Hari - hari di balik jeruji dilewatinya dengan tenang, karena dia yakin semua tuduhan yang dilayangkan kepadanya hanyalah isapan jempol belaka. Setiap hari dijalaninya seperti biasa, bangun pagi, sarapan, mandi, dll. Mungkin dengan tambahan dia harus mencuci pakaian sendiri karena tidak ada pembantu yang siap melayaninya di dalam penjara.
Rina, seorang sipir di penjara dimana Marcella ditahan, adalah sipir yang murah senyum dan sangat ramah kepada semua tahanan. Dia memerlakukan mereka seperti saudara sendiri.
Hari itu, berjalan seperti biasanya, setelah mandi dan sarapan, Marcella menghabiskan harinya di dalam sel dengan membaca buku pemberian adiknya dengan ditemani segelas teh pahit yang ia buat sendiri di dapur penjara. Rina menghampiri sel Marcella.
"Hai ella, pagi!!" sapa Rina.
"Pagi, na!!" jawab Marcella.
Karena sikapnya yang saling terbuka satu sama lain, maka Rina dan Marcella dengan cepat menjadi akrab. Marcella sering bercerita tentang kehidupannya sebagai artis yang terkadang membuatnya suntuk. Sedangkan Rina bercerita tentang kehidupan rumah tangganya, terutama masalahnya dengan sang suami di ranjang. Ia sudah tidak pernah mendapat kenikmatan di ranjang, karena sang suami sudah tidak pernah berhubungan badan dengannya dengan alasan yang tidak jelas.
Kebetulan sel Marcella agak terpisah dengan sel yang lain dan ia juga sendiri di dalam sel tersebut. Setelah ngobrol panjang lebar, Rina mohon diri karena ada panggilan tugas.
"Gw duluan ya la, dipanggil atasan"
"Ok"
Walaupun bepakaian dinas, pakaian Rina amat seksi, baju dinas berwarna coklat yang ketat sehingga membuat payudaranya terlihat amat seksi dan kencang. Celana panjang dengan warna senada juga menghiasi kakinya, karena celana itu ketat, maka pantatnya yang kencang dan garis celana dalamnya menjadi jelas terlihat. Begitu pun Marcella, walaupun dengan baju tahanan, tubuh seksinya masih terlihat, payudara dan bokongnya masih kencang karena ia masih perawan, dihiasi dengan wajah ayunya bisa membuat laki - laki menjadi horny.
Hari sudah gelap, semua sel sudah dikunci oleh para sipir. Marcella pun sudah di dalam selnya dan bersiap untuk tidur ketika terdengar ketukan di pintu selnya. Setelah dicek ternyata yang mengetuk itu Rina.
"Ada apa Rin?"
"Pengen ngobrol aja sama lo, boleh nggak gw masuk?"
"Masuk aja, kan lo yang punya kuncinya"
"Oiya, hehe, ok deh"
Klik, pintu pun terbuka.
"Mau ngobrol apa Rin?"
"Yah, cuma mau ngilangin bete aja, gw tadi tugas jaga pintu, tapi bosen, jadi gw minta ganti aja sama temen gw yang tugas jaga sel"
"Ooo gitu"
"Lo sehat, la?"
"Sehat kok"
Obrolan panjang lebar pun terjadi sampai - sampai ada obrolan yang agak menyerempet.
"Masa' sih?" tanya Marcella.
"Iya, lo belom pernah nyoba?" jawab Rina.
"Blom, eh udah malem nih, gw mau tidur"
"Ok deh, gw keluar dulu yah"
Sesaat Rina berbalik menuju pintu, namun sedetik kemudian Rina langsung menyergap Marcella, mulutnya dibekap menggunakan sehelai kain, dan kedua tangannya diborgol di kedua sudut ranjang, tubuh Rina yang lebih kuat membuat Marcella tidak berdaya. Kedua kakinya sekarang juga sudah diikat di kedua sudut ranjang lainnya, sehingga tubuhnya terlentang membentuk huruf 'X'.
"Sebenernya ini yang gw pengen dari kemarin"
"Mmmmpphhh" berontak Marcella.
Dengan ganasnya Rina meremas kedua payudara Marcella yang masih tertutup baju tahanan, walaupun tertutup itu tak membuat Rina menjadi agak santai tapi malah semakin ganas, dilahapnya kedua payudara Marcella.
"Mmmmmmmmpppphhhhh" erang Marcella.
Rina merasa puting Marcella menjadi keras, tangan kanannya pun mulai menyusup ke balik celana Marcella, di main - mainkan klitorisnya yang membuat vaginanya menjadi basah.
"Wah, menikmati juga lo yah?"
"Mmmmmmmmmpppppphhhhh" erang Marcella dihiasi air mata.
"Ok, kita ke permainan berikutnya"
Dilucutinya semua pakaian Marcella berikut BH dan CDnya sehingga Marcella menjadi bugil sekarang.
"Perawan emang asik, toketnya masih kenceng, tempenya masih rapet, hehehe" seringai Rina.
Dikeluarkannya tongkat yang sering dipakai para polisi, ukurannya yang sangat besar dan sangat panjang, bahkan melebihi ukuran penis mormal orang indonesia, membuat Marcella menjadi ngeri.
"Mmmmmmmmmmmmmmmmppppppppppfffffhhhhhhh" erangannya makin keras.
Setelah menjilati vagina Marcella, dan membuatnya orgasme, dia pun langsung memasukkan tongkat itu ke dalam vagina Marcella. Rapatnya vagina Marcella membuat tongkat itu agak susah untuk masuk, namun dengan sedikit tenaga tambahan, BLESSSSS, masuklah tongkat itu.
"Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm" erang Marcella disertai tangisannya yang makin menjadi - jadi.
Bersamaan dengan masuknya tongkat itu, mengalirlah darah keperawanan Marcella. Dimaju mundurkan tongkat itu dengan cepat oleh Rina, bahkan 3/4 tongkat itu masuk ke dalam vagina Marcella. 5 menit kemudian sampailah Marcella kepada orgasmenya yang kedua. Dikeluarkannya tongkat itu dan dijilatinya tongkat yang sudah basah itu. Lalu diangkat bokong Marcella dan sekarang disodokkannya tongkat tersebut ke dalam anus Marcella. Ini membuat Marcella mengerang kesakitan dan membuat anusnya berdarah.
Setelah puas memain - mainkan Marcella, ia pun membuka celananya dan memaksa Marcella menjilati vaginanya. Walaupun bukan perawan, namun vagina Rina sangat indah, dihiasi dengan bulu - bulu halus, vaginanya masih rapat.
Setelah vaginanya dinikmati Marcella selama 10 menit, ia pun orgasme dan menyemprotkannya ke wajah Marcella. Setelah puas memerawani vagina dan anus Marcella, ia pun pergi dan meninggalkan Marcella terikat begitu saja. Ia pun sengaja tidak mengunci lagi pintu sel Marcella dengan tujuan agar semua juga bisa menikmati tubuh indah Marcella.
No comments:
Post a Comment