Sebut saja namaku Dewi. Kira-kira delapan tahun yang lalu, aku merantau ke kota udang, Cirebon. Di sana aku hidup sebagai anak kost. di sana pula aku berkenalan dengan Tia, seorang gadis yang cantik, berbadan tinggi sintal dan berkepribadian menarik. Semua pria pasti langsung jatuh hati pada Tia bila melihatmya. Hampir setiap hari Tia datang ke kost ku, mulai dari hanya sekedar ngobrol di kamar, jalan-jalan ke mall atau bahkan nongkrong di kafe. Dari awal kedekatanku dengan Tia ini yang membuat perasaan kami berbeda, karena tidak bisa sedetikpun kami berpisah. Kalaupun tidak bertemu, kami tetap berkominikasi lewat telepon. Bumbu-bumbu cemburu pun mulai dikenalkan Tia pada ku.
Setiap aku berhubungan dengan temanku yang lain, Tia pasti marah-marah tanpa alasan yang jelas. Begitulah setiap hari kami lalui berdua, tanpa komitmen apapun dan tidak lebih dari hanya sekedar pegangan tangan, cium kening, saling ngegombal satu sama lain. Hingga suatu hari, aku dekat dengan seseorang bernama Evi. Sifat manja Evi yang selalu menatap aku tanpa berkedip yang membuatku akhirnya sedikit melupakan Tia. Memang sih, secara fisik, Tia memang jauh di atas Evi, tapi mengapa perasaanku cenderung memilih Evi? Ada apakah ini, Tuhan?
Hari itu hujan cukup deras mengguyur kota Cirebon, hingga akhirnya di kantor hanya tersisa aku, Evi dan satu teman lagi. Suasana yang dingin, jadi pemicu kedekatanku dengan Evi. Kami bertiga hanya duduk terbengong-bengong menatap keluar jendela. Hujan tidak juga berhenti. Tanpa aku duga sebelumnya, tiba-tiba Evi sudah menghampiri aku dan langsung duduk bersandar di depanku sambil meraih kedua tanganku untuk memeluknya erat-erat. Direbahkan kepalanya di bahu kananku, sambil sesekali menyibakkan rambutnya yang panjang hingga lehernya terlihat dan nyaris tanpa batasmenyentuh bibirku. Oh my God ... perasaan apa ini. Dadaku bergemuruh kencang hingga sulit untuk menelan ludah. Sesekali Evi memegang erat tanganku sambil membimbing tanganku menyentuh payudaranya. Detak jantungku mulai kencang.Bergemuruh. Tapi sekali lagi, aku memang pengecut. aku hanya mengikuti setiap gerakan Evi tanpa perlawanan dan tanpa balasan. Pengecut!!!
Siang itu, aku sedang ngobrol dan bercanda-canda dengan Tia di teras Depan Kantor. Tiba-tiba aku menangkap sorot mata Evi yang begitu marah, menghujam di hadapanku. Cemburukah dia? Aku hanya tersenyum dalam hati. Apa sih menariknya aku hingga ada 2 gadis cantik yang memperebutkan aku. Mengapa bukan Hendra atau Rudi yang mereka perebutkan?
Untuk menebus kesalahan, akhirnya aku mengabulkan permintaan Evi untuk mengantarnya ber window shopping ke Cirebon Mall. Sepanjang jalan, tangan Evi selalu menggelanyut manja dan kepalanya di sandarkan dilenganku seakan tidak peduli berpasang-pasang mata menatap heran ke arah kami. Tidak terasa sudah jam 7 malam saat Evi mengajakku untuk nonton The beach. "Yah, udah malam, Vi. Ntar dicari mama lho, besok lagi aja yah." Jawabku, karena sudah malam.Sebenernya pingin juga sih, nonton berdua dengannya. Tapi aku engga mau menculik Evi terrlalu lama..dasar pengecut !!. Wajah Evi langsung cemberut sambul melepaskan tangannya dari gandenganku. Aku malah jadi geli melihat Evi cemberut kecewa.
Untuk long weekend minggu depan kami, teman-teman satu kantor berencana refreshing ke suatu tempat di pinggiran kota Cirebon. Sampai pada hari yang dinanti-nanti,sekali lagi Tia mendominasi ku. Evi? Tentu saja dia cemberut sampai mukanya dilepat-lipat jadi tujuh.Sesekali aku hanya bisa mencuri-curi pandang ke arah Evi yang matanya juga tidak pernah lepas menatap setiap gerak gerikku dan Tia. Akhirnya kami memisahkan diri dari keramaian. Aku dan Tia memilih untuk sembunyi di kamar. Sesekali bibir Tia mengecup keningku dengan hangat dan tangannya membelai lembut setiap helai rambutku. Kami berdua saling bercerita sambil sesekali rayuan gombal Tia menggelikan telingaku.Mata kami saling beradu, kami mulai merasakan ketidakmyamanan. Kami mulai gelisah hingga hanya menggesek-gesekkan kaki kami satu sama lain.Nafas Tia mulai turun naik tidak terkendali. Tiba-tiba pintu kamar yang lupa kami Kunci pun terbuka. Rudi menatap curiga ke arah kami yang mungkin masih terlihat tidak siap dan kacau.
Setelah makan malam selesai, acara selanjutnya dimulai. Aku dan Tia berpasangan berdansa sambil mengikuti alunan lagu dari tape recorder. Tia memeluk erat tubuhku dari belakang, sambil bibirnya sesekali ditempelkan diarea sensitifku, di belakang telinga dan payudaranya yang kenyal menempel lembut dipunggungku, membuat darahku naik sampai di kepala.Terdengar bisikan suaranya yang manja "Terasa ngga ?". Aku hanya sanggup menganggukkan kepala. Malam semakin larut, kamipun sudah kelelahan dan akhirnya malam itu ditutup dengan mencari tempat tidur masing-masing. Kecuali...Evi. aku cari kemana-mana tidak ada satu kamarpun yang berisi makhluk cantik bernama Evi. Akhirnya aku temukan Evi sedang duduk seorang diri di teras bungalow. Tanpa bermaksud untuk membuatnya kaget, aku langsung duduk di samping Evi. "Engga cape , Vi, Kok belom bobok ?" tanyaku membuka percakapan. Evi hanya menggelengkan kepala, seolah tidak bersemangat menanggapi kehadiranku. Aku geser posisi dudukku mendekati Evi. Kuraih tangannya, sekali lagi Evi tersentak namun tidak berontak. Rasa bersalah menyelimuti pikiranku..lagi-lagi aku menyakiti perasaannya yang halus. Aku tau pasti, Evi pasti marah dan cemburu melihat kedekatanku dengan Tia. Tapi aku juga tidak bisa lepas dari dekapan Tia. Dilain pihak, aku juga menyayangi Evi. Ya Tuhan ... begitu naifnya hamba Mu ini.
Pagi itu Tia mengajakku berenang, tp aku menolak karena aku memang tidak bisa berenang. kemudian Tia berenang bersama teman-teman yang lain. Sebelum berenang Tia membisikkan niatnya untuk mandi bersama "Tia bawa aroma terapi, enak deh. Ntar dicoba yah" Mulai pasang aksi lagi nih, pikirku. Satu jam lebih aku tunggu Tia di Teras bungalow, tp belum nongol-nomgol juga. Akhirnya Evi menghampiriku sambil membawakan secangkir kopi hangat. Hhmmm nikmat banget baunya. "Thanks ya, Vi". Aku lihat wajah Evi sudah berseri-seri kembali, tidak seperti kemarin malam. Karena sudah capek menunggu Tia,akhirnya aku putuskan untuk mengajak Evi berjalan-jalan pagi mengitari kampung. Sepanjang jalan, aku gandeng tangannya. Dengan gayanya yang manja, Evi sesekali melingkarkan tangannya ke pinggangku dan menghimpitkan tubuhnya ke tubuhku. Setelah selesai mengitari kampung, aku kembali ke Bungalow, dan ternyata Tia masih sibuk dengan aktivitas berenangnya. Setelah keringat kami mengering, Evi pun menggandeng tanganku menuju Kamar mandi. Akupun lupa dengan ajakan Tia untuk menikmati aroma terapi bersama. Satu demi satu pakaian kami tanggalkan. Hingga yang terakhir bra hitampun terlepas.Tak henti-hentinya Evi memandangi payudaraku yang terbilang lumayan besar. sambil sesekali mempermainkan puting susunya seolah menarik perhatianku. Kamipun akhirnya asik dengan permainan kami sendiri. Dan kejadian itu tanpa sepengetahuan Tia. Uffftgh..aman..pikirku licik.
Waktu sudah menunjukkan puluk 9 malam.Kami semua berkumpul di ruang karaoke. tiba-tiba Evi membawakan sebuah lagu. Meskipun suaranya engga bagus-bagus amat, tapi cukup menghibur lah apalagi katanya khusus dinyanyikan untuk aku.Setelah selesai menyanyikan lagu itu, Evi langsung menarikku ke luar..Kami memisahkan diri dari rombongan memilih lokasi di anak tangga bungalow diujung taman yang kebetulan sepi. Kali ini beda dengan kebiasaan Evi sebelumnya.kalau biasanya dia selalu memilih duduk didepanku sambil memintaku mendekap erat tubuhnya, tp malam itu Evi yang duduk dibelakuangku dan mendekap erat tubuhku, menempelkan kedua payudaranya dipunggungku, sambil bibir nakalnya menciumi tengkuk dan telingaku. Oooooggghhh...Evi...begitu lincah gerakkan bibir dan kedua tangannya mempermainkan payudaraku. Malam yang sangat dinginpun menjadi hangat oleh sentuhan-sentuhan tubuh Evi. Rambutnya yang panjang dibiarkan terurai menyapu wajahnya yang lembut.
Libur 2 hari serasa hanya 1 menit kami rasakan.Belum puas rasanya menikmati hari liburku yang bisa aku lewatkan bersama 2 gadis cantik..betapa konyolnya aku!!!
Saat pulang ke Cirebon, aku duduk dibangku paling bekalang bersama Tia, Evi dan Nana. Karena posisi kursinya menghadap samping dan berhadap-hadapan maka aku putuskan untuk menghadap ke depan dan duduk di belakangku dalah Tia.Sedangkan Evi duduk di seberang bangku. Tiapun tidak mau kehilangan moment, selama perjalanan pulang, Tia mendekap erat tubuhku dan menempelkan dagunya dipundakku sambil sesekali mengkomentari indahnya pemandangan sepanjang perjalanan.Sambil mencuri-curi kesempatan,Bibirnya pun tak henti-hentinya merayu dan menciumi pipiku seolah tidak meghiraukan Evi yang terbakar api cemburu. Tiba-tiba Evi teriak, meminta sopir untuk menepikan mobilnya. Semua terheran-heran melihat Evi langsung membuka pintu dan lari keluar.Bukankah paerjalanan masih jauh? Aku pun menyadarinya. Evi cemburu!!!
Dua hari dari kejadian itu, Evi masih terlihat marah padaku. Bilapun setiap saat kami bertemu pandang, Evi langsung cepat-cepat menghidari pandangan mataku.Maafkan aku Evi...aku begitu menikmati hari-hari sepiku bersama Tia, juga bersama kamu. aku sangat membutuhkan kasih sayang kalian berdua. Maafkan aku Tia...aku tdk bermaksud mempermainkan kalian berdua, karena aku memang sungguh-sungguh terhanyut dan tidak bisa lepas dari dekapan hangat dan manjamu.....
No comments:
Post a Comment