Sinar mentari pagi yang menyorot lembut melalui gorden kamar, membangunkan sesosok wanita cantik yang sedang tertidur pulas di ranjangnya. Wanita yang digilai oleh banyak lelaki di Indonesia dan juga artis yang terkenal melalui sebuah sinetron laris manis yang ditayangkan disebuah stasiun televisi, serta berbagai macam produk iklan, ya,dia adalah Donita. Setelah seharian disibukkan dengan aktivitas syuting yang melelahkan, membuatnya tertidur dengan pulasnya. Namun, matahari yang sudah bersinar terang, mau tidak mau membuat gadis cantik itu bangun juga. Walaupun dengan kondisi yang masih mengantuk, ia tetap bangun dan mandi untuk bersiap-siap pergi, karena memang sudah memiliki janji dengan teman-temannya. Begitu selesai merapikan tempat tidurnya, Donita langsung masuk ke kamar mandi dan berendam dibathub. Dia pun lalu mulai menggosok tubuhnya dengan sabun cair. Setelah meratakan sabun diseluruh tubuhnya, dia pun mulai membersihkan tubuhnya dengan seksama dan teliti. Tanpa disadari, saat menyabuni tubuhnya, dia mulai meraba daerah-daerah sensitif miliknya.
“damn, kalau si Rendy ga sibuk ama kerjaannya, mungkin gue bisa ngent*t sepuasnya ama dia seharian.”gumamnya pelan sambil mengingat-ingat pacarnya itu.
Ya, sejak memperoleh kerjaan baru dari sebuah rumah produksi ternama, Randy Pangalila, sang kekasih sering menolak ajakan bercinta dari kekasihnya itu dengan alasan yang dibuat-buat dan kadang-kadang tidak jelas. Bahkan sudah seminggu, Donita uring-uringan karena randy tidak mau memuaskan hasrat birahi Donita yang menggebu-gebu. Walau didepan publik Donita terlihat dengan imej sebagai seorang wanita yang polos dan innocent, tapi sesungguhnya artis cantik yang kehidupannya jarang diekpos oleh acara-acara infotaintment ini, memendam nafsu birahi yang besar didalam dirinya. Sehingga, ketika dia menyabuni dirinya, secara tak sadar dia hanya menggosok area kedua buah dada montok dan vaginanya saja. Walaupun payudaranya berukuran tidak terlalu besar, namun benda itu sangat indah untuk dipandang karena berbentuk bulat dan montok seperti bakpau, yang dihiasi puting berukuran mungil dan berwarna merah muda. Keindahan tubuhnya yang seksi, juga dilengkapi oleh vagina merah muda yang ditumbuhi oleh rambut-rambut halus dan jarang. Walaupun benda itu sudah sering dipakai oleh banyak lelaki, yang kebanyakan berasal dari kalangan om-om produser, serta pejabat-pejabat yang membokingnya maupun pacarnya sendiri, tetapi vagina tersebut masih saja berbentuk indah dan masih sempit. Nafsu yang sudah tidak tertahankan lagi, membuat Donita terpaksa menemani acara paginya mandinya dengan bermasturbasi ria. Tangan kanan yang tadinya memegang sabun, kini dipakainya untuk meremas-remas payudaranya. Sedangkan tangan kirinya mulai menggosok-gosok vaginanya dari luar. Setelah basah barulah dia memasukkan tiga buah jarinya yang lentik
“aaaaahhhhhhh………..ooooouuuuuugggghhhh……..mmmmmmhhh hhh”. erangan nikmat yang keluar dari bibir seksinya ketika mengocok memiawnya itu.
Tidak sampai dua menit kemudian, tubuhnya menegang dan menggelinjang tak terkendali.
“oooooooohhhhhhhh…………” desahan kepuasan pun keluar ketika gadis cantik itu mendapatkan orgasmenya.
Mata yang tadinya terpejam rapat kini mulai terbuka walau masih terdapat sisa-sisa kelelahan di wajah cantiknya. Dengan nafas yang masih tersengal-sengal, ia pun membilas tubuhnya dari sisa-sisa sabun yang masih menempel dan mengakhiri acara mandi paginya. Selesai mengeringkan tubuh, dia bercermin sejenak dan melihat bayangan tubuhnya. Tubuh indah yang hanya dapat dikagumi oleh jutaan laki-laki melalui layar kaca itu, kini terpampang jelas dalam balutan handuk yang tidak dapat menutup tubuhnya secara utuh. Selesai mengagumi tubuhnya sejenak, ia berjalan perlahan menuju lemari pakaian. Handuk berukuran mini yang yang melilit tubuhnya, tidak dapat menyembunyikan keindahan paha putih mulusnya setiap ia melangkah. Setiap langkahnya pun sedikit menyingkap ujung handuk tersebut, sehingga memperlihatkan ujung pantat bulatnya yang terpampang karena tidak tertutup celana dalam sama sekali. Donita pun membuka laci lemari pakaiannya, lalu memilih sebuah celana dalam merah yang berenda dan sedikit tembus pandang, sehingga menampakkan bayangan vaginanya. Bra yang dipilih pun senada dengan warna celana dalamnya dan sama-sama tembus pandang, sehingga ketika ia memakainya, masih tampak jelas ujung putting payudaranya yang mengacung, menantang siapa saja yang menatap benda itu untuk melahapnya. Donita pun memilih sebuah celana jeans ketat, yang menjiplak bentuk pantatnya dan daerah selangkangannya. Serta sebuah kaus ketat berkancing yang berwarna hitam senada dengan celana yang dipakai. Penampilannya saat itu begitu segar dan menggairahkan. Tiba-tiba handphone miliknya yang diletakkan diatas ranjangnya berdering.
“Halo, lo dimana don? Gue dah didepan rumah lo neh!” Tanya si penelepon yang ternyata sudah berada di depan rumahnya.
“ok, gue dah siap nih. Gue keluar sekarang ya!”.
Ia pun menutup sambungan telepon dan bergegas turun, dari kamarnya dilantai dua sambil menyambar tas jinjing dan sepatunya yang tergeletak disamping pintu kamarnya. Donita berjalan menuju pintu keluar, ketika mamanya memanggil,
“Don, gak sarapan dulu?” kata sang ibu yang berjalan menghampirinya.
“gak deh ma, nanti aja dijalan. Donita ada urusan penting.” Jawabnya sambil memakai sepatu.
“oh ya ma, kayaknya aku pulang agak telat ya. Kalo ada yang nyariin bilang aja aku lagi keluar kota!” kata gadis manis itu sambil menyium pipi mamanya dan langsung berjalan melewati pintu keluar.
“dah mama!” teriaknya sambil melambaikan tangan, sebelum menaiki mobil yang menjemputnya.
“Dah, gue bt banget tau ga? Udah seminggu nih gue ga’ dient*t ama si Rendy. Mentang-mentang dah dapat job baru, eeh.. gue dicuekin. memiaw gue terasa gatel banget nih. Mana ni kepala dibuat pusing lagi.” Ceplosnya asal pada sahabatnya itu.
Ya, gadis cantik yang menjemputnya itu ternyata adalah Asmirandah, seorang artis terkenal yang karirnya sedang menanjak akhir-akhir ini.
“alaaaah…..itu aja lu pikirin. Kan tinggal cari cowok laen. Emangnya cowok di dunia ne si Rendy aja? Masih banyak tau cowok yang mau sama lo. Apalagi kalo cumin urusan ngent*t.” Jawab Asmirandah yang juga asal menasehati sahabatnya itu.
“aaaahhhh…..ga ah, males gue. Apa kata orang nanti, kalo tau gue lakuin yang begituan.” Paparnya munafik.
“alah… pake belagak suci lagi. padahal lo sendiri sering dient*t ama om-om produser itu kan?pake ngejaga imej lagi!” kata Asmirandah sengit. sebal juga dia melihat temannya yang sok alim itu.
“ihhh…uda deh, ga usah ngebahas yang udah lewat, basi tau. lagian gue maunya Cuma dient*t ama Rendy karena gue cinta ama dia. kalo ama om-om produser itu kan kepaksa. mana ada orderan gue kalo gak jual ni badan.!” tukas Donita terang-terangan.
“hah? jadi lo maunya suka ama suka tu ama Rendy doang? capek de. emang dia bisa muasin lo apa?” sahut Asmirandah keheranan melihat sahabatnya itu.
“ya nggak sih. paling cuma 5 menitan doing, mana kecil lagi. tapi mau sama siapa lagi? gue ga berani ngent*t ama orang yang gak gue kenal.” jawab Donita polos.
“ok, deh gue ngerti. udah ya cantik, jangan cemberut lagi dong! ntar cowok-cowok pada ngejauhin lo lagi”. sahut Asmirandah memberi semangat pada sahabatnya itu.
“sekarang kita dah ditungguin ama temen-temen tuh, lo bilang kan mau ngedance sampe puas hari ni.” tutur Asmirandah.
Singkat kata, seharian itu Donita, Asmirandah dan teman-teman mereka lainnya, bersenang-senang ria. Mereka melepas semua kepenatan dan kebosanan yang menumpuk dalam pikiran mereka. Menikmati waktu liburan dari semua aktivitas yang melelahkan dan membosankan yang mereka jalani sehari-hari. Waktu pun tidak terasa telah berlalu beranjak malam, ketika jam tangan Donita menunjukkan pukul 21.30 wib. Donita yang memang sudah merasa puas dengan berbagai hiburan itu pun, mengajak Asmirandah untuk pulang. Ketika dia melihat ke sudut ruangan, ia melihat Asmirandah sudah pingsan akibat terlalu banyak minum. Dia pun langsung menuju ke tempat sahabatnya itu dan berusaha membangunkanya.
“dah,dah bangun, udah malem ni. kita pulang yuk, lu kan musti anterin gue.” ujar Donita berusaha membangunkan sahabatnya itu.
Tetapi Asmirandah yang sudah terlalu banyak menenggak minuman keras, hanya terbaring diam saat Donita menggoyang-goyangkan tubuhnya berusaha membangunkan gadis itu. Dengan sedikit kesal, karena usahanya tidak berhasil, dia mengambil handphone miliknya, menelepon supirnya yang bernama Suprihatin, yang biasa dipanggilnya pak Supri untuk menjemputnya.
“pak Supri, tolong jemput aku di jalan xxxxxxxx ya! oh iya, bapak perginya ga usah bawa mobil. soalnya disini ada mobil temen Donita!” ujarnya kepada orang yang di seberang telepon.
Setelah menunggu selama 15 menit, tiba-tiba datang seorang bapak-bapak tua dengan sebuah sepeda motor yang dikemudikan oleh seorang tukang ojek. Bapak itu langsung turun untuk membayar ongkos ojeknya dan bergegas menuju tempat Donita menunggu. Bapak tua itu mengangguk tersenyum kepada Donita, walaupun senyumnya itu sama sekali tidak dapat membuat wajah tua bangkanya yang sudah keriput dimakan usia dan buruk rupa itu terlihat ganteng di hadapan nona majikannya.
“lama amat sih pak! dah ditungguin dari tadi juga!” gerutu Donita sewot.
“maaf deh non, baru juga ditelpon bapak langsung jalan. kan susah nyari ojek malem-malem gini. jadi kita langsung pulang, kan?” ujarnya membela diri seraya mengalihkan pembicaraan.
“ya iyalah. emangnya mau kemana lagi? yuk cabut!”
Si supir tua itu pun bergegas menghidupkan mobil dan meninggalkan tempat itu. Sepanjang perjalanan, tak lupa tua bangka itu mencoba untuk mencuri-curi pandang ke jok belakang melalui spion mobil untuk melihat-lihat pemandangan indah yang sangat menggiurkan. Ya, saat itu memang ada pemandangan yang sangat menggiurkan dibelakangnya, dimana Asmirandah yang pingsan, mengenakan kemeja ketat yang menjiplak tubuhnya dan rok mini yang berada 15 cm diatas lututnya, yang mau tidak mau membuat sang supir terpaksa meneteskan liurnya karena disuguhi paha putih mulus dan sedikit penampakan celana dalam berwarna putih yang dipakai gadis itu. Kontan saja celana dalam yang dipakai supir itu, berubah ukuran menjadi SS alias super sempit. Itu pun ditambah dengan penampilan sang nona majikan yang juga memakai pakaian yang jelas-jelas mencetak erat lekuk tubuhnya, dibumbui dengan terbukanya 3 buah kancing baju Tshirt-nya yang membuat belahan payudara montok gadis itu seakan-akan menantang sang supir untuk memakan kedua buah melon itu sampai tak tersisa. Donita bukan tak tahu apa yang dilakukan supirnya itu, tapi karena kepalanya sudah sangat pusing akibat terlalu banyak minum dan tubuh yang sudah sangat lelah, membuat dia membiarkan saja perbuatan mesum si supir.
“emmmm…non” tiba-tiba pak Supri membuka suaranya, memecah keheningan.
“apa sih pak?” jawab Donita sedikit kesal karena kepalanya pusing.
“bapak gak sengaja tadi siang liat ada video non lagi begituan dalam handycam non yang ketinggalan di mobil tadi malam.” ujar sang supir yang kontan membuat jantung Donita berhenti berdegup sejenak.
“apaa?? maksud bapak apa?” tanya Donita ketakutan setengah mati mendengar supirnya melihat rahasia paling pribadinya.
“yaa…itu. video non yang sama bapak-bapak lagi gituan. kalo ga salah, yang adegannya di dalam kamar mandi.” jelas sang supir.
Hal ini, jelas membuat Donita ketakutan, rahasia paling penting miliknya diketahui oleh orang lain, yang bisa saja menceritakannya kepada orang lain. Dia teringat, bahwa ia lupa untuk menyimpan handicamnya kemarin malam karena sudah sangat mengantuk dan meninggalkannya begitu saja didalam mobil. Didalam benda itu tersimpan sebuah video dimana Donita sedang bercinta dengan penuh gairah, bersama seorang pejabat yang membokingnya. Adegan panas itu sendiri direkam oleh sang pejabat dan menyuruh Donita menyimpannya sebagai kenang-kenangan. Dia tak pernah menduga bahwa setelah ia masuk ke kamar, sang supir mengambil benda tersebut dari dalam mobil dan melihat rahasianya itu. Donita terdiam mematung, banyak pikiran melintas di otaknya teringat aib tersebut.
“kok diem non? bapak ga nyangka non bisa ngelakuin hal kayak gitu, padahal selama ini bapak kira non cewek baik-baik!” ujar sang supir munafik, padahal pngen juga.
“alaah… ga usah sok ceramahin orng deh pak! bapak bilang aja mau duit berapa, Donita kasih berapa aja asal bapak bisa tutup mulut!” jawabnya seraya menutupi kegusaran.
“hah? duit? sorry non. gaji bapak lebih dari cukup. bapak mau aja sih tutup mulut asal dikasih yang kayak di video itu…..hak hak hak” tepis si supir yang langsung memperlihatkan sifat aslinya itu.
“oh shit! ni tua bangka pengen nyoblos memiaw gue, yang bener aja? bisa mampus gue ngent*t ama orang aqncur kayak gini!”batinnya yang enggan melayani si bandot tua.
“eh pak! kalo ngomong jangan asal ya! bapk bisa saya laporin polisi tau!
“heh, laporin aja non. paling waktu bapak ditangkep, non udah jadi bintang porno terkenal. kayak siapa tuh? Ariel ama Luna Maya ya? hak hak hak.
Jantung Donita berdegup kencang, ia tak bisa membayangkan jika hal yang dikatakan supirnya itu terjadi. Mau ditaruh dimana mukanya?
“ok. Donita mau kasih apa yang bapak mau!” tapi cuma untuk kali ni aja! ujarnya mengajukan tawaran.
“yeeee si non. masa sekali doang! tak usah la yau! ampe bapak bosen ngent*tin non dong! atom au videonya disebar? hayo? mau pilh yang mana? hak hak hak.” ujar si supir menampik mentah-mentah.
Donita hanya bisa terdiam membisu. Hanya dengan menjadi budak nafsu sang supir dia bisa bertahan. pergulatan batin berlangsung di dalam dirinya, antara horny merasakan petualangan seks yang baru dengan keengganan menjadi budak pelampiasan birahi. Akhirnya dia memilih opsi yang pertama. Dia enggan kehilangan karir dan tidak ingin nama baik diri serta keluarganya tercemar.
“ok. Donita mau! tapi kalo sampe tu video kesebar, Donita ga akan segan-segan laporin bapak ke polisi. biar kita sama-sama ancur!”
“ya ileh si non. buat apa juga bapak nyebarin. kalo bisa ngent*tin non tiap hari! hak hak hak!” ingin rasanya Donita membunuh supirnya ini. “o ya, temennya boleh juga dong bapak nyicipin?” tanyanya asal.
“apa? jangan ngelunjak ya pak! andah ga boleh diapa-apain!” Donita yang mulai membenci makhluk jelek ini, bertambah geram mendengar omongan asalnya.
“cuma becanda non! yang penting bapak bisa ngent*t ama non ampe puas aja dah cukup! hak hak hak!”
“cih, kurang ajar banget ni tua bangka! dah dikasih ati malah minta jantung!”
Benar-benar edan si Supri, sudah dapat satu masih mau nambah. Tidak terasa, mobil sudah sampai di rumahnya. Donita memapa temannya keluar menuju kamarnya tanpa menghiraukan sang supir. Setelah merebahkan Asmirandah, tiba-tiba handphonenya berbunyi,
“iya-iya. sabar dikit napa sih pak? ujarnya ketus, sedikit pelan karena takut membangunkan sahabatnya.
yang di seberang telepon cuma bisa tertawa mesum memuakkan.
“ahhh…. udah seminggu nggak ngent*t, terpaksa deh gue kasih ni memiaw ku tuh bapak-bapak jelek!” batinnya kesal pada nasib buruknya.
Rasa pusing yang dirasakannya pun kini telah sirna. Walaupun merasa benci pada supirnya tapi di dalam hatinya, ia merasa senang juga karena bisa memuaskan dahaga birahi dengan supirnya itu. Dengan langkah sedikit gontai, gadis cantik itupun turun menapaki tangga, untuk menyerahkan tubuh moleknya kepada sang supir buruk rupa.
“heheheh akhirnya si non datang juga’ ujarnya memuakkan, sambil duduk di atas sofa di ruang tamu.
“ouh, males banget gue liat mukanya” batin gadis itu muak walau sedikit horny juga.
“ayo pak, kita ke kamar bapak. bahaya kalau ketauan mama” ajaknya agar dieksekusi di kamar supirnya itu.
“ya ampun! emangnya non ga tau? kan mama non lagi ke Bandung!”
“oh shit! gue lupa lagi. mama papa hari ini kan berangkat ke Bandung!” dia teringat akan orang tuanya yang berada di luar kota.
Donita lupa bhwa orang tuanya hari ini pergi keluar kota untuk menghadiri resepsi pernikahan salah satu saudaranya. Hal ini justru memberi kesempatan si supir bebas untuk “menggarapnya” dimana saja.
“jadi kita bebas mau ngent*t dimana aja kan? hak hak hak”. benar-benar jengkel Donita dibuatnya.
“di dalem sarung bapak ada yang mau kenalan ama non nih! hehehe, sluuuuurrpphhh! ujarnya penuh nafsu. !!
Yang entah sejak kapan mengganti celananya dengan kain sarung yang membentuk jelas “tombak pemangsa wanita”-nya itu. Donita agak ketakutan melihat bentuk penis pak Supri yang menonjol besar di balik sarung bututnya. Apalagi membayangkan vaginanya akan dipaksa menelan seluruh batangan besar itu. Pasti liang vaginanya akan merenggang sampai batasnya. Tangan gadis itu reflex menutup kedua alat vitl yang sedang diburu oleh mata si supir. Jreeeennngg!!! tiba-tiba Supri jelek melepas sarungnya, penis besarnya menginginkan sarung milik Donita yang lebih nikmat.
“ayo non! sok atuh, di isepin tongkol bapak. hak hak hak.”ujarnya sok sopan.
Gadis itu maju dengan tangan gemetaran, memegang “senjata pamungkas” para pria itu, yang mampu membuat semua wanita terbang jauh menembus langit ketujuh menuju surga kenikmatan duniawi. Walaupun sudah berkali-kali melihat dan merasakan berbagai macam bentuk penis, tapi dia tak habis pikir dengan bentuk penis supirnya itu. Bagaimana mungkin, bapak-bapak tua seperti pak Supri ini yang sudah berumur setengah abad dan berperawakan kurus, bisa mempunyai sebuah “tongkat super” yang berukuran besar dan masih keras. Ini adalah penis terbesar yang pernah dilihat pikirnya, dan tanpa sadar Donita ikut terangsang juga membayangkan benda itu akan mengaduk-aduk vaginanya. Nafasnya sedikit tersengal dan lender kewanitaan keluar dengan lancer dari memiawnya yang mungil itu.
“gimana non, tongkol bapak gede kan? dijamin deh, non bakalan puas! Supri gitu loh!! hak hak hak” ujarnya melihat Donita terpana dengan “batangnya” itu.
Tanpa pelu diperintah lagi, gadis itu memasukkan penis si supir kedalam mulutnya yang mungil, untuk memberikan pelayanan oral sex terbaik yang ia miliki.
“ohhhhhh…….enak banget non sepongannya!!! mantabbhh!!” racaunya menikmati sepongan Donita.
Benar-benar hebat sensasi yang dirasakan pak Supri sampai membuat tubuh bawahnya bergoyang-goyang tak terkendali. Tak ingin cepat keluar, dianggkatnya tubuh sang nona majikan dan mendudukkannya di sofa panjang itu. Dengan cekatan dibukanya semua pakaian gadis itu hingga bugil, tanpa perlawanan sedikit pun dari Donita. Matanya yang keriput dan cekung, mendadak terbuka lebar melototi pemandangan indah di hadapannya. Hidungnya yang pesek kembang-kempis tak karuan. mulutnya yang berbibir tebal itu pun tak lupa turut mengeluarkan air liurnya, kontan saja Supri jr mengeras bagaikan sebatang besi yang keras melihat pemandangan yang ada dihadapannya tresebut. Donita ingin muntah dibuatnya, menyaksikan wajah mupeng nan ancur kepunyaan sang supir. Kedua insan yang berlainan kelas social dan jenis kelamin itu pun saling menatap tubuh pasangannya masing-masing. Pak Supri yang terkagum-kagum melihat tubuh indah dan sexy milik Donita, berbanding terbalik dengan sang nona majikan yang memandang jijik kepada supirnya itu. Hanya satu bagian yang bisa menarik perhtian gadis itu, yaitu penis berukuran super milik pak Supri yang membuat vagina-nya tambah basah saja. Tanpa babibu lagi direngkuhnya tubuh Donita yang sangat menggiurkan itu dan mencium bibirnya.
“mmmmmhhhhh……..” dilumatnya bibir Donita dengan penuh nafsu serta dijelajahi seluruh bagian mulutnya.
Sementara itu, Donita hanya bisa pasrah membiarkan bibirnya dilumat habis. Lidah sang supir dengan liar menari-nari di dalam mulutnya itu, saling beradu lidah dan bertukar liur dengan gadis itu. Sambil berciuman, tangan pak Supri meremas-remas payudara montok miliknya. Puting kecil berwarna merah muda itu dipuntirnya dengan gemas. Tangan kanannya tanpa hambatan meluncur kebawah. menyentuh ulit paha doniyta, langsung menuju bagian vaginanya.
“aaaaaahhhhhhhhhh…….” Donita tersentak dengan perlakuan pak Supri.
Sentuhan itu terasa bagaikan segelas air dipadang pasir yang melepaskan dahaga birahi Donita, yang sudah selama seminggu ini tidak merasakan sentuhan laki-laki. langsung saja sang supir menggosok-gosok vagina nona majikannya itu. Tangan yang satunya tidak pernah lupa untuk meremas kencang payudaranya secara bergantian kiri dan kanan. Remasan yang brutal itu, membuat payudara montok yang berkulit putih itu menjadi merah. Sementara itu bibir sang supir yang tebal itu, memberikan rangsangan tambahan di leher majikannya.
“ooooooooooohhhhhhhhhh……..oooooooohhhhhhhh……oooooo ohhhhhhh” terpaksa Donita mengeluarkan erangan kenikmatannya karena dihajar dengan rangsangan bertubi-tubi dari supir mesum itu.
Merasa nona majikannya itu sudah sangat siap untuk disetubuhi, pak Supri pun mengambil posisi untuk mengeksekusi nona majikannya.
“non, dah siap yah bapak ent*t? hehehhehe….” ujarnya konyol meminta izin. Padahal walau jawabannya tidak, dia akan tetap melakukan niat cabulnya.
“eeeeeeemmmmmmmhhhhhhhh…….” hanya itu jawaban yang diberikan Donita.
Dengan sangat bernafsu dilebarkannya paha mulus gadis itu untuk mengangkang lebar, memberinya akses untuk menikmati surga duniawi tersebut. Kontan saja, saat melihat celah kemaluan sang nona majikan, wajah pak Supri yang memang sudah buruk itu, semakin bertambah buruk saja tak karuan. Tak kuat menahan nafsu, digenggamnya penis hitam berukuran supernya untuk memasuki liang kewanitaan Donita. Sebelum memasukkan,digesekkannya batang itu terlebih dahulu. Donita yang sudah nafsu berat memprotes perlakuan supirnya.
“heh pak tua! cepetan lu ent*t memiaw gue! dah gatel banget nih tau!” bentaknya yang mengagetkan pak Supri.
Rupanya sifat asli Donita keluar. Setiap kali dalam keadaan BT alias birahi tinggi, perangainya berubah menjadi seperti wanita jalang. Emosi mendengar kata-kata nona majikannya dan memang dia juga sudah sangat bernafsu, tanpa basa-basi lagi dengan posisi “man on top” si supir itu langsung melesakkan penisnya ke dalam liang vagina Donita yang sempit.
“ck,ck,ck. artis jaman sekarang cantik-cantik banyak yang lonte! heeeeeennnngggghhhh!!!!” sentakan yang begitu keras dilakukan pak Supri, membuat tubuh Donita mengejang keras antara nikmat dan sakit.
“oooooookkkkkkkhhhhh……..paaaakkkkkkhhhh……pelan!! eeennnggghhh” Donita sedikit memprotes perbuatan sang supir.
Untuk beberapa saat kedua insan yang sedang diamuk birahi itu berpelukan erat. Si supir mesum sengaja membiarkan Donita beradaptasi dengan penisnya, selagi dia juga menikmati pijatan-pijatan otot vagina Donita.
“ayo paaakk aaaahhhh……. ent*t guee!!!!……ngggghhhh…ahhhhh!!!…ent*t gue yang kenceng!!!….mana peju lo ahhhhh!!!! nih memiaw gue……ahhhhhh!!!!!” benar-benar edan cara si artis mengungkapkan kenikmatan yang diterimanya.
Plok!plok!plok!plok!bunyi tepukan pantat Donita dengan pinggul pak Supri bersuara nyaring, bagaikan sebuah melodi indah pembangkit nafsu bagi keduanya. Kontan saja ruang tamu itu dipenuhi oleh bunyi suara desahan,erangan dan suara tumbukan kelamin mereka.
“aaaaauuuuukkkhhhh…….!!!!!!!” Donita mengerang keras setiap kali pak Supri menyentak masuk ke vaginanya.
Setiap kali si supir menekan masuk penisnya dalam-dalam, Donita merasakan vaginanya seperti tersobek dan tubuhnya terbelah dua. Kepalanya menggeleng keras ke kiri dan kanan, mulutnya terbuka lebar mengeluarkan suara tertahan. Sedangkan pinggulnya tidak bisa digerakkan sedikitpun karena pahanya dipeluk erat oleh sang supir.
Tampaknya dia tak peduli dengan kondisi tubuh majikannya dan terus berupaya keras, mendayung perahu birahi untuk mencapai puncak kenikmatannya itu.
“eeeeennnngggghhhhh……busyeeeeeetttt!!! seret bener memiaw lu nonn..huuuuuunnnggghhh!!!!”
“iyaaahhhhh…..ahhhhhh…..oouuhhhh!!!” benar-benar kewalahan Donita menghadapi kebrutalan pak Supri.
Sambil menyentak, supir tua itu tidak lupa meremas payudara Donita dan menjilat leher gadis itu. Jilatannya perlahan merambat naik menuju bibir mungilnya, dan melahapnya dengan ganas.
huuuuuueeee!!! bau nafas si supir sungguh tidak sedap alias ngga enaaaaak (ala mie sedap ^_^). Entah makan apa pak tua itu tadi siang, tetapi lidah Donita tetap menikmati permainannya dengan liar, sampai ludah mereka menetes-netes disekitar bibir.
“enakkan non ngent*t ama bapaaakkhh!!! trima nih tongkol!!! mampus looohh!!!! heeenggkkkhhh!!!”
“oooohhhh…. ppaaakkhhh!!!! ahhhh!!!! iyaaaahhh….. iya…ahhhhh!!!!”
Tubuh Donita kelojotan, matanya berkunang-kunang. Digebuk-gebuknya pinggiran sofa untuk melepas derita birahinya. Setelah seminggu tidak melakukan aktivitas sexual, akhirnya Donita bisa merasakan lagi kenikmatan itu. Peluh bercucuran keluar dari tubuhnya, nafas pun memburu kencang. Banjir sekali dirasakan vaginanya. Tubuh indahnya berkedut-kedut kecil menikmati sisa orgasme. kenikmatan yang sama juga dirasakan pak Supri, walaupun dia belum mencapai orgasme tapi penis besarnya serasa diremas kuat oleh otot-otot vagina Donita. Diapun mendiamkan tubuhnya sejenak, membiarkan gadis itu menikmati sisa-sisa orgasmenya. Benar-benar sempurna dirasakan pak Suprihatin. Dirinya yang cuma orang kecil dan hanya berprofesi sebagai seorang supir, bisa menikmati tubuh ranum seorang artis cantik seperti Donita. Dalam mimpi pun dia tidak pernah membayangkan hal seperti ini. Dia benar-benar mensyukuri sifat pelupa yang dimiliki Donita bisa berujung pada kenyataan bahwa dirinya dapat menikmati tubuh indah sang artis. Donita pun tidak penah membayangkan bahwa hasrat birahi liarnya, dapat terpuaskan oleh lelaki macam pak Supri yang jelas-jelas kelas sosialnya lebih rendah dari dirinya. Tak pernah terlinyas sedikit pun dalam pikirannya bahwa orang rendahan seperti pak Supri, bisa lebih hebat dalam urusan sex daripada laki-laki tampan, ber-uang dan terlihat dari luarnya sebagai “laki-laki gagah padahal loyo” dalam urusan memuaskan wanita.
“oooooohhhhhh…… oooooohhhhh!!” tiba-tiba Donita tersentak.
Supir tuanya itu mulai kembali mengayunkan pinggangnya. Kali ini dia ingin segera menggapai puncak kenikmatannya. Tanpa menghiraukan kondisi tubuh nona majikannya yang lemas pasca orgasme, ia mengayunkan keluar-masuk penisnya dengan brutal seperti ronde pertama tadi. Donita hanya bisa mengerang dn mendesah memohon ampun diperlakukan secara maniak dan sangat bernafsu oleh supirnya itu.
Plak! ”artis perek….!!!” plak!! “artis lonte…..!!!!” plak!!
Benar-benar brutal pak Supri ini. Dia betul-betul menikmati bisa mempecundangi artis cantik seperti Donita. Tampak pantat Donita yang kemerahan, akibat ditampar sembari digenjot brutal olehnya.
“eeeeeeeemmmmmhhhh…..gue jeol memiaw lu!!!! hhnnnggghhh!!!! makan nih tongkol!!! hnnnggghhh!!!”
Puas dengan posisi missionary, dia membalik tubuh Donita menjadi telungkup, yng dimana Donita harus bertumpu pada sikunya dan kakinya yang berlutut dilantai dengan tubuh bagian atas masih diatas sofa.
Payudara montoknya yang tergencet, serta pantat bulatnya yang kemerahan ditambah bibir memiaw yang merekah memar kemerahan karena teru-menerus digenjot brutal. Menambah sempuerna pesona keindahan dara cantik itu. Serta-merta pak Supri menggenggam penisnya yang masih perkasa dan melesakkannya ke sasaran tembak yang tak lain adalah vagina Donita.
“kontoolll…., shhhhh….shiiiiiitttt!!!!” kepalanya bertengadah mengerang.
Menandakan penis si supir yang berhasil menyeruak masuk. Tentu saja dengan berlimpahnya cairan vagina ditambah dengan cairan orgasme yang masih menetes, memudahkan proses pencoblosan.
“aaaahhhhhh…… pelanan tua!!!!! akkkhhhh…!!!! shiiiiitt!!”
“enakkan non? lu suka kan dient*t? nih kontool!!!…nih!!!! gue ent*t lu!!!!
Begitulah mereka saling memaki, betapa “sakit” cara mereka menikmati persetubuhan itu. Tapi itulah kenyataan. Saat ini mereka tidak memperdulikan apa pun lagi, yang ada di kepala mereka hanya satu,….. secepatnya meraih orgasme!!!!
“shiiittt!!!! ohhhh!!!! fish meee…!!!! ahhhhh!!!! fish meeee…., ahhhhhh….!!! deeper old bastard!!! fuuuuckkk meee!!!! Fuuuuccckkkk!!!”
“heeeeeennnngggghhhh……heeeeeeennnnngggghhhh…..gila memiaw lu nonnn!!! gilaaaaaaaa!!!!!” sisupir meracau tak karuan, sembari meremas kencang payudara Donita dan menjambak rambutnya.
“bandot tua…….!!!! pelenannnnn……!!!!! ancuurrr memiaw gue tauuuuu!!!!! awwwwhhhh!!! kontoooolll…!!! iyyyyyyyyyyaaaaaahhhhhh!!!” sempat-sempatnya Donita memiawi sebelum mencapai orgasme keduanya.
“aaaarrrrrgggghhhhh….!!!! gilaaaaa….!!!! enak banet memiaw lu pereeeekkk!!!! terima ni peju….!!!! heeeennnggggkkkkhhh!!!!!” erang si supir sambil menyodok penisnya sedalam mungkin.
croooottttt!!!!! croot crooot croooooootttt!!!!!
Benar-benar edan, tongkol besar pak Supri memuncratkan peluru mani, layaknya selang pemadam kebakaran saja. Begitu deras dan kencang ditambah air maninya yang banyak dan kental, membuat sebagian keluar paksa dari celah-celah memiaw Donita yang tidak dapat menampung semua sperma si supir. Benar-benar liar cara mereka melepaskan nafsu, sampai-sampai tubuh mereka basah kuyup oleh keringat dan luluh lantak kehilangan seluruh tenaga. Sejenak mereka melupakan status yang dimiliki untuk meresapi kenikmatan duniawi. Berpelukan erat dengan peluh yang membanjir keluar disertai perasaan yang bercampur aduk diantara keduanya, nafsu dan benci menjadi satu. Sehingga menghasilkan sebuah syimponi gairah yang menggebu-gebu dan sangat dahsyat. Mereka berdua telah banyak kehilangan stamina , sehinnga tanpa sadar keduanya terbang menuju ke alam mimpi yang indah disertai dengan kepuasan yang tiada tara. Donita tetaplah Donita, walaupun di depan public dia dikenal sebagai cewek yang imut, alim dan innocent, tapi ada saat dirinya meluapkan nafsu birahi tersembunyi yang besar dan menggebu-gebu. layaknya wanita jalang yang haus akan sentuhan pria-pria perkasa dan menghamba kenikmatan duniawi pada mereka. Meskipun demikian karirnya tetap terus menanjak, serta semakin membuat para pria memimpikan dirinya dalam “mimpi” khusus mereka.
No comments:
Post a Comment