keras, tubuhnya yang tadi lemas bersujud seketika langsung menegang keras, kepalanya mendongak keatas disertai dengan matanya yang terbelalak. Rupanya Frans mulai melesakkan batang kemaluannya kedalam anus Zivanna.
Frans menyodomi Zivanna.
BLESSSS…dalam waktu yang relatif singkat penis Frans tertanam seluruhnya didalam anus Zivanna. Setelah itu Frans mulai dengan gerakan menyodok-nyodok kemaluannya didalam anus Zivanna.
“Oogghh….oohh…aagghh….”, Zivanna menjerit-jerit kesakitan dengan tubuh menggelepar-gelepar dan mulut yang menganga sementara Frans dengan sekuat tenaga terus menyodomi Zivanna.
“Wah rapet sekali bo’ol kamu Zivanna, rasanya enaaakkk…”, ujar Frans sambil terus menyodomi Zivanna.
Tubuh Zivanna semakin lunglai lemas, keringat dingin mengucur deras kembali membasahi tubuhnya.
Setelah puas menyodomi Zivanna. Frans mencabut penisnya dan setelah itu langsung membalikkan tubuh Zivanna hingga terlentang.
Frans mengarahkan penisnya kewajah Zivanna dan setelah itu penis Frans yang besar dan perkasa itu disumpalkan didalam mulut Zivanna.
“Hhmmmppp…..”, Zivanna kembali tersentak disaat Frans berusaha melesakkan penisnya didalam rongga mulut Zivanna. Namun apa dayanya tubuhnya telah lemas setelah sekian kali digenjot rame-rame. Zivanna hanya pasrah disaat kemaluan Frans masuk kedalam mulutnya.
Kedua tangan Frans memegang erat kepala Zivanna, kemudian digerakkannya kepala Zivanna naik turun untuk mengurut-urut batang penisnya didalam rongga mulut Zivanna. “Waww..lembut sekali mulutmu, dingin sekali rasanya….aahhh…nikmaattt…”, desah Frans yang sangat menikmati perkosaan itu.
Namun tidak demikian dengan Zivanna, dengan nafasnya yang tersengal-sengal dia terpaksa mengulum batang kemaluan Frans, mulutnya terlihat penuh dijejali kemaluan Frans sampai-sampai kedua pipinya menggelembung akibat batang penis Frans yang besar itu menjejali mulutnya.
“Ooookkhh…haaahhhhkkhh…”, Frans mengejang keras, wajahnya menyeringai menengadah kelangit-langit ruangan itu, tubuhnya bergetar ketika dia berejakulasi memuntahkan cairan-cairan sperma didalam rongga mulut Zivanna.
“HHmmmppphh…mmmhhh….”, Zivanna berusaha melepaskan diri namun sia-sia kedua tangan Frans dengan kuatnya memegang kepala Zivanna. CRRROOTT…CCRROOT…batang penis Frans terus memuntahkan sperma didalam mulut Zivanna mengalir deras membasahi tenggorokannya hingga meluber keluar disela-sela bibir Zivanna yang masih disumpal oleh batang kemaluan Frans.
“Aaahhh…nikmat sekali”, Frans mendesah lega.
Dicabutnya batang penisnya dari mulut Zivanna, seketika itu Zivanna terbatuk-batuk dan seperti akan muntah, mulutnya penuh dengan cairan kental sperma bercampur dengan airliurnya sendiri sesekali cairan itu mengalir keluar dari sela-sela bibirnya membasahi pipinya.
Belum puas seratus persen, Frans kembali mengambil posisi diatas tubuh Zivanna dia akan menyetubuhi gadis itu. Ditekuknya kedua kaki Zivanna hingga bagian paha menyentuh dada.
“Uuugghh….”, Zivanna mendesah pelan, mulutnya meringis ketika vaginanya kembali diterobos batang kemaluan lelaki. Frans mulai menyetubuhi Zivanna.
Mulut Zivanna hanya mengeluarkan desahan-desahan lemah, tubuhnya lungalai dan lemas bak seonggok daging tak bertulang ketika dia harus terbanting-banting dan tersodok-sodok akibat perkosaan yang dilakukan oleh Frans. Dengan tenaga yang masih perkasa Frans terus menyetubuhi Zivanna hingga akhirnya berejakulasi untuk yang kedua kalinya. Tubuh Frans menggelinjang nikmat menghantar semburan-semburan sperma yang kembali memenuhi liang vagina Zivanna.
Kemudian kedua tubuh itupun jatuh lemas tak berdaya, deru nafas mereka berpacu membahana mengakhiri adegan pembuatan filem porno itu. Zivanna pun kemudian tak sadarkan diri. Rasa puas didalam diri Frans tak bisa dilukiskan, filem yang bertemakan pemerkosaan ini pastilah akan laris manis karena bintangnya adalah seorang Juara Putri Indonesia. Segera kawanan crew pembuatan filem itu membereskan peralatan mereka dan merapikan diri. Waktu menunjukkan pukul 12 siang, merekapun meninggalkan ruangan itu dan pergi meninggalkan tubuh Zivanna yang masih tergeletak tak beradaya, rumah itupun kembali sunyi sepi.
END

No comments:

Post a Comment